Konten dari Pengguna

Peluang Bagi Perawat Bersertifikasi Indonesia di Bursa Tenaga Kerja AS

3 Maret 2019 1:27 WIB
clock
Diperbarui 6 Agustus 2020 13:18 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Zufri Hadi tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi perawat Foto: thinkstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi perawat Foto: thinkstock
ADVERTISEMENT
Peluang untuk bekerja di luar negeri, khususnya bagi tenaga kerja profesional Indonesia, masih terbuka lebar. Kesempatan tersebut tentunya harus dapat dimanfaatkan dengan sebaik mungkin. Jika tidak, maka akan diambil oleh tenaga kerja dari negara lain. Salah satunya adalah peluang kerja bagi tenaga perawat bersertifikasi (registered nurse) di Amerika Serikat (AS).
ADVERTISEMENT
Berdasarkan data statistik yang dirilis oleh Biro Statistik Tenaga Kerja Amerika Serikat (US Bureau of Labor Statistics), kebutuhan tenaga perawat bersertifikasi di AS secara umum diprediksikan akan mengalami peningkatan sebesar 712.000 perawat atau sebesar 26 persen dalam satu dekade, yaitu dari 2,74 juta perawat pada tahun 2010 menjadi 3,45 juta perawat pada tahun 2020.
Peningkatan tersebut belum ditambah dengan perkiraan jumlah tenaga perawat yang akan memasuki masa pensiun sebesar 495.500 perawat. Dengan demikian, total jumlah lowongan perkerjaan yang tersedia untuk tenaga perawat di AS akan mencapai sebesar 1,2 juta orang perawat hingga tahun 2020.
Jumlah tersebut tentunya belum dapat dipenuhi seluruhnya oleh ketersediaan tenaga perawat domestik baru di AS yang jumlahnya mencapai 581.500 perawat pada akhir tahun 2018. Hal ini tentunya membuka peluang kerja yang cukup besar bagi tenaga perawat asing dari berbagai negara di dunia, termasuk Indonesia.
Sumber: US Bureau of Labor Statistics (data diolah)
Dari segi permintaan, jumlah kebutuhan tenaga perawat di AS diprediksi terus meningkat setiap tahunnya. Hal ini disebabkan oleh semakin tingginya jumlah penduduk dalam kategori baby boomers age (penduduk yang lahir pada kurun waktu 1946-1964).
ADVERTISEMENT
Laporan Proyeksi Populasi Nasional yang dirilis Biro Sensus Amerika Serikat (US Census Bureau) pada September 2018 menunjukkan, prediksi peningkatan jumlah penduduk kategori baby boomers bisa mencapai 78 juta orang pada tahun 2035. Peningkatan tersebut akan menyebabkan lonjakan jumlah kebutuhan terhadap pelayanan kesehatan, sehingga kebutuhan tenaga perawat juga akan semakin meningkat.
Sumber: US Census Bureau
Sementara itu, dari segi penawaran, ketersediaan pasokan tenaga perawat domestik di AS justru semakin menurun. Hal ini ditengarai akibat adanya keterbatasan anggaran operasional dan kapasitas pendukung yang dimiliki oleh sekolah keperawatan di AS, seperti terbatasnya jumlah fakultas keperawatan dan daya tampung kelas, juga terbatasnya tenaga pendidik (preceptors), serta fasilitas klinik untuk praktik lapangan.
Berdasarkan laporan yang dikeluarkan oleh American Association of Colleges of Nursing (AACN) tahun 2012, total jumlah calon mahasiswa perawat yang aplikasinya ditolak oleh sekolah atau jurusan keperawatan di universitas di AS mencapai sebesar 75.587 orang, meskipun seluruh calon mahasiswa tersebut telah memenuhi kualifikasi dan standar yang ada.
ADVERTISEMENT
Untuk bekerja sebagai tenaga perawat bersertifikasi di AS, setiap lulusan sekolah atau jurusan keperawatan di universitas, tanpa terkecuali harus menempuh ujian sertifikasi. Namanya National Council Licensure Examination for Registered Nurses (NCLEX-RN), yang diadakan oleh Dewan Nasional Keperawatan Amerika Serikat (National Council of State Boards of Nursing - NCSBN).
Calon peserta ujian sertifikasi NCLEX-RN tersebut minimal harus merupakan lulusan Bachelor of Science in Nursing (BSN) atau setara S1 Keperawatan di Indonesia. Standar kelulusan untuk ujian sertifikasi NCLEX-RN adalah memperoleh nilai ujian dengan skor 80 poin.
