Kisah Penjual Bakso Kawi yang Murah Senyum

Zhafirah Syara Azizah
Mahasiswi Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Konten dari Pengguna
10 November 2022 11:46 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Zhafirah Syara Azizah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Gerobak tosca Mas Rahmat
zoom-in-whitePerbesar
Gerobak tosca Mas Rahmat
ADVERTISEMENT
Tak pantang menyerah berjualan bakso kawi untuk menghidupi keluarganya. Mas Rahmat seorang tamatan Sekolah Dasar (SD) yang selalu murah senyum ini menjajarkan dagangannya di daerah Banyuraden, Yogyakarta.
ADVERTISEMENT
Bakso kawi atau biasa disebut bakwan kawi ini merupakan makanan khas Malang. Nikmat disantap bersamaan dengan kuahnya yang hangat. Harga bakso kawi ini pun sangat murah. Di Yogyakarta sendiri jajanan street food ini mudah ditemukan dimana saja. Seperti pada umumnya, bakso kawi ini dijual dengan gerobak berwarna tosca yang menunjukkan ciri khas bakso kawi itu sendiri.
Pria asal Wonosari ini berjualan bakso kawi pukul 8 pagi dari Senin hingga Sabtu di pertigaan Jl. Cokrowijayan.
“Hari Minggu biasanya untuk saya istirahat,” terangnya sambil tertawa kecil.
Siang terik pada hari Sabtu, 5 November 2022, Mas Rahmat dengan senang hati menceritakan kisah hidupnya. Garis senyum diselipi tawa tak pernah surut dari raut mukanya pertanda ia sangat mensyukuri apa yang dilakukannya. Namun, tak sedikit Mas Rahmat menyembunyikan sedihnya yang tidak mau terlihat dibalik senyumannya.
Pelayanan kepada pembeli oleh Mas Rahmat
Sesekali Mas Rahmat menghentikan pembicaraannya untuk melayani pembeli. Kelincahan tangannya meracik, menyediakan, membungkus bakso kawi sudah menandakan keahliannya selama kurang lebih dua tahun ini karena terbiasa.
ADVERTISEMENT
Penjual bakso kawi berusia 28 tahun ini menjelaskan bahwa bakso yang ia buat itu racikan sendiri. Akan tetapi, pangsit dan tahu yang selalu ia bawa setiap harinya masing-masing hampir satu bal itu ia jualin dari pihak bosnya. Bakso yang Mas Rahmat racik sendiri selalu habis terjual duluan.
“Bakso yang saya buat sendiri selalu habis duluan sebelum jam 12 siang, saya gak bisa bikin bakso terlalu banyak soalnya harus siapin yang lainnya juga,” ujar Mas Rahmat.
Mas Rahmat adalah tulang punggung di keluarganya. Pria ini belum menikah. Hasil jerih payah keringatnya itu untuk dikirimkan ke keluarganya yang berada di Wonosari. Ia menghidupi kedua orang tuanya yang sudah tidak lagi bekerja dan satu adiknya yang masih sekolah. Tinggal di kos jauh dari keluarga tidak membuat Mas Rahmat patah semangat.
ADVERTISEMENT
“Keluarga di rumah membuat saya terus bekerja keras, saya mau adik saya tamat sekolah dan bisa kuliah mengejar cita-citanya,” jelasnya sambil tersenyum haru.
Perjuangan menghidupi keluarga yang dilewati Mas Rahmat tidak mudah. Mas Rahmat sempat bekerja di beberapa tempat dengan lika-likunya dan pekerjaan terakhir sebelum menjadi penjual bakso kawi adalah tukang bangunan. Merasa tidak cocok di pekerjaan lamanya karena keuntungan yang ia dapat tidak sebanding dengan beratnya pekerjaan yang ia lakukan.
Akhirnya Mas Rahmat memutuskan untuk bergabung bersama bosnya, menjual bakso kawi dengan gerobak toscanya. Ia mengaku enjoy berjualan bakso kawi, suatu pekerjaan yang mengharuskannya untuk tetap berdiri menjaga dagangan dan berinteraksi dengan pembeli.
Pemilik senyum yang tak pernah pudar ini sukses membuat gerobaknya dipenuhi warga setiap hari hingga ia berhasil menjual dagangannya sampai tidak ada yang tersisa dalam waktu yang cukup singkat. Respon baik dari pelanggan juga salah satu alasan Mas Rahmat selalu tersenyum dan bersyukur.
ADVERTISEMENT
“Hati saya senang ketika bisa berjualan seperti ini walaupun hanya bakso kawi. Saya bersyukur dan merasa cukup atas pendapatan saya sekarang. Yang penting halal,” kata Rahmat.