Konten dari Pengguna

Middle Income Trap: Strategi Indonesia dan Pelajaran dari Negara Lain

Zilmi Haridhi
Seorang paralegal dan peneliti hukum di Edi Yunara, S.H & Associates Law Firm
14 Oktober 2024 11:55 WIB
·
waktu baca 6 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Zilmi Haridhi tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Gambar 1. Ilustrasi Middle Income Trap. Sumber: Canva
zoom-in-whitePerbesar
Gambar 1. Ilustrasi Middle Income Trap. Sumber: Canva
ADVERTISEMENT
Middle income trap merupakan situasi di mana negara dengan pendapatan menengah tidak dapat bersaing dalam produksi barang-barang berintensitas tenaga kerja rendah karena upah yang relatif tinggi, tetapi juga tidak dapat bersaing dalam kegiatan bernilai tambah tinggi karena produktivitas yang relatif rendah. Hal ini menyebabkan stagnasi ekonomi yang berkepanjangan dan kesulitan untuk mencapai status negara berpendapatan tinggi.
ADVERTISEMENT
Indonesia yang telah mencapai status pendapatan menengah sejak tahun 1985, kini menghadapi tantangan serius untuk menghindari perangkap ini. Pertumbuhan ekonomi Indonesia stagnan di kisaran 3,5% per tahun, jauh di bawah target pertumbuhan yang diperlukan untuk mencapai status negara maju, yaitu sekitar 5,42% per tahun.
Bank Dunia menyebut negara berkembang seperti Indonesia perlu membuat keajaiban agar tak terjebak dalam middle income trap dan perlu adanya strategi matang agar menjadi negara maju atau makmur. Direktur Eksekutif Center of Reform on Economic (CoRE) Mohammad Faisal mengatakan Indonesia perlu terobosan luar biasa demi pertumbuhan ekonomi di atas 6% secara konsisten. Tanpa pertumbuhan ekonomi tersebut Indonesia akan terjebak dalam negara dengan penghasilan menengah alias sulit maju.
ADVERTISEMENT
Negara yang terjebak dalam middle income trap dihadapkan pada stagnasi ekonomi yang signifikan. Hal ini dapat mencegah pertumbuhan jangka panjang dan meningkatnya ketidaksetaraan sosial. Stagnasi ini terjadi ketika negara tidak mampu beralih dari pendapatan menengah ke pendapatan tinggi, dan itulah yang menyebabkan penurunan daya saing di pasar global. Hal tersebut dapat mengakibatkan investasi asing berkurang dan potensi inovasi serta pengembangan sektor industri domestik terhambat. Stagnasi ini juga dapat berujung pada peningkatan pengangguran dan kemiskinan. Lapangan kerja baru yang berkualitas tinggi akan sulit untuk diciptakan, sehingga memperburuk kondisi sosial dan ekonomi masyarakat.

