Konten dari Pengguna

Apresiasi Cerpen "Lelaki Yang Menderita Bila Dipuji"

Zikri Ibnu Zar
Mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
26 Oktober 2022 18:23 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Zikri Ibnu Zar tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
foto dari pixabay:https://pixabay.com/id/photos/buku-membuka-buka-buku-kertas-707388/
zoom-in-whitePerbesar
foto dari pixabay:https://pixabay.com/id/photos/buku-membuka-buka-buku-kertas-707388/
ADVERTISEMENT
Cerpen “Lelaki yang Menderita Bila Dipuji” karya Ahmad Tohari ini mengisahkan tentang kehidupan seorang tokoh utama yang bernama Mardanu. Mardanu adalah orang yang mengalami kerisihan ketika dia dipuji dikarenakan dia menganggap bahwa pujian yang ia dapat terhadap apa yang telah dilakukan bukanlah sesuatu yang pantas dibanggakan.
ADVERTISEMENT
Tokoh utama dalam cerita ini adalah Mardanu, dia merupakan seorang kakek-kakek pensiunan yang mempunyai sifat disiplin. Hal tersebut dapat kita lihat dalam cerita ini, walaupun Mardanu sudah berumur tujuh puluh lima tahun tetapi dia masih tetap berolahraga dan mempunya kondisi tubuh yang tegap. Tokoh kedua ada Kosim, dia adalah seorang supir becak. Kosim adalah orang yang gigih dan selalu bersyukur. Hal tersebut dapat dilihat dari perkataan Kosim yang pernah bilang bahwa dirinya sudah beruntung bila mendapatkan lima belas ribu rupiah sehari, karena dia sering tidak mendapatkan sepeserpun uang dalam sehari. Tokoh ketiga ada Manik, dia adalah cucu perempuan Mardanu. Manik memiliki sikap periang seperti anak kecil pada umumnya.
Alur dalam cerpen ini menggunakan alur campuran (maju-mundur). Latar tempat pada cerpen ini ada di rumah, kantor pos, alun-alun, sekolah, dan kamar tidur. Latar suasana dalam cerpen ini adalah suasana gelisah, gembira, dan risih. Suasana gelisah terjadi saat setelah Mardanu mendengar nyanyian manik. Suasana gembira terlihat saat manik mendengar jawaban Mardanu saat setelah melepaskan burung kutilangnya. Serta suasana risih terlihat saat Mardu mendengar pujian dari orang-orang.
ADVERTISEMENT
Amanat yang dapat saya ambil dalam cerpen ini adalah sesuatu yang kita anggap kecil belum tentu menurut orang lain kecil, bisa jadi sesuatu yang dianggap kecil atau sepele oleh kita, orang lain malah menganggapnya hal besar atau luar biasa.
Cerita pendek ini ditulis oleh Ahmad Tohari, beliau lahir di Banyumas, 13 Juni 1948. Sekarang menetap di Desa Tinggarjaya, Jatilawang, Purwokerto, Jawa Tengah. Karyanya yang paling populer novel trilogi Ronggeng Dukuh Paruk. Dan kumpulan cerpennya seperti Senyum Karyamin, Nyanyian Malam, dan Mata yang Enak Dipandang.