Konten dari Pengguna

Mengungkap Asal Usul Kata Ngabuburit

Zia Azzahra
kumparan Buddies 2022 - Universitas Padjadjaran
11 April 2023 6:34 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Zia Azzahra tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Foto: Pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Foto: Pixabay
ADVERTISEMENT
Istilah kata "Ngabuburit" sudah tidak asing lagi digunakan selama bulan Ramadhan. Kata ngabuburit sudah sangat luas digunakan sebagai kata sehari-hari. Akan tetapi, tahukah kamu kalau sebenarnya kata ngabuburit itu berasal dari bahasa Sunda?
ADVERTISEMENT
Mengutip dari unpad.ac.id, Pakar Bahasa Sunda Fakultas Ilmu Budaya Universitas Padjadjaran (Unpad), Dr. Gugun Gunardi, menjelaskan bahwa kata ngabuburit berasal dari bahasa Sunda "ngalantung ngadagoan burit” yang artinya bermain sambil menunggu waktu sore. Awal mula ngabuburit adalah dari kata "burit" yang berarti sore, senja, menjelang azan magrib, atau menjelang matahari terbenam.
Berangkat dari sana, akhirnya kata ngabuburit marak digunakan oleh masyarakat Indonesia dan tidak hanya sebatas digunakan oleh masyarakat Sunda. Lebih lanjut, Gugun juga menerangkan bahwa istilah ngabuburit sudah ada sejak zaman Orde Baru atau ketika Buya Hamka menjabat sebagai Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) pada tahun 1975.
Pada saat itu, Buya Hamka diarahkan oleh Presiden Soeharto untuk mengisi waktu ngabuburit dengan kegiatan keagamaan. Menurut Gugun, generasi muda saat ini juga bisa mencontoh kegiatan tersebut dengan cara ngabuburit sembari berdiskusi dan menambah pengetahuan.
Warga menanti saat berbuka puasa di pelataran Masjid Terapung Amirul Mukminin, Anjungan Pantai Losari. Foto: Antara/Abriawan Abhe
Meskipun berawal dari kata dalam bahasa Sunda, istilah ngabuburit kini sudah ada di Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). Dosen Program Studi Sastra Indonesia Unpad, Dr. Wahya, M.Hum., menjelaskan bahwa proses penyerapan kata ngabuburit ke bahasa Indonesia karena tidak adanya konsep kata yang sepadan untuk penggunaan sehari-hari di luar penutur bahasa Sunda.
ADVERTISEMENT
Selain itu, ada pula pertimbangan terkait bunyi, susunan kata, dan keringkasan kata sebelum akhirnya kata ngabuburit dimasukkan ke dalam KBBI. Kemudian, Wahya berpesan kepada seluruh masyarakat Indonesia supaya tetap melestarikan bahasa daerah untuk memperkuat bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional.
“Bahasa daerah harus tetap dipelihara atau dilestarikan demi memperkuat dan mengembangkan bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional dan bahasa negara,” pesannya.