Rahasia Sukses Gunung Kidul sebagai Pusat Padi Terbaik

Ziana verawati habsari
Mahasiswa jurusan manajemen di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Konten dari Pengguna
25 November 2023 12:11 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Ziana verawati habsari tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ilustrasi lahan persawahan. gambar : Unsplash
zoom-in-whitePerbesar
ilustrasi lahan persawahan. gambar : Unsplash
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Badan Pusat Stasistik (BPS) DIY kembali merilis berita resmi statistik mengenai Luas Panen dan Produksi Padi di wilayah D.I. Yogyakarta. Dalam berita resmi ini produksi padi untuk wilayah DIY mencapai 532,80 ribu ton gabah kering giling atau Jika dikonversikan menjadi beras untuk konsumsi pangan penduduk, maka produksi beras pada 2023 diperkirakan sebesar 302, 65 ton.
ADVERTISEMENT
Gunungkidul menjadi penyumbang tertinggi produksi padi di wilayah DIY dengan hasil panen mencapai 191.51 ton per September 2023. Walaupun hasil panen ini mengalami penurunan gunungkidul tetap menjadi produsen padi teringgi di DIY.
Menurut Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan (DPKP) Kabupaten Gunungkidul, produksi padi yang tinggi ini di latar belakangi oleh beberapa faktor, antara lain luas lahan pertanian yang dimiliki, adanya zona selatan sebagai zona pertanian yang tahan akan kekeringan dan kearifan lokal yang masih dijaga oleh para petani.
Luas lahan pertanian di Gunungkidul sendiri mencapai 41.689,23 Hektare dari hasil pemantauan ini menjadikan Gunungkidul sebagai pemilik lahan pertanian terluas di wilayah DIY. Zona selatan yang mencakup wilayah Kecamatan Saptosari, Paliyan, Girisubo, Tanjungsari, Tepus, Rongkop, Purwosari, Panggang, Ponjong bagian selatan, dan Kecamatan Semanu bagian selatan, beberapa wilayah ini menjadi zona yang tahan akan kekeringan walaupun musim kemarau melanda.
ADVERTISEMENT
Sedangkan untuk kearifan lokal yang masih ada dan dijaga oleh para petani ialah ngawu-awu atau tebar benih. Ngawu-awu adalah cara bercocok tanam khas di Gunungkidul yang turun- temurun dilakukan. Metodenya dilakukan dengan menebar benih gabah di atas tanah yang sebelumnya telah diolah, kemudian ditimbun kembali dengan tanah. Ngawu-awu ini dapat dimulai meski tanah belum basah oleh air hujan. Metode ini memiliki keunggulan lebih mengirit biaya dan tenaga tetapi tidak semua dilahan kering dilakukan teknik tanam ngawu-awu contohnya di beberapa lahan di Wonosari dan Ngawen.
Kearifan lokal lain yang masih dijaga oleh petani Gunungkidul yaitu, adanya rumah tangga tani. Hal ini merupakan cara para petani untuk menyimpan hasil panennya. Beberapa bagian dari hasil panen tidak langsung dijual saat itu tetapi para petani di wilayah ini menyimpannya dahulu untuk beberapa saat dan akan menjualnya jika dibutuhkan saja. Hal tersebut dapat menciptakan ketahanan pangan dan juga dapat meningkatkan produksi padi karena simpanan padi ini bisa dijual untuk musim panen berikutnya.
ADVERTISEMENT