Konten dari Pengguna

Parasocial Relationship: Hubungan Satu Sisi dengan Idola

Zidna Ilma Nafia
Mahasiswa S-1 Fakultas Psikologi Universitas Sebelas Maret Surakarta
6 Juni 2022 15:41 WIB
clock
Diperbarui 17 Juni 2022 10:25 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Zidna Ilma Nafia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Acara fan meeting SEVENTEEN yang digelar 27 Maret 2022 bersama fans menunjukkan kedekatan antara idola dengan penggemar. Sumber: Akun Twitter resmi SEVENTEEN @pledis_17
zoom-in-whitePerbesar
Acara fan meeting SEVENTEEN yang digelar 27 Maret 2022 bersama fans menunjukkan kedekatan antara idola dengan penggemar. Sumber: Akun Twitter resmi SEVENTEEN @pledis_17
ADVERTISEMENT
Siapa yang tidak asing lagi dengan boy group asal Korea Selatan yang bernama BTS atau SEVENTEEN? Atau girl group dengan asal yang sama bernama Blackpink? Ketiga nama ini tentunya sangat familiar di telinga masyarakat umum sekarang, terutama di kalangan para penggemar K-pop. Tidak sedikit remaja masa sekarang yang menggemari dan mengidolakan ketiga grup bertalenta asal Korea Selatan ini. Siapa pula yang tidak mengenal artis asal tanah air yang menjadi salah satu serial yang banyak ditonton melalui platform menonton daring, Refal Hady? Aktingnya yang hebat sebagai salah satu pemain di dalam serial "Wedding Agreement" membuat ia disukai dan digemari oleh banyak orang.
ADVERTISEMENT
Dalam kamus daring Merriam-Webster, penggemar atau fans diartikan sebagai seseorang yang mengagumi, menyukai, menggilai, bahkan memuja seseorang atau sesuatu, seperti selebritas atau suatu karya seni tertentu. Sementara itu, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, idola didefinisikan sebagai orang, gambar, patung, dan sebagainya yang menjadi pujaan. Ada banyak alasan mengapa seseorang menyukai orang lain, salah satu di antaranya adalah karena adanya daya tarik yang menjadi kekuatan dari orang yang disukai tersebut. Seperti apa daya tarik yang dimaksud?

Daya Tarik Interpersonal

Daya tarik interpersonal merupakan pintu gerbang terjalinnya suatu interaksi. Mulyadi, Rahardjo, Asmarany, dan Pranandari (2016) mengartikan daya tarik interpersonal sebagai sikap seseorang mengenai orang lain di mana ketertarikan yang ada meliputi evaluasi sepanjang suatu dimensi yang berkisar dari sangat suka sampai sangat tidak suka. Feldman (2012) mengartikan ketertarikan interpersonal sebagai suatu perasaan positif terhadap orang lain, bisa berbentuk mencintai atau menyukai. Ketika seseorang memikirkan tentang ketertarikan, mengapa mereka bisa menyukai atau mengidolakan orang lain, mereka cenderung berfokus pada faktor yang berkaitan dengan sosok yang disukai atau diidolakan. Hal-hal ini meliputi apakah mereka serupa atau tidak, atau apakah penampilan menarik atau tidak.
ADVERTISEMENT

Apa faktor yang menentukan daya tarik interpersonal?

Ada empat faktor-faktor penting yang diperhatikan oleh para psikolog sosial dalam aspek daya tarik interpersonal (Baron & Branscombe, 2012; Feldman, 2012), antara lain sebagai berikut:
ADVERTISEMENT
Karena adanya daya tarik tersebut, maka muncullah keinginan seseorang untuk saling berinteraksi. Lalu, apa sebenarnya interaksi yang dimaksud?

