Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Konten dari Pengguna
Fenomena Perempuan dan Pilihan Hidup: Kemandirian sebagai Identitas Budaya Baru
28 November 2024 18:18 WIB
·
waktu baca 4 menitTulisan dari Zenira Khairani tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Pernahkah kalian berpikir bahwa menjadi seorang perempuan bukan tentang bagaimana peran atau stigma yang diberikan masyarakat, tetapi juga tentang bagaimana ia memilih untuk mendefinisikan dirinya sendiri?. Data dari BPS menyebutkan pada 2023 jumlah pernikahan di Indonesia sebanyak 1.577.255. Angka ini ternyata menurun sebanyak 128.000 jika dibandingkan dengan tahun 2022. Secara keseluruhan, jumlah perkawinan di Indonesia turun 28,63% dalam 10 tahun terakhir. Dilihat dari sejarah, perempuan sering diidentifikasikan sebagai peran domestik sebagaimana peran sebagai istri, ibu ata penjaga rumah. Namun di era modern terutama adanya kemajuan teknologi, pendidikan, mulai muncul narasi baru mengenai konsep kemandirian perempuan atau biasa disebut sebagai “Independent Woman” sebagai bagian dari identitas budaya baru. Pilihan hidup perempuan tidak lagi mengarah pada konstruksi tradisional tetapi bagaimana mereka menentukan hak dan kebebasan mereka sendiri yang meluas dari segala aspek seperti pendidikan, dan karir.
ADVERTISEMENT
Transformasi budaya dan identitas perempuan
Identitas budaya adalah kesadaran dasar seseorang terhadap karakteristik khusus kelompoknya, seperti kebiasaan hidup, adat, bahasa, dan nilai-nilai. Dalam antropologi suatu identitas budaya mencakup bagaimana cara individu maupun kelompok mendefinisikan diri dalam nilai dan norma yang mereka anut. Dalam konteks perempuan nilai-nilai yang mengakar seperti diharuskan menikah dan berada dirumah, dan perannya sebagai seseorang yang harus bisa memasak dan berada di dapur mulai bergeser dengan hadirnya suatu kesadaran tentang kemandirian dan hak kebebasan. Generasi milenial dan gen z merupakan salah satu pelopor adanya perubahan tersebut. Mereka cenderung menolak narasi bahwa kebahagiaan dapat diukur dari adanya sebuah pernikahan, namun sebaliknya bahwa menempatkan kebahagian pada pencapaian pribadi seperti pendidikan tinggi, dan karir. Contohnya adalah tren media sosial yang mengangkat kisah-kisah perempuan sukses yang memilih untuk tidak menikah atau fokus pada karir mereka. Fenomena ini menjadi sebuah tekanan sosial, yang sering kali menjadikan pernikahan sebagai ukuran keberhasilan perempuan. Sebenarnya dalam hal ini juga disebabkan faktor-faktor eksternal seperti banyaknya kasus kdrt yang dialami oleh perempuan, serta pemberian label dari masyarakat mengenai peran seorang perempuan yang harus semestinya dilakukan sesuai perannya. Yang pada akhirnya memberikan keterbatasan ruang gerak bagi perempuan dan memberikan efek ketakutan .
ADVERTISEMENT
Kemandirian (Indipendent woman) sebagai identitas Budaya baru
Kemandirian perempuan saat ini dapat dilihat sebagai bagian dari identitas budaya baru, di mana perempuan memiliki ruang untuk menentukan pilihan hidup mereka sendiri. Ini melibatkan beberapa aspek penting:
1. Kemandirian Ekonomi
Banyak perempuan yang kini mendefinisikan diri mereka melalui stabilitas finansial yang mereka capai tanpa bergantung pada pasangan atau keluarga.
2. Kemandirian dalam Pilihan Hidup
Perempuan semakin merasa bebas untuk menunda atau bahkan menolak pernikahan, memprioritaskan kebebasan pribadi dan karier.
3. Pemberdayaan melalui Pendidikan
Pendidikan menjadi pilar utama dalam mendorong kemandirian, memberikan perempuan akses ke pengetahuan, keterampilan, dan peluang yang sebelumnya terbatas.
Antropologi dan kemandirian perempuan
Antropologi memandang suatu budaya merupakan sebagai suatu sistem yang melibatkan pola-pola kehidupan yang terbentuk melalui interaksi sosial. Budaya tidak statis; ia berkembang seiring waktu, dipengaruhi oleh faktor internal seperti perubahan dalam masyarakat, serta faktor eksternal seperti modernisasi dan globalisasi. Dalam hal ini, perempuan Indonesia kini berada pada titik perubahan di mana norma sosial yang dulu mengharuskan pernikahan sebagai bagian dari identitas perempuan mulai digeser oleh pilihan-pilihan baru yang lebih fleksibel.
ADVERTISEMENT
Tantangan Dalam Narasi Kemandirian
Meski perubahan dalam fenomena tersebut sangat signifikan perempuan yang memilih pada jalur mandiri seringkali mendapatkan tantangan budaya seperti judging dari kelompok tertentu yang menganggap keputusan tersebut tidak idealis, realististis, dan egois. Hal ini menunjukkan bahwa narasi kemandirian perempuan masih berada dalam proses negosiasi di tengah masyarakat yang kompleks.
Kesimpulan
Identitas perempuan pada dunia modern mencerminkan keberanian dengan mendobrak adanya norma sosial yang ada, menciptakan ruang dimana hak dan pilihan mereka dapat diterima dan dihargai. Dalam konteks ini sebuah kemandirian menjadi simbol dan status budaya baru yang tidak hanya merayakan atas keberagaman pilihan namun memandang perempuan sebagai individu yang setara. Fenomena ini adalah bukti nyata bahwasanya budaya dapat berubah seiring berjalannya waktu. Menciptakan ruang yang lebih inklusif dan luas bagi perempuan untuk memberikan ruang atau akses dalam mendefinisikan identitas mereka tanpa terikat oleh ekspektasi dan norma sosial tradisional dalam masyarakat.
ADVERTISEMENT