Untuk tempat pelaksanaan ujian NCLEX-RN, NCSBN saat ini telah membuka pusat-pusat ujian NCLEX di beberapa negara Asia, antara lain India, Hong Kong, dan Filipina. Hal ini bertujuan untuk memberikan kemudahan bagi para calon tenaga perawat asing yang hendak mengambil ujian sertifikasi NCLEX.
ADVERTISEMENT
Sebelum menempuh ujian sertifikasi NCLEX, khusus untuk para tenaga perawat asing, direkomendasikan terlebih dahulu menempuh ujian sertifikasi awal Commision on Graduates of Foreign Nursing School (CGFNS). Sertifikasi CGFNS awalnya hanya dapat dilakukan di AS dan Inggris, namun berkat kerja sama CGFNS dengan Kryterion Testing Centers, sertifikasi saat ini telah dapat dilakukan di berbagai negara, termasuk Indonesia.
Ujian sertifikasi CGFNS ini meliputi tes kualifikasi awal atau CGFNS Certification Program (CP), review ijazah kelulusan dan nilai (credentials review), kemampuan dan pengetahuan keperawatan, serta kemampuan Bahasa Inggris. Melalui tes ini, setiap peserta ujian diharuskan telah melalui jenjang pendidikan dan memiliki kemampuan, baik teori maupun praktik di bidang keperawatan, pengobatan, operasi medis, paediatrics, obstetrics, dan psychiatry sesuai standar pendidikan di AS.
ADVERTISEMENT
Standar kelulusan untuk ujian sertifikasi CGFNS berbeda untuk setiap negara bagian di AS. Di Negara Bagian Louisiana dan Montana misalnya, diharuskan lulus tes kualifikasi awal, sementara di Negara Bagian California dan Florida yang menjadi standar wajib kelulusan adalah hasil dari credential review.
Kurangnya kemampuan berbahasa Inggris hingga saat ini masih menjadi kendala utama yang menghambat perawat Indonesia untuk masuk ke bursa pasar tenaga kerja AS. Tidak heran bila tenaga perawat asing yang bekerja di AS masih didominasi oleh India dan Filipina yang notabene Bahasa Inggris merupakan salah satu bahasa resmi di negara tersebut.
Faktor penghambat lainnya adalah belum diakuinya sertifikasi standar dan kurikulum pendidikan keperawatan di Indonesia, khususnya oleh Amerika Serikat dan negara-negara Commonwealth lainnya, seperti Kanada, Inggris dan Australia. Untuk mengatasi kendala-kendala tersebut, kiranya perlu diimplementasikan beberapa rekomendasi kebijakan.
ADVERTISEMENT
Pertama, pengembangan kurikulum dan standar pendidikan keperawatan di seluruh universitas dan perguruan tinggi lainnya di Indonesia yang memiliki jurusan keperawatan, sehingga bisa diakui secara global.
Kedua, menjalin kerja sama program peningkatan kapasitas (capacity building) dengan para pemangku kepentingan terkait, seperti NCSBN di AS dan Lembaga NCLEX-RN di Filipina, serta antar-universitas atau perguruan tinggi di Indonesia, dengan lembaga pendidikan serupa di kedua negara tersebut. Bentuk kerja sama dapat berupa program pelatihan, magang, program Bahasa Inggris spesialisasi profesi keperawatan, serta pengembangan jaringan profesi.
Ketiga, pengembangan kerja sama dengan diaspora Indonesia yang berprofesi sebagai perawat bersertifikasi di AS untuk berbagi tips dan pengalaman kerja (success story).
Keempat, hal lainnya yang dapat diupayakan adalah mendorong investasi AS untuk pengembangan program pendidikan perawat di Indonesia.
ADVERTISEMENT
Implementasi kebijakan tersebut tentunya tidak akan semudah membalikkan telapak tangan. Untuk menunjang keberhasilannya, diperlukan waktu dan biaya yang tidak sedikit serta komitmen yang tinggi dari para pemangku kepentingan, khususnya di Indonesia.
Namun demikian, berbagai upaya yang dilakukan diharapkan mampu menjadi batu loncatan (milestone) ke depan dalam menjawab berbagai kendala yang masih dihadapi, sehingga pada gilirannya Indonesia dapat memanfaatkan peluang yang ada pada bursa tenaga kerja profesional di AS, khususnya perawat bersertifikasi.