Interaksi Sosial

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, interaksi sosial merupakan suatu hubungan sosial yang dinamis antara perseorangan dengan perseorangan, antara perseorangan dengan kelompok, dan antara kelompok dengan kelompok.
Ada dua syarat utama terjadinya interaksi sosial, yaitu adanya kontak sosial dan komunikasi. Kontak sosial tidak hanya terjadi melalui tatap muka secara langsung saja, tetapi juga bisa melalui media lain. Teknologi yang berkembang semakin canggih di masa kini memudahkan setiap orang untuk saling melakukan kontak, meskipun dalam jarak yang tidak dekat. Menilik dari sini, dapat disebutkan bahwa kontak sosial memiliki dua sifat, yaitu kontak sosial yang bersifat primer yang terjadi secara langsung dan kontak sosial yang bersifat sekunder yang diperantarai oleh media seperti telepon, surat, juga media sosial. Syarat terjadinya interaksi sosial yang kedua adalah komunikasi. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, komunikasi merupakan pengiriman dan penerimaan pesan antara dua orang atau lebih, sehingga pesan yang dimaksudkan dapat dipahami. Komunikasi ini juga bisa terjadi secara langsung maupun tidak langsung.
Sumber gambar: Zidna Ilma Nafia (desain milik pribadi)
Interaksi yang muncul antara seorang idola dengan penggemar di masa sekarang bisa dikatakan cukup dekat melihat bagaimana menjamurnya media yang memungkinkan penggemar saling bertukar sapa dengan idolanya. Di dunia K-pop sendiri, penggemar sudah tidak asing dengan aplikasi Weverse, Lysn, dan Universe. Aplikasi ini dibuat khusus agar penggemar bisa berinteraksi lebih dekat dengan idolanya, seperti mengobrol melalui kolom chat, hingga saling membalas unggahan antara penggemar dengan idola. Selain ketiga aplikasi itu, ada juga aplikasi yang memperkenankan idola menyapa penggemarnya melalui siaran langsung, yaitu V LIVE Melalui aplikasi V LIVE, penggemar bisa melihat secara langsung apa yang idolanya lakukan di saat yang sama, serta berinteraksi melalui kolom komentar yang menjadi media untuk mengobrol dengan idolanya. Ada pula bentuk interaksi langsung antara penggemar dan idolanya, yaitu melalui konser, acara jumpa fans atau fan meeting, dan acara fansign. Selain itu, aplikasi yang sudah ada terlebih dahulu sebelum keempat aplikasi yang disebutkan sebelumnya, yaitu Twitter, juga mampu memudahkan penggemar untuk menerima berita dan berinteraksi dengan idolanya.
ADVERTISEMENT

Interaksi Parasosial

Dengan memahami penjelasan mengenai daya tarik interpersonal dan interaksi sosial, kita bisa mengaitkan kedua hal itu dengan interaksi parasosial yang merupakan inti bahasan artikel ini. Semakin besar tingkat ketertarikan seseorang, maka semakin besar pula tingkat pemujaannya terhadap seorang atau sekelompok selebritas. Semakin besar tingkat pemujaan itu akhirnya menjadi dorongan untuk menimbulkan perasaan intim dan dekat yang diimajinasikan oleh penggemar (Darfiyanti & Putra, 2012). Rubin & McHugh (1987) menyebutkan bahwa proses terciptanya interaksi parasosial berkaitan erat dengan bagaimana media membentuk identitas seseorang. Layaknya hubungan interpersonal, ada kaitan yang erat dengan intimasi dan rasa ingin untuk menjaga hubungan. Horton dan Wohl menyatakan bahwa interaksi parasosial adalah interaksi yang semu, di mana idola sengaja menggunakan dan mengatur kalimat sedemikian rupa seolah ada keintiman antara selebritas dengan penggemarnya (Hartmann & Goldhoorn, 2011).
ADVERTISEMENT
Giles (2002) menyebutkan ada beberapa efek yang dapat muncul karena adanya interaksi parasosial, antara lain:
ADVERTISEMENT
Apa yang terjadi ketika penggemar merasa interaksi dengan idolanya begitu intens? Maka akan timbul parasocial relationship atau hubungan parasosial. Sebenarnya, apa itu hubungan parasosial?

Hubungan Parasosial

Hubungan parasosial dapat dianggap ada ketika penggemar merasa bahwa mereka adalah teman dari persona media (selebritas yang digemari). Keintiman hubungan parasosial dapat berkembang seiring dengan pengalaman-pengalaman yang didapatkan oleh penggemar melalui interaksi dengan persona media yang diciptakan (Horton & Wohl, 1982). Seiring berjalannya waktu, penggemar merasa memiliki hubungan yang akrab dengan persona media tersebut. Penggemar merasa hubungan yang dirasakan bersifat interpersonal atau saling memberikan timbal balik antara satu dengan lainnya (Sokolova & Kefi, 2020).
Hubungan parasosial pada dasarnya adalah hubungan yang tercipta antara konsumen dengan selebritas melalui saluran yang dimediasi (Shoffner, 2019). Hubungan ini adalah hubungan virtual antara selebritas dan penggemar yang terjadi satu arah, tetapi penggemar menciptakan intimasi hubungan tersebut menjadi hubungan interpersonal yang memiliki timbal balik. Pada dasarnya, hubungan parasosial tidak dapat disebut sebagai hubungan interpersonal karena merupakan hubungan satu arah. Di dalam hubungan parasosial, hanya penggemar yang merasa adanya hubungan yang dekat dengan selebritas, sedangkan selebritas sama sekali tidak mengenal penggemar tersebut (Sulianti, dkk, 2018). Hubungan parasosial memungkinkan timbul empati yang tinggi dari penggemar ke selebritas (Fredrick, dkk, 2012).
ADVERTISEMENT
Contoh kasus yang terjadi di dunia nyata dapat dilihat melalui aktivitas penggemar pada media sosial, salah satunya adalah Twitter. Salah satu contohnya adalah penggemar yang membuat fake chat atau percakapan palsu dengan selebritas menggunakan citra selebritas yang diciptakan media. Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Kim & Song (2016), pengungkapan diri yang dilakukan oleh selebritas (misalnya berbagi kehidupan terkait pekerjaan maupun kehidupan pribadi) serta perilaku retweet yang dilakukan oleh penggemar meningkatkan perasaan intimasi yang dirasakan penggemar terhadap selebritas. Dari hal-hal tersebut, penggemar dapat menciptakan kepribadian selebritas terkait yang dijadikan menjadi acuan dalam membuat percakapan palsu. Suasana yang saling mendukung antar penggemar juga meningkatkan intimasi hubungan parasosial yang dialami oleh penggemar.
ADVERTISEMENT

Apa yang menyebabkan hubungan parasosial ini muncul?

