Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.1
Konten dari Pengguna
Perspektif Antropologi: AI Sebagai Identitas Sosial
26 November 2024 16:02 WIB
·
waktu baca 4 menitTulisan dari Zenira Khairani tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Seiring berkembangnya zaman teknologi mulai mendominasi cara kehidupan manusia terutama ai. Dalam era revolusi teknologi, kecerdasan buatan (AI) tidak hanya menjadi alat bantu tetapi juga komponen yang membentuk cara hidup manusia. AI telah mempengaruhi berbagai aspek kehidupan, mulai dari pekerjaan, pendidikan, hingga interaksi sosial. Dari perspektif antropologi, penggunaan AI mengubah hubungan manusia dengan teknologi dan membuka wacana baru tentang identitas sosial. Bagaimana AI mempengaruhi cara kita memandang diri sendiri, orang lain, dan masyarakat secara keseluruhan?
ADVERTISEMENT
Peran AI dalam Kehidupan Sosial
AI kini menjadi elemen yang lekat dalam kehidupan sehari-hari. Aplikasi seperti chatbot, algoritma media sosial, dan asisten virtual tidak hanya membantu manusia tetapi juga mempengaruhi cara individu berkomunikasi dan membangun hubungan. peran ai selalu dikaitkan dengan kegiatan sehari hari dan mempengaruhi bagaimana kita berpikir dan berperilaku dalam aturan norma sosial yang ada. Hal ini didukung oleh adanya perubahan yang dinamis serta kelompok generasi z dan milenial yang diperkirakan menguasai dunia digital. Sebagai contoh, AI dapat menciptakan realitas alternatif melalui teknologi augmented reality (AR) dan virtual reality (VR), yang memungkinkan individu mengeksplorasi identitas baru dalam dunia digital. Dari perspektif antropologi, ini menunjukkan bahwa AI tidak hanya menjadi alat, tetapi juga bagian dari konstruksi identitas manusia. Dalam masyarakat digital, identitas seseorang sering kali dibentuk oleh interaksi dengan mesin, baik melalui algoritma yang menentukan preferensi konsumsi maupun avatar digital yang merepresentasikan diri di ruang virtual.
ADVERTISEMENT
AI dan Identitas Sosial
Identitas sosial manusia selama ini dibentuk oleh faktor seperti budaya, agama, kelas sosial, dan hubungan interpersonal. Dengan kehadiran AI, dimensi baru muncul. AI memungkinkan manusia menciptakan identitas yang lebih fleksibel dan dinamis. Misalnya, AI dapat digunakan untuk memperkuat identitas budaya melalui pelestarian bahasa daerah atau mempopulerkan seni tradisional. Namun, AI juga membawa tantangan. Dalam beberapa kasus, algoritma AI dapat memperkuat stereotip sosial atau menciptakan ketimpangan baru dalam akses terhadap teknologi. Ketergantungan terhadap AI juga dapat mengaburkan batas antara realitas dan konstruksi digital, sehingga manusia harus mempertanyakan apa yang benar-benar autentik dalam identitas mereka.
Ai dapat dikatakan sebagai alat untuk membentuk identitas yaitu :
1. AI sebagai medium budaya baru
ADVERTISEMENT
Dalam antropologi suatu identitas memang dapat dibentuk karena adanya budaya, nilai dan norma yang ada Data yang diberikan serta algoritma yang dianalisis oleh sebuah sistem ai akan melihat bagaimana kita mengkonsumsi media. Dengan ai secara aktif akan meng akurasi konten apa yang kita sukai. Ai akan menciptakan ruang virtual budaya baru
2. Interaksi manusia mesin dan makna sosial
Dalam aspek antropologi adanya digital atau teknologi akan membentuk suatu simbol atau budaya baru. Menurut George Herbert Mead teori interaksionisme simbolik merupakan interaksi sosial yang terjadi karena penggunaan simbol-simbol yang memiliki makna. dalam hal ini interaksi memberikan makna kepada manusia.melalui chatbot, asisten virtual memungkinkan manusia melihat teknologi bukan sebagai alat namun juga “agen sosial” agen inilah yang membentuk suatu identitas. sebagai mitra ai mulai mempengaruhi pengambilan keputusan, pola pikir, dan perilaku manusia
ADVERTISEMENT
3. AI mengkonstruksi “komunitas virtual
Antropologi seringkali membahas mengenai bagaimana identitas dapat dibentuk pada suatu kelompok. AI memungkinkan membentuk suatu komunitas online yang homogen berdasarkan preferensi dan minat. Dalam hal ini yang perlu kita mengerti bahwasannya suatu komunitas online akan membentuk suatu kelompok yang dilatarbelakangi oleh latar belakang atau kecintaan yang sama. secara tidak langsung dapat kita lihat bahwasanya suatu kelompok atau komunitas tidak dapat terjadi karena hanya adanya interaksi secara satu atau dua arah namun juga terdapat teknologi pada perantara nya
Contoh: Di Indonesia, komunitas pecinta kopi berkembang di platform seperti Instagram. AI menampilkan postingan, video, atau forum yang memperkuat kecintaan terhadap kopi, sehingga individu merasa terhubung dengan kelompok yang memiliki identitas serupa.
ADVERTISEMENT
4. AI dan Identitas Lokal
AI juga dapat digunakan untuk melestarikan atau memodernisasi identitas budaya lokal. Karena sebelumnya kita sudah memiliki identitas yang saat ini bisa kita lihat yang menunjukkan bahwa kita dapat memanfaatkan teknologi dengan mempertahankan suatu identitas
Contoh: Di Indonesia, aplikasi seperti Google Translate yang dilengkapi dengan terjemahan bahasa daerah (misalnya, Jawa atau Sunda) memungkinkan generasi muda tetap terhubung dengan bahasa ibu mereka. Ini menciptakan identitas sosial yang menggabungkan modernitas dan tradisi.
Kesimpulan
Dari perspektif antropologi, kecerdasan buatan (AI) memiliki potensi besar dalam membentuk identitas sosial manusia di era digital. Dalam konteks ai dan antropologi identitas dapat terbentuk melalui pola interaksi manusia dan teknologi. AI tidak hanya menjadi alat teknologi, tetapi juga berperan sebagai agen budaya yang mempengaruhi cara individu dan kelompok memahami diri mereka dalam masyarakat. proses ini mencerminkan bagaimana interaksi manusia dengan ai dapat menciptakan budaya baru termasuk persepsi nilai, dan juga pekerjaan. Manusia dan AI kini berada dalam perjalanan bersama menuju masa depan. Bagaimanapun, identitas sosial kita akan terus berkembang, dengan atau tanpa kehadiran mesin.
ADVERTISEMENT