Pengembang Aplikasi POLAR Unpad Ungkap Pengalamannya Ditolak 6 Kali oleh Google

Zia Azzahra
kumparan Buddies 2022 - Universitas Padjadjaran
Konten dari Pengguna
31 Januari 2023 6:26 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Zia Azzahra tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
Ketika mendapatkan sebuah penolakan, tentu wajar jika kita merasa sedih. Namun, bagaimana jika penolakan tersebut terjadi berulang kali? Apakah kamu akan menyerah atau menganggap penolakan tersebut sebagai langkah untuk berkembang?
ADVERTISEMENT
Sama seperti pengalaman para Tenaga Kependidikan Universitas Padjadjaran (Unpad) yang menjadi pengembang aplikasi POLAR (Portal Layanan Laboratorium Sentral Berbasis Mobile). Rahmawati, S.Si dan Krisna Eka Pratama, S.Pi memaparkan pengalaman mereka dalam mengembangkan aplikasi POLAR pada acara Unpad InovTalks (27/1) .
Foto: Tangkapan layar dari video "POLAR: Layanan Lab Sentral Dalam Genggaman" di kanal YouTube Unpad
Sebagai informasi, POLAR adalah aplikasi penyedia informasi layanan Laboratorium Sentral Unpad yang berbasis mobile. Aplikasi ini bertujuan untuk memudahkan akses informasi seputar kebutuhan yang ada di Laboratorium Sentral. Mulai dari profil Laboratorium Sentral beserta seluruh divisinya, Fasilitas dan Layanan Laboratorium Sentral, Jurnal ilmiah, sampai formulir pendaftaran dan pengujian di Laboratorium Sentral.
Rahmawati mengungkapkan bahwa awal mula mereka menggagas aplikasi POLAR adalah karena adanya kesulitan yang dihadapi oleh para staf Laboratorium Sentral dalam memberikan informasi. Seringkali, mereka kewalahan dalam membalas pesan atau menjawab pertanyaan yang diajukan oleh mahasiswa atau para pengguna Laboratorium Sentral. Selain itu, Rahmawati juga mengatakan bahwa adanya keinginan dari mereka supaya sistem Laboratorium Sentral bisa terintegrasi.
ADVERTISEMENT
"Kami merasa kesulitan untuk menginformasikan layanan atau fasilitas yang ada di Laboratorium Sentral," ungkap Rahmawati.
Berangkat dari permasalahan tersebut, Rahmawati dan Krisna menggagas ide untuk membuat suatu aplikasi berbasis mobile yang mampu menyelesaikan masalah tersebut. Pada tahun 2020, mereka mencetuskan ide tersebut dengan nama aplikasi Smart Lab. Kemudian, pada tahun 2021, mereka mengubah nama aplikasi tersebut menjadi POLAR dan direalisasikan.
Tentunya, proses pembuatan suatu aplikasi mobile tidaklah mudah. Banyak sekali hambatan dan kesulitan yang dihadapi. Salah satunya adalah serangan hacker. Rahmawati mengungkapkan bahwa mereka sempat mendapat serangan hacker sesaat sebelum submit aplikasi POLAR ke Google Play Store. Hacker tersebut mengirim pesan dan mengancam mereka untuk memberikan sejumlah uang supaya aplikasi POLAR bisa kembali berjalan normal.
ADVERTISEMENT
Selain serangan hacker, mereka juga mendapatkan penolakan sampai enam kali oleh pihak Google. Krisna mengutarakan bahwa pada penolakan yang kelima, ia sempat merasa hopeless. Ia merasa sudah mengerjakan dengan sebaik-baiknya dan mengeluarkan usaha yang besar untuk aplikasi POLAR. Namun, tentu penolakan tersebut tidak boleh membuat mereka patah semangat. Mereka terus memperbaiki aplikasinya dan submit kembali ke Google. Akhirnya, pada submit yang ke-7 kali, aplikasi POLAR diterima dan sudah bisa diakses di Google Play Store.
Meskipun masih banyak kekurangan pada aplikasi POLAR, Rahmawati tetap optimis dan menyampaikan, "Kalau kita enggak mulai sekarang, mau kapan lagi?".
Demikian pengalaman para pengembang aplikasi POLAR Unpad. Bagi teman kumparan yang juga sedang merancang aplikasi atau melakukan inovasi, semoga pengalaman mereka bisa menjadi pelajaran berharga. Teruslah berinovasi dan jangan patah semangat!
ADVERTISEMENT