Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
Konten dari Pengguna
Bimbingan Konseling: Hanya untuk Siswa Bermasalah?
31 Oktober 2024 6:15 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Zahra Rihadatul Khasanah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Selama ini, peranan Bimbingan Konseling di sekolah sering dianggap sebagai layanan yang hanya diperuntukkan bagi siswa yang bermasalah. "Polisi sekolah" adalah label yang diberikan siswa kepada guru Bimbingan Konseling di sekolah karena menurut mereka, tugas guru BK adalah memberi hukuman kepada siswa-siswa yang bermasalah, mendisiplinkan siswa, dan mempertahankan tata tertib yang ada di sekolah. Label tersebut diberikan karena pendekatan yang salah dilakukan oleh guru BK kepada siswanya, sehingga mengakibatkan siswa memiliki pandangan buruk terhadap BK. Munculnya pandangan tersebut membuat siswa tidak ingin datang kepada guru Bimbingan Konseling karena takut akan anggapan bahwa siswa yang melakukan layanan konseling adalah siswa yang memiliki permasalahan atau berperilaku buruk. Padahal, Bimbingan Konseling seharusnya dipahami dan dianggap sebagai layanan untuk semua siswa, tidak hanya untuk siswa yang bermasalah.
ADVERTISEMENT
Peran Bimbingan Konseling di sekolah adalah sebagai konselor, membantu keberhasilan proses pendidikan agar berjalan dengan baik. Menurut Plt. Kepala Dinas Pendidikan, Perpustakaan, dan Arsip Daerah Provinsi Papua, "Guru BK itu ada bukan karena siswa ada masalah. Sebaliknya, guru BK hadir sebelum ada masalah." Maksudnya, peran guru Bimbingan Konseling bukan hanya reaktif terhadap permasalahan yang muncul karena siswa memiliki masalah, tetapi bimbingan dan konseling juga berfungsi untuk melakukan usaha pencegahan agar siswa terhindar dari masalah-masalah yang mungkin timbul. Tidak hanya itu, guru BK hadir untuk mendukung perkembangan siswa dan membantu mereka dalam mengembangkan keterampilan sosial, akademik, dan karier mereka ke depannya.
Satu hal penting lagi yang sering diabaikan dari peranan seorang guru BK di sekolah adalah mengelola kesehatan mental dan emosional siswa. Di era digital yang penuh dengan tekanan sosial, kesehatan mental menjadi fokus utama. Berbagai macam tekanan yang dihadapi oleh siswa, baik dari media sosial, ruang lingkup pertemanan, maupun dari tuntutan keluarga, dapat mempengaruhi kesehatan mental dan emosional siswa. Berdasarkan survei Indonesia National Adolescent Mental Health Survey (I-NAMHS) tahun 2022, 15,5 juta atau 34,8% remaja Indonesia mengalami masalah kesehatan mental. Dengan hadirnya bimbingan konseling di sekolah, siswa dapat mengelola stres dan kecemasan yang dihadapi dengan melakukan konseling dengan guru BK di sekolahnya.
ADVERTISEMENT
Menurut saya, adanya stigma bahwa bimbingan konseling hanya untuk siswa yang bermasalah harus segera diubah karena bimbingan konseling perlu dipandang sebagai layanan konseling yang bermanfaat bagi semua siswa, bukan hanya bagi mereka yang mengalami masalah. Dari stigma ini juga dapat menciptakan situasi di mana siswa yang pada awalnya membutuhkan dukungan atau ruang curhat memilih melewatkan kesempatan tersebut.
Dengan memberikan edukasi secara bertahap dan memperkenalkan sosok Bimbingan Konseling (BK) yang ramah serta bersahabat, kita dapat menciptakan suasana di mana siswa merasa didengar dan dipahami. BK seharusnya hadir untuk mendengarkan pengalaman siswa tanpa menghakimi, menghormati setiap perasaan yang mereka alami, dan memberikan dukungan yang diperlukan. Dengan begitu, kita bisa sedikit demi sedikit mengubah stigma negatif tersebut.
ADVERTISEMENT
Disusun oleh: Zahra Rihadatul Khasanah dan Prof. Dr. Andayani, M.Pd.