Hubungan parasosial dapat muncul ketika penggemar mulai merasa adanya hubungan timbal balik yang dirasakan antara penggemar dengan selebritas. Ketika penggemar mulai merasakan hubungan timbal balik antara penggemar dengan selebritas yang disukai. Hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti citra selebritas yang diciptakan oleh media tertentu, pengungkapan diri selebritas secara profesional (terkait pekerjaan) maupun pribadi (terkait teman dan keluarga selebritas), serta suasana antar penggemar yang saling mendukung satu sama lain (Kim & Song, 2016). Hubungan parasosial dianggap mulai muncul ketika penggemar merasa bahwa mereka adalah teman dari karakter yang ada di media. Perasaan pertemanan ini yang kemudian menjadi faktor penting dalam mengembangkan hubungan parasosial daripada hubungan interpersonal yang dilakukan secara tatap muka. Selanjutnya, kontak yang dilakukan secara berkala akan menyebabkan penggemar berpikir mereka memiliki kedekatan dengan persona media tersebut. Hal ini semakin meningkatkan akurasi pemahaman penggemar mengenai karakter media tersebut, termasuk gaya, kepribadian, preferensi, dan kehidupan pribadi, terakumulasi, serta interpretasi dan pemahaman makna perilaku karakter (di atas panggung) (Chung & Cho, 2014). Ini memberikan kesan bahwa penggemar memahami secara penuh karakter media tersebut.
ADVERTISEMENT
Weaver (1993) menjabarkan bahwa sebuah hubungan memiliki tingkat emosi dengan kedekatan atau proximity yang beragam. Ketika hubungan parasosial terbentuk, penggemar telah melibatkan emosinya ke dalam hubungan tersebut. Emosi timbul apabila mereka melibatkan interaksi yang berulang, pengungkapan diri yang tinggi, interdependensi atau tingkat ketergantungan yang tinggi, serta keterlibatan emosional yang tinggi.

Jadi, apakah hubungan parasosial ini dikatakan positif atau negatif?

Dalam penelitiannya, Gleason, Theran, dan Newberg (2017) menunjukkan bahwa hubungan parasosial mampu membantu remaja untuk mengembangkan dan membentuk identitas diri mereka. Selain itu, hubungan parasosial mampu membantu meningkatkan hubungan, perkembangan kemampuan personal, dan kesejahteraan secara keseluruhan (Hoffner & Bond, 2022). Hubungan parasosial dapat menjadi salah satu coping strategy bagi orang dengan tipe avoidant attachment (sebuah tipe kedekatan yang membuat seseorang menjadi independen secara fisik dan emosional) untuk bisa merasakan hubungan interpersonal yang intim selama mereka menghindari penolakan (Rain & Mar, 2021). Hubungan parasosial yang sehat juga mampu memberikan dukungan, inspirasi, motivasi, meningkatkan rasa percaya diri, serta membantu orang untuk mengatasi permasalahan hidup.
ADVERTISEMENT
Namun, hubungan parasosial dapat mengganggu hubungan di kehidupan nyata atau kehidupan sehari-hari seseorang, apalagi jika hubungan tersebut menggantikan hubungan yang ada di dunia nyata. Apabila hubungan parasosial sudah mulai mengarah menjadi hubungan yang toxic, maka hubungan ini bisa berkontribusi terhadap kecemasan, kesepian, isolasi sosial, komparasi sosial yang negatif, serta penggunaan media sosial yang berlebihan. Dari hasil penelitian, Bernhold dan Metzger (2020) menyimpulkan bahwa hubungan parasosial juga mampu berkontribusi pada munculnya depresi. Dengan adanya hubungan parasosial, penggemar juga mungkin saja memunculkan sifat materialisme yang berdampak buruk bagi kehidupan sehari-hari (Lou & Kim, 2019).
Tentu saja setiap hal memiliki manfaat yang positif dan kerugian yang negatif, begitu pula dengan hubungan parasosial. Ada banyak hal yang perlu dipertimbangkan dalam hubungan ini karena erat kaitannya dengan kesehatan mental. Apabila individu merasakan hubungan parasosial yang dialaminya mulai mengarah ke hubungan yang toxic, maka hubungan itu harus segera dihentikan dengan cara menghindari kontak dengan sumber hubungan. Melakukan interaksi dan menjalin hubungan dengan teman atau rekan kerja di dunia nyata juga dapat membantu individu terhindar dari dampak negatif hubungan parasosial.
ADVERTISEMENT

Daftar Referensi

ADVERTISEMENT