Konten dari Pengguna

Otak Encer saat Kepepet, Kok Bisa?

Sarah Aulia
Mahasiswi jurusan Pendidikan Biologi di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
24 April 2021 6:05 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Sarah Aulia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi oleh: Sarah Aulia
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi oleh: Sarah Aulia
ADVERTISEMENT
Kalian pasti pernah mendengar istilah Sistem Kebut Semalam (SKS). SKS adalah metode yang kerap kali dipakai oleh banyak orang, terlebih bagi para pelajar. Metode ini kerap dijadikan sebagai jalan alternatif terakhir untuk mengerjakan tugas di waktu yang tentunya sangat terbatas.
ADVERTISEMENT
Biasanya, ketika sudah terdesak barulah kita sibuk dan herannya dalam sekejap mata pekerjaan tersebut selesai. Itulah yang sering dinamakan dengan: “The Power of Kepepet”. Mengapa hal itu dapat terjadi?
1. Meningkatnya Hormon Adrenalin
Dalam kondisi yang mendesak, sering kali tanpa kita sadari waktu berputar semakin cepat. Waktu yang berputar cepat ini dan tugas yang terasa tidak kunjung selesai menjadikan kita seakan sedang berlari tetapi tidak pernah sampai tujuan. Di saat-saat seperti inilah, ada suatu hormon yang membuat kita merasa terpacu untuk menyelesaikan pekerjaan dengan cepat. Yaps, hormon tersebut adalah hormon Adrenalin!
Hormon adrenalin adalah hormon yang memicu naiknya tingkat stres. Respons stres dalam situasi penuh tekanan pada tubuh terdapat pada sistem saraf otonom dan proses neurobiologis.
ADVERTISEMENT
Dalam upaya mempertahankan keseimbangan tubuh untuk mempersiapkan reaksi stres pada otak yang dihubungkan ke kelenjar pituitari. Hipotalamus distimulasi oleh sistem saraf simpatis melepaskan hormon kartisol pada faktor CRF.
CRF mengaktifkan kelenjar pituitari untuk melepaskan hormon ACTH yang mengaktifkan sinyal pada kelenjar Adrenal. ACTH dari kelenjar pituitari merangsang korteks adrenal untuk melepaskan hormon kartisol pada waktu yang bersamaan.
Neuron pada hipotalamus mensinyalkan medula untuk melepaskan hormon adrenalin yang kemudian hormon ini menekan tubuh dalam kewaspadaan yang tinggi.
2. Waktu yang Terbatas Memunculkan Motivasi Besar
Manusia membutuhkan motivasi dalam melakukan suatu pekerjaan karena mempunyai target yang harus dicapai. Motivasi desakan deadline meningkat dua kali lebih besar dari biasanya. Saat seseorang sedang terburu-buru, motivasi yang muncul mengubah kata “tidak bisa” menjadi “bisa”.
ADVERTISEMENT
Adanya keterbatasan waktu, membuat kita sadar bahwa kita tidak dapat berpikir panjang dan bermalas-malasan. Suka tidak suka dengan pekerjaan tersebut tetap harus diselesaikan. Di sisi lain, otak tidak hanya di tuntut untuk berpikir lebih cepat tetapi juga berpikir bermacam kemungkinan buruk yang akan terjadi. Tentu saja kita tidak ingin mengalami kemungkinan buruk itu, maka kita akan melakukan berbagai cara untuk menghindarinya.
3. Fokus
Ketika mendekati deadline, otak kita menjadi lebih fokus dalam mengerjakan sesuatu. Padahal, sebelumnya konsentrasi kita mudah terpecah oleh berbagai gangguan seperti bermain sosial media, menonton film, dan sebagainya. Namun, saat kita berada di dekat deadline, prioritas kita hanya tertuju kepada pekerjaan yang harus segera diselesaikan.
Mengerjakan suatu hal dengan waktu yang cepat pastinya membuat tubuh kita dipaksa untuk bekerja lebih ekstra. Jika dilakukan terus-menerus, hal tersebut sangat membahayakan otak dan kesehatan tubuh kita.
ADVERTISEMENT
Meski banyak yang berhasil menuntaskan pekerjaan dengan mengandalkan “The Power of Kepepet”, bukan berarti dapat dijadikan sebagai solusi terakhir saat waktu pengerjaan sudah semakin dekat dengan deadline.
Tentunya dengan menyelesaikan pekerjaan dari jauh-jauh hari lebih menyenangkan dan membuat tubuh serta otak kita rileks. Jika memang harus terpaksa, pastikan memakai jeda saat waktu pengerjaan dan tetap konsumsi makanan yang sehat ya! Sekian, semoga bermanfaat!
Ilustrasi wanita sedang berpikir. Foto: Shutterstock