Konten dari Pengguna

Konflik Jokowi Dan PDIP, Sinyal Indonesia Belum Menuju Kedewasaan Berpolitik

zey  fathurrazi harahap
Pegiat Komunitas Salumpat saindege circle
22 Januari 2025 10:52 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari zey fathurrazi harahap tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi bahwa kata politik tak harus selalu sama, foto https://pixabay.com/id/illustrations/politik-pemerintah-pemilihan-2426940/
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi bahwa kata politik tak harus selalu sama, foto https://pixabay.com/id/illustrations/politik-pemerintah-pemilihan-2426940/
ADVERTISEMENT
Lembaran baru pertikaian PDIP dan Jokowi usai pemecatan yang dilakukan, terlihat semakin memanas. Pasalnya PDIP mengumumkan surat pemecatan Jokowi bersama anak dan menantunya, Gibran Rakabuming dan Bobby Nasution. Ketiganya dianggap melanggar kode etik dan disiplin partai dengan melawan secara terang-terangan keputusan partai yang mencalonkan Ganjar Pranowo-Mahfud MD di Pilpres 2024.
ADVERTISEMENT
Tepat setelah pdip memutuskan pemecatan keluarga Jokowi dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan itu. Banyak sekali pengamat yang menebak, bahwa pemecatan tersebut akan menimbulkan konflik yang begitu besar, dengan menetapkan kader kader Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan menjadi tersangka dalam kasus kasus hukum.
Namun, tebakan itu juga dirasakan oleh kader Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan di beberapa keterangannya di berita. Bahwa tebakan tersebut membidik pada sekjen partai berkepala banteng, yaitu Hasto Kristiyanto.
Atas tebakan yang beredar di berita itu, tak jauh beda dengan realitanya. Bahwa Sekjen Hasto Kristiyanto di tetapkan sebagai tersangka oleh Komisi Pemberantasan Korupsi tertanggal 24 desember tahun 2024, dengan alasan keterlibatan Hasto Kristiyanto dan Donny Tri Istiqomah dalam perkara suap kepada Wahyu Setiawan.
ADVERTISEMENT
Dengan tebakan yang akhirnya menjadi kenyataan ini, tentunya menjadi kecemasan dan kekhawatiran yang lebih. Karena di satu sisi, konflik yang terus terjadi ini tidak memberikan contoh sama sekali ke masyarakat, terkait kedewasaan dalam berpolitik. Yang ada hanya sindir satu sama lain atas kekecewaan yang ada.
Jadi, dengan konflik yang terus terjadi ini seharusnya bisa menjadi penentu bagi PDIP untuk menentukan sikap politik, apakah menjadi oposisi atau masuk ke dalam pemerintahan. Karena dengan melihat Koalisi Indonesia Maju yang terlalu gemuk, tentu hal tersebut memerlukan oposisi, sehinga check and balance tetap ada.
Kalaupun, konflik ini atas dasar kekecewaan yang dirasakan PDIP atas perilaku Jokowi di pilpres 2024 yang lalu. Tentu, partai berlambang banteng ini bisa memberikan pelajaran yang lebih ke masyarakat banyak, dengan menyikapi politik secara dewasa.
ADVERTISEMENT
Karena kedewasaan dalam berpolitik betul betul sangat dibutuhkan, ia seperti modal berharga dalam menyikapi suatu perbedaan politik.
Kedewasaan dalam berpolitik juga dapat membuatnya berfikir bahwa semua orang yang terlibat dalam politik, punya motivasi mulia, untuk membangun bangsa. Hanya caranya saja yang berbeda. Wajar, karena masing-masing kelompok punya landasan berfikir yang berbeda-beda.
Di sisi lain, Kedewasaan berpolitik yang seharusnya di lakukan PDIP dapat memberikan pelajaran bagaimana menjadi anggota masyarakat yang taat hukum. Kekalahan tidak disikapi dengan sikap dan tindakan yang berlebihan dan sampai harus melawan hukum, hingga meresahkan masyarakat.
Itulah kenapa kedewasaan dalam berpolitik ini menjadi penting sekali. jika dihadirkan dengan perbedaan sikap politik, tidak menganggap bahwa yang disakiti merasa paling benar dan yang menyakiti dianggap selalu salah.
ADVERTISEMENT
Maka dari itu, berpolitik dengan akal sehat sangat diperlukan, jangan dengan emosi. Jika emosional, segala sesuatunya jadi dimasukin ke hati.