Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.99.1
3 Ramadhan 1446 HSenin, 03 Maret 2025
Jakarta
imsak04:10
subuh04:25
terbit05:30
dzuhur11:30
ashar14:45
maghrib17:30
isya18:45
Konten dari Pengguna
Ramadan: Upaya Memahami Kaum Lemah
3 Maret 2025 11:20 WIB
ยท
waktu baca 3 menitTulisan dari Zul Fadli Rambe tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Ramadan bukan saja mampu membuat manusia mencoba untuk berkata tidak pada makanan atau minuman yang mungkin saja sedang menganggur di hadapannya, atau saling sikut-menyikut dengan nafsu yang sangat dekat dan berkelindan di dalam hatinya. Lebih dari itu, Ramadan ternyata mampu menciptakan sebuah equilibrium atau keseimbangan antara yang berlebih dan yang berkekurangan, yang kaya dan yang miskin, yang borjuis dan yang proletar, yang tentu menciptakan disparitas dan gap yang besar.
ADVERTISEMENT
Bagaimana tidak, dua jenis kaum ini tidak mengunyah dan menelan apapun kecuali air liurnya, namun tidak dalam konteks dan kondisi ketidakmampuan untuk membeli sesuatu untuk dimakan, sebab orang kaya pasti mampu membelinya. Tetapi, dua kaum ini memilih untuk menahan sejenak sebab mereka didisiplinkan oleh Tuhan, sampai waktu berbuka tiba. Maka, tidak ada sebab lain bagi mereka selain karena mereka memiliki kepatuhan dan ketakwaan pada perintah Allah.
Islam sendiri menyebut ada dua kaum yang harus dibela dan diperhatikan, yