Konten dari Pengguna

Pemilih Muda sebagai Pilar Perubahan Politik?

Ziddane Rafian
Universitas Muhammadiyah Jakarta, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Administrasi Publik
21 Januari 2024 16:18 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Ziddane Rafian tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Foto Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Jakarta, Sumber: Ziddane Rafian
zoom-in-whitePerbesar
Foto Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Jakarta, Sumber: Ziddane Rafian
ADVERTISEMENT
Pemilu 2024 diperkirakan akan menandai beberapa perubahan signifikan dalam lanskap politik Indonesia. Dari segi politik, Presiden saat ini, Joko Widodo yang telah menyelesaikan dua masa jabatannya, tidak bisa lagi mencalonkan diri sehingga persaingan antar calon presiden semakin ketat. Persaingan antar partai diperkirakan tetap dinamis, meski stabilitas suara partai terbangun di tingkat pemilih.
ADVERTISEMENT
Pesta demokrasi kita akan kembali digelar pada 14 Februari 2024. Pada November 2023 telah dipilih 3 pasang calon presiden dan wakil presiden yang mengikuti kontestasi tersebut. Pemilih muda diprediksi akan mendominasi Pesta Demokrasi tahun ini.
Pemilih sering disebut dengan Generasi Y, Z, dan Milenial. Mereka tidak sekedar memilih, mereka harus aktif mencari informasi baik mengenai calon maupun tahapan pemilu.
Generasi ini, yang sebagian besar sudah mempunyai hak pilih, akan berperan penting dalam proses demokrasi pada pemilu mendatang. Peran generasi muda khususnya mahasiswa sangatlah penting dalam urusan kenegaraan.
Di awal tahun politik, mahasiswa menjadi target pasar perolehan suara partai politik. Jumlah pelajar di Indonesia adalah sekitar 9 juta, yang merupakan jumlah yang signifikan secara kuantitatif.
ADVERTISEMENT
Meski suara kaum muda dipandang sebagai penentu pemimpin masa depan, namun sifat pemilih kaum muda yang dominan generasi milenial dan Gen Z adalah mereka mudah mengubah pilihannya atau sering disebut plin-plan dimana mereka mengubah pilihannya berdasarkan suasana hati, pemikirannya dan perasaan.
Generasi muda, khususnya terkait pemilu, berjuang dengan semangat dan ketidakpedulian politik. Mereka justru antusias dan aktif mencari informasi seputar pemilu di media sosial.
Namun sayang, semangat tersebut tidak selalu tercermin dalam aksi politik nyata. Banyak pemilih muda termasuk pelajar yang tidak mau menggunakan hak pilihnya yang disebut Golput.
Oleh karena itu, pertanyaan utama bagi generasi muda saat ini adalah sejauh mana pemilih muda dapat menjadi basis perubahan politik yang nyata? Peran pemilih muda sebagai landasan perubahan politik bergantung pada seberapa efektif mereka menerjemahkan semangat menjadi aksi nyata di arena politik.
ADVERTISEMENT
Pemahaman yang lebih mendalam mengenai faktor-faktor yang menyebabkan keengganan memilih, seperti ketidakpuasan terhadap sistem politik atau kurangnya keterwakilan, diperlukan.
Mendidik pemilih muda tentang pentingnya peran mereka dalam demokrasi, menyediakan forum ekspresi politik dan meningkatkan kesadaran akan dampak dari setiap suara merupakan langkah penting dalam mendorong generasi muda menjadi agen perubahan politik.
Tahun 2024 merupakan tahun perubahan bagi Indonesia. Di tahun politik ini, masyarakat Indonesia akan memilih pejabat pemerintah yang akan memimpin negara menuju masa depan yang lebih baik.
Yang baru pada pemilu tahun ini adalah pemilu serentak, pemilih langsung memilih wakil dan presiden/wakil presiden sekaligus. Jumlah pemilih muda berbeda dengan pemilu sebelumnya.
Mereka diharapkan dapat menggunakan hak pilihnya di pesta demokrasi terbesar di Indonesia ini karena suara mereka akan menentukan masa depan negeri ini.
ADVERTISEMENT
Jadi pemilih muda tidak cukup datang untuk memilih di bulan Februari, mereka bisa menjadi kekuatan yang tidak hanya menyampaikan keinginannya di dunia maya, tetapi juga membawa perubahan nyata dengan berpartisipasi aktif dalam proses politik.