Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten dari Pengguna
Menunaikan Agenda Besar Petani
16 Juli 2021 16:06 WIB
Tulisan dari Zikra Mulia Irawati tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Bertani masih menjadi salah satu mata pencaharian penduduk Indonesia . Di pedesaan, jalanan di pagi hari diramaikan oleh para petani yang berangkat menuju ke sawah . Para petani muda memilih untuk mengendarai sepeda motor. Sementara untuk para sepuh, sepeda ontel atau berjalan kaki masih menjadi pilihan.
ADVERTISEMENT
Salah satu agenda besar para petani adalah menanam padi , cikal bakal nasi yang menjadi makanan pokok masyarakat Indonesia. Butuh sepanjang hari untuk mengerjakannya. Sebab amunisi tenaga harus tercukupi, bekal makanan bisa diantar sebanyak 3 kali sehari.
Aku mendapat kesempatan untuk mengantarkan bekal ketiga itu. Butuh waktu 10 menit mengendarai sepeda motor untuk menuju lahan yang sedang ditanami “kehidupan” itu. Itu pun tak serta merta sampai. Aku masih harus berjalan lagi sekitar 100 meter.
Sesampainya di sana, kurang seperempat lahan lagi yang belum dtanami. Paman dibantu 10 tetangga yang seluruhnya ibu-ibu. Seluruhnya bekerja sama menanam helai demi helai benih padi yang telah disemai.
"Reneo, ayo melu tandur!" seru salah satunya kepadaku. Sini, ayo ikut menanam.
ADVERTISEMENT
Aku hanya berjalan mendekati mereka lantas berjongkok di pematang sawah. Aku tidak berani membantu. Menghabiskan sebagian besar hidup di perkotaan, membuatku tidak banyak tahu tentang pertanian . Aku takut hanya akan mengacaukan kerja keras mereka jika memaksa bergabung.
Agenda ini membutuhkan kesabaran yang besar pula. Selama proses menanamnya saja, mereka harus menahan teriknya matahari, lumpur yang mengunci pergerakan kaki, juga pegal di punggung akibat menunduk terus-menerus. Mereka pun harus pintar-pintar berkoordinasi untuk memasang tali yang menentukan kelurusan area tanam juga menentukan strategi agar cepat selesai.
Agenda besar itu baru usai kala sang surya hendak menenggelamkan diri. Sepuluh ibu-ibu kuat itu pulang membawa upah juga beberapa camilan yang belum sempat mereka makan. Sepeda motor membawa mereka ke kediaman masing-masing. Giliran mengurus rumah.
ADVERTISEMENT
Zikra Mulia Irawati
Politeknik Negeri Jakarta