Perang dagang antara China - Amerika Serikat

Zubin Mehta
Sarjana Hubungan Internasional Prof. Dr Moestopo (Beragama) Magister Hubungan Internasional saat ini Paramadina Menulis merupakan salah satu dalam pendapat kita
Konten dari Pengguna
18 Januari 2021 17:25 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Zubin Mehta tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Presiden terpilih Amerika Serikat yaitu, Joe Biden secara resmi belum akan menempati Gedung Putih sebelum hari pelantikannya - semacam parade politik, ketika politikus Demokrat itu dan wakil presiden terpilih Kamala Harris akan disumpah pada tanggal 20 Januari 2021 nanti.Dengan kekalahan Donald Trump dalam pemilihan Presiden Amerika Serikat yang diwarnai banyak drama dari beberapa pendukungnya, seperti demo dengan melakukan beberapa perusakan fasilitas umum, tetapi kita fokus bagaimana Joe Biden yang kedepannya dalam kebijakan-kebijakan ekonomi internasional.
ADVERTISEMENT
Banyak berfikir Amerika Serikat akan susah dalam mengejar negara kekuatan China yang dimana dari segi investasi perdagangan internasional sudah semakin meningkat tiap tahunnya,
Bagaimana dengan Amerika mengejar ketinggalan seperti ini, dari beberapa forum dan regional saja mengenai permasalahan ekonomi Amerika Serikat sering kali tidak dilibatkaan lagi sebagai sosok hegemoni tunggal tetapi adanya China menjadi adalah opsi kedua atau second change hegemoni.Terbukti Kemitraan Ekonomi Komprehensif Regional (Regional Comprehensive Economic Partnership,RCEP) dikawasan negara Asia - Pasifik dibidang ekonomi terdiri dari 10 negara beranggotakan ASEAN, dengan China, Jepang, Korea Selatan dan Selandia Baru dan Austrlia dan tidak hanya itu di ASEAN saja China merupakan mitra kerjasama di ASEAN yang menpatkan dirinya diposisi ke 3 dalam bidang investasi dan perdagangan.
ADVERTISEMENT
Sedangkan Biden ingin mengajak negara-negara berkoalisi bersama-sama untuk menghadapi China, dengan dibeberapa bidang ekonomi, kawasan geostrategis dan keamanan dan dengan cara meminta China dalam masalah pelangaran HAM dan perdagangan dan lainnya bahkan akan jauh lebih kuat dan masuk akal.
Sementara Amerika Serikat di sektor investasi terus merosot dan ketinggalan jauh dari China, salah satu contoh dikawasan ASEAN saja tahun 2010-2019 Amerika Serikat $42,5 miliar dan China $52,2 miliar berbeda jauh dan tidak hanya dikawasan Asia dan Asia timur dan tenggara saja, Uni Eropa juga menjadi pelabuhan negara tirai bambu tersebut dibeberapa faktor yang menguntungkan China, yang dimana Uni Eropa dan China sudah menandatangani perjanjian yang dimana dibidang ekonomi kawasan , pembangunan berkelanjutan serta meningkatkan promosi akses Uni Eropa dalam Tekonologi, Kesehatan dan Energi Terbarukan
ADVERTISEMENT
Sudah sangat jelas China disaat ini mendominasi dengan kekuatan yang bersaing dengan Amerika Serikat, apakah Biden siap bersaing dengan Xin Jinping dalam kebijakan antara kedua negara, karena pertarungan ini belum usai.
Kita bisa lihat nanti kedepannya setelah Joe Biden dalam memimpin pimpinan tertinggi di Amerika Serikat, dengan beberapa kebijakan yang akan nanti diambil dalam masalah persaingan global internasional economy.
Apakah Amerika Serikat siap bersaing penuh dengan China yang sudah memonopoly kekuatannya, kita akan melihat kebijakan Biden dalam 100 hari kerjanya nanti setelah resmi dilantik sebagai Presiden Amerika Serikat.
Foto ini diambil dari https://www.aljazeera.com/news/2020/11/25/chinas-xi-congratulates-biden-and-hopes-for-win-win-ties