Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Konten dari Pengguna
Apresiasi Cerpen "Matahari Tak Terbit Lagi"
26 Oktober 2022 18:08 WIB
Tulisan dari Zikri Ibnu Zar tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Analisis Cerpen “Matahari Tak Terbit Lagi”
Cerpen “Matahari Tak Terbit Lagi” karya Fakhrunnas M.A. Jabbar ini bertemakan romantis karena menceritakan tentang seorang tokoh yang memiliki kerinduan terhadap seseorang yang dikasihinya, mereka berpisah karena takdir yang tak bisa ditolak. Tokoh utama dalam cerpen ini memiliki karakter yang romantis dan pengertian. Hal ini tampak dari perkataannya yang berbunga-bunga dan kata-kata yang sifatnya melebih-lebihkan. Dan terdapat juga sosok orang kedua yang digambarkan sebagai bidadari dan memiliki karakter setia dan tabah. Hal ini tampak dari perkataannya ”Aku takut bila aku berubah. Tapi tak akan pernah, pangeranku.”
ADVERTISEMENT
Alur dalam cerpen ini menggunakan alur maju dikarenakan menceritakan tentang perasaan batin sang tokoh utama yang kehilangan orang yang dikasihinya. Latar tempat pada cerita ini berada di kamar dan ruang kosong. Hal tersebut dapat diperjelas dengan narasi "Di ruang kosong yang semula dipenuhi pernik cahaya matahari, kita bertatap muka penuh gairah." Dan "Kau menatap langit-langit kamar sambil membisikkan untaian puisi yang kau tulis dengan desah napasmu." Latar waktu pada pagi hari. Latar suasana yang menyedihkan dan mengecewakan. Dalam cerita ini banyak menceritakan isi hati sang tokoh utama yang tidak pasti dimana dan kapan kejadiannya. Sudut pandang dalam cerita ini menggunakan sudut pandang orang pertama karena bercerita tentang isi hati, keresahan, dan juga perasaan sang tokoh utama.
ADVERTISEMENT
Amanat yang bisa didapat dari cerpen ini adalah betapa berartinya seseorang yang dikasihi, kehilangan seseorang dapat menyebabkan hidup menjadi tidak bermakna dan menjalani hari-hari dikehidupan begitu menyakitkan.
Cerpen ini ditulis oleh Fakhrunnas M.A. Jabbar beliau seorang sastrawan dan akademikus asal Indonesia yang lahir pada tanggal 18 Januari 1959. Karya-karya beliau berupa esai, cerpen, dan puisi yang dipublikasikan di Horison, Panji Masyarakat, Sinar Harapan, dan lain-lain. Pada tahun 2019 dia terpilih sebagai salah satu penyair yang diundang dalam Pertemuan Penyair Nusantara yang diikuti oleh para sastrawan Malaysia, Brunei Darussalam, Singapura, Thailand, Timor Leste, dan juga Indonesia.