Muncul Presenter AI, Begini Tanggapan Dosen Jurnalistik Unpad

Zia Azzahra
kumparan Buddies 2022 - Universitas Padjadjaran
Konten dari Pengguna
4 Mei 2023 10:26 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Zia Azzahra tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Presenter AI. Foto: Instagram/@tvone.ai
zoom-in-whitePerbesar
Presenter AI. Foto: Instagram/@tvone.ai
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Teknologi manusia berkembang semakin pesat, termasuk teknologi Artificial Intelligence (AI) atau kecerdasan buatan. Teknologi tersebut memungkinkan suatu alat teknologi untuk memudahkan pekerjaan manusia. Sudah banyak contoh AI yang marak digunakan, seperti ChatGPT. Namun, baru-baru ini publik dikejutkan dengan kemunculan presenter AI oleh salah satu televisi Indonesia. Fenomena tersebut membuat masyarakat khawatir akan eksistensi manusia yang berpotensi digantikan oleh AI.
ADVERTISEMENT
Menanggapi hal tersebut, Dosen Jurnalistik Universitas Padjadjaran (Unpad) sekaligus peneliti jurnalisme digital, Dandi Supriadi, M.A. (SUT), PhD, mengatakan bahwa penggunaan presenter AI merupakan impian yang sudah digaungkan sejak lama, yakni bagaimana pekerjaan manusia dapat digantikan secara visual oleh teknologi.
“Kemunculan presenter TV AI sebenarnya tinggal menunggu waktu, pasti akan terjadi. Namun, pertanyaannya, perlu tidak kita memiliki teknologi yang menggantikan manusia sebagai presenter TV,” kata Dandi, dikutip dari laman resmi Unpad.
Menurut Everett Rogers, teknologi dibuat untuk mengurangi beragam ketidakpastian, hadirnya presenter AI salah satunya digunakan untuk mengurangi beragam kesalahan yang dilakukan manusia saat membawa acara. Akan tetapi, Dandi menegaskan bahwa teknologi hanya sebatas sebagai alat pengurang ketidakpastian dan pemegang kepastiannya tetap berada di tangan manusia.
ADVERTISEMENT
“Bisa saja teknologi lakukan semuanya, tapi kalau tidak di bawah pengawasan manusia untuk mengontrol alur informasi tersebut, teknologi AI akan mengembangkan logikanya sendiri yang mungkin tidak kontekstual dengan kepentingan manusia,” jelasnya.
Dandi juga mengungkapkan bahwa pengunaan presenter AI tetap harus di bawah pengawasan manusia. Terdapat risiko jika membiarkan AI bekerja sendirian karena bisa saja dia menyampaikan sesuatu yang benar secara logika, tetapi salah secara konteks manusia. Oleh karena itu, kontrol manusia dalam proses pemberitaan oleh AI sangat diperlukan.
Selain itu, Dandi memandang penggunaan presenter Ai ini merupakan suatu strategi untuk menarik gen Z. Menurutnya, Gen Z adalah digital native. Penggunaan presenter AI menjadi inovasi tepat untuk melebarkan engagement ke audiens yang lebih muda. Inovasi ini juga menjadi inovasi positif untuk meningkatkan proses bisnis perusahaan.
ADVERTISEMENT
“Saya pikir ini juga show off dalam konteks positif bahwa media tersebut siap bergabung dalam inovasi teknologi terbaru,” ungkapnya.
Sebagai seorang pakar jurnalis, Dandi juga mengingatkan bahwa aktivitas jurnalistik mengandung tanggung jawab besar secara moral dan etika. Teknologi AI tidak memiliki hal tersebut. Dandi menjelaskan, nilai dan moral dalam jurnalistik tidak bisa terpetakan dalam bentuk verbal, sehingga akan sulit jika hal ini dimasukkan menjadi panduan dalam mesin proses AI.
“Norma dan moral dalam jurnalistik bukan hanya sekadar larangan dan izin yang diperbolehkan, tetapi tetap dibutuhkan penilaian, mana yang dianggap bisa masuk dan tidak masuk dalam berita,” ujarnya.
Oleh karena itu, peran AI di media massa tetap harus dikontrol oleh manusia. Dandi juga mendorong industri media massa untuk mencermati AI sebagai terobosan teknologi yang tetap harus diawasi dan dikontrol manusia.
ADVERTISEMENT
“Teknologi dibuat untuk mengurangi ketidakpastian pekerjaan yang dilakukan manusia. Akan tetapi teknologi hanyalah alat. Jangan sampai manusia mengandalkan alat untuk menggantikan kemanusiaannya. Secanggih apa pun teknologi, banyak hal-hal yang hanya bisa dinilai oleh hati nurani manusia,” pungkasnya
Dengan demikian, teman kumparan tidak perlu khawatir akan kehadiran AI mampu menghapuskan eksistensi manusia. Pada dasarnya, AI adalah teknologi dan tetap membutuhkan manusia untuk mengontrolnya. Kita juga sebaiknya melihat dampak positif dari hadirnya teknologi AI ini.