Strategi Keluar dari Middle Income Trap

Sepuluh tahun pemerintahan Jokowi, tingkat pertumbuhan ekonomi Indonesia relatif stagnan 5% per tahun. Tak hanya stagnan, pertumbuhan hanya berbasis hasil alam. Di bidang industri, pemerintah memprioritaskan pembangunan peleburan mineral yang juga berbasis hasil alam. Hal ini berlangsung dengan melupakan perbaikan iklim investasi di industri pengolahan atau manufaktur yang lebih kuat yang seharusnya dapat mendorong penciptaan lapangan kerja dan perbaikan produktivitas.
ADVERTISEMENT
Dalam 5 (lima) tahun terakhir, jumlah kelas menengah turun dari 21% menjadi 17% karena pemutusan lapangan kerja di berbagai sektor. Pembukaan impor untuk komoditas industri padat karya membuat produk dalam negeri tidak bisa bersaing dengan barang murah dari luar negeri. Sebaliknya, kenaikan nilai investasi hanya dinikmati oleh pengusaha karena terkonsentrasi di industri hulu yang padat modal, terutama sektor pertambangan. Hilirisasi sumber daya mineral tidak diikuti industri turunan yang nilai tambahnya lebih besar.
Pemerintah Indonesia harus mengimplementasikan strategi yang terintegrasi untuk keluar dari middle income trap. Pertama, pengembangan sektor Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM). Saat ini, UMKM berkontribusi sekitar 61% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) dan menyerap 97% tenaga kerja di Indonesia. Untuk memaksimalkan potensi ini, pemerintah perlu meningkatkan akses pembiayaan, memberikan pelatihan keterampilan, serta mendukung pemasaran digital bagi UMKM. Dengan langkah-langkah ini, diharapkan UMKM dapat naik kelas dan berpartisipasi dalam rantai pasok global, yang pada gilirannya akan meningkatkan pendapatan masyarakat dan mendorong pertumbuhan ekonomi.
ADVERTISEMENT
Kedua, peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM) menjadi prioritas utama. Indonesia telah mengalami bonus demografi sejak tahun 2015 dengan periode puncaknya diperkirakan terjadi pada periode 2020 s.d. 2035. Oleh karena itu, reformasi pendidikan yang menyeluruh sangat penting untuk mempersiapkan tenaga kerja yang terampil dan inovatif. Pemerintah perlu memastikan bahwa kurikulum pendidikan sesuai dengan kebutuhan industri dan mendorong program pelatihan vokasi yang relevan. Dengan meningkatkan kualitas SDM, Indonesia dapat meningkatkan produktivitas dan daya saing di pasar global.
Ketiga, menjaga stabilitas makro ekonomi melalui pengelolaan fiskal yang hati-hati. Defisit anggaran yang tinggi dapat menghambat investasi dalam infrastruktur dan program sosial yang penting untuk pertumbuhan ekonomi. Pemerintah harus berupaya menekan inflasi di bawah 3% dan menjaga defisit transaksi berjalan di bawah 3%. Kebijakan ini akan menciptakan iklim investasi yang lebih baik dan mendorong pertumbuhan yang lebih cepat.
ADVERTISEMENT
Keempat, pemerintah perlu mendorong inovasi dan teknologi sebagai bagian dari strategi diversifikasi ekonomi Investasi dalam penelitian dan pengembangan harus ditingkatkan untuk menciptakan produk-produk inovatif yang dapat bersaing di pasar internasional. Dengan memanfaatkan teknologi tinggi, sektor-sektor seperti manufaktur dan digitalisasi dapat berkembang pesat sehingga mengurangi ketergantungan pada sumber daya alam. Hal ini penting untuk memastikan keberlanjutan pertumbuhan ekonomi jangka panjang.
Kelima, kolaborasi antara pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat sipil sangat penting untuk keluar dari middle income trap. Pemetaan faktor pendorong ekonomi akan membantu pemerintah dalam merumuskan kebijakan yang lebih efektif.
Pemerintahan Prabowo-Gibran perlu menjalankan strategi ini. Dengan menerapkan strategi ini secara konsisten, Indonesia memiliki peluang besar untuk lepas dari jebakan pendapatan menengah dan mencapai status negara berpendapatan tinggi pada tahun 2035-2040.
ADVERTISEMENT

Keberhasilan Negara Lain Keluar dari Middle Income Trap

Keberhasilan suatu negara keluar dari middle income trap merupakan contoh penting bagi Indonesia dalam merumuskan strategi pembangunan. Salah satu negara yang berhasil adalah Korea Selatan, yang dalam beberapa dekade terakhir telah bertransformasi dari negara berpendapatan rendah menjadi salah satu ekonomi termaju di dunia. Kunci keberhasilan Korea Selatan terletak pada investasi besar dalam pendidikan dan teknologi, serta kebijakan industri yang mendukung inovasi. Melalui program-program seperti Five Year Economic Development Plans Korea Selatan berhasil mendorong pertumbuhan sektor manufaktur dan meningkatkan daya saing globalnya, sehingga mampu mencapai pertumbuhan ekonomi rata-rata sekitar 7% per tahun selama periode tersebut.
Negara lain yang berhasil adalah Taiwan, yang menunjukkan bahwa diversifikasi ekonomi dan pengembangan sumber daya manusia adalah strategi yang efektif. Taiwan memfokuskan upayanya pada pendidikan teknis dan vokasional, serta mendorong penelitian dan pengembangan di sektor teknologi tinggi. Dengan mengembangkan industri berbasis teknologi, Taiwan tidak hanya meningkatkan nilai tambah produk tetapi juga menciptakan lapangan kerja berkualitas tinggi. Pendapatan per kapita Taiwan meningkat secara signifikan, mencapai sekitar $34.000 pada tahun 2023, menandakan transisi yang sukses menuju status negara berpendapatan tinggi.
ADVERTISEMENT
Contoh lain yang relevan adalah Singapura, yang berhasil keluar dari middle income trap dengan pendekatan berbasis kebijakan probisnis dan investasi infrastruktur yang kuat. Singapura mengadopsi kebijakan terbuka terhadap investasi asing dan menciptakan iklim bisnis yang kondusif melalui regulasi yang efisien. Selain itu, pemerintah Singapura secara aktif berinvestasi dalam pendidikan dan pelatihan untuk memastikan tenaga kerja memiliki keterampilan yang diperlukan untuk bersaing di pasar global.
Keberhasilan ketiga negara ini menunjukkan bahwa kombinasi antara investasi dalam sumber daya manusia, inovasi, dan kebijakan ekonomi yang mendukung sangat penting untuk keluar dari middle income trap. Indonesia dapat mengambil pelajaran dari pengalaman ini dengan fokus pada peningkatan kualitas pendidikan, pengembangan ekosistem inovasi, serta penciptaan lingkungan investasi yang lebih baik.
ADVERTISEMENT