Konten dari Pengguna

Risiko Penyakit Menular Saat Ibadah Haji

Zidan Mohammad Zardy
Mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
30 April 2024 7:53 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Zidan Mohammad Zardy tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Pelaksanaan Ibadah Haji. Sumber: Unsplash
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Pelaksanaan Ibadah Haji. Sumber: Unsplash
ADVERTISEMENT
Migrasi secara besar-besaran selama ibadah haji merupakan masalah yang cukup besar bagi para jemaah haji menghadapi banyak bahaya kesehatan. Kepadatan penduduk yang ekstrim selama periode haji meningkatkan risiko kesehatan yang bervariasi, seperti penyakit menular. Sempitnya jarak antar manusia serta kondisi fisik jemaah haji menyebabkan mudahnya transmisi agen penyakit menular dari satu jemaah ke jemaah lainnya.
ADVERTISEMENT
Penelitian terbaru yang dilakukan Alasmari dkk pada tahun 2020 menyebutkan bahwa terdapat beberapa penyakit menular yang memiliki frekuensi tinggi dialami oleh jemaah haji. Infeksi saluran pernafasan, traveller's diarrhea (diare pelancong), dan infeksi yang ditularkan melalui darah adalah beberapa penyakit menular yang sering dialami oleh para jemaah.
Infeksi saluran pernafasan merupakan salah satu penyakit yang sering terjadi akibat para jemaah tidak biasa dengan iklim Arab Saudi. Hal ini akan memberikan dampak pada saluran pernafasan sehingga imunitas tubuh turun dan mudah untuk tertular penyakit. Kepadatan yang sangat berlebihan di berbagai lokasi haji dan akomodasi yang terbatas mempermudah transmisi agen penyakit dari satu jemaah ke jemaah haji yang lainnya.
Penyakit menular selanjutnya yang sering diderita jemaah haji adalah diare pelancong. Diare ini akan menyebabkan hilangnya cairan tubuh serta mengalami muntah sehingga dapat menyebabkan dehidrasi. Selain diare, penyakit yang perlu diwaspadai adalah penyakit yang dapat menular melalui darah. Transmisi agen penyakit dimungkinkan karena adanya pelaksanaan tahallul yaitu mencukur kepala laki-laki. Kebiasaan jemaah untuk berbagi silet cukur atau menggunakan jasa tukang cukur yang berizin akan memiliki risiko terkena infeksi seperti human immunodeficiency virus (HIV) ataupun hepatitis B dan C.
ADVERTISEMENT
Oleh karena itu, penting bagi para jemaah untuk melakukan tindakan pencegahan. Rekomendasi utama dari Kementerian Kesehatan Saudi, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS untuk melengkapi vaksinasi wajib merupakan salah satu bentuk upaya nyata untuk mencegah penyakit menular. Pendidikan kesehatan jemaah haji juga perlu dilaksanakan secara aktif agar terbentuk perilaku sehat selama melakukan ibadah. Dengan demikian, diharapkan jemaah haji dapat mencapai kesehatan yang optimal sehingga pelaksanaan haji dapat dijalankan dengan baik dan mendapatkan predikat haji mabrur.
Referensi:
Ahmed, Q. A., Arabi, Y. M., & Memish, Z. A. (2006). Health risks at the Hajj. The Lancet, 367(9515), 1008-1015.
Alasmari, A. K., Edwards, P. J., Assiri, A. M., Behrens, R. H., & Bustinduy, A. L. (2020). Use of face masks and other personal preventive measures by Hajj pilgrims and their impact on health problems during the Hajj. Journal of Travel Medicine, 27(8), taaa155.
ADVERTISEMENT
Aldossari, M., Aljoudi, A., & Celentano, D. (2019). Health issues in the Hajj pilgrimage: a literature review. East Mediterr Health J, 25(10), 744-753.
Elwindra, E. (2020). K3 Pada Pelayanan Kesehatan Haji. Jurnal Persada Husada Indonesia, 7(27), 1-10.
Hashim, H. T., Babar, M. S., Essar, M. Y., Ramadhan, M. A., & Ahmad, S. (2021). The Hajj and COVID-19: how the pandemic shaped the world’s largest religious gathering. The American Journal of Tropical Medicine and Hygiene, 104(3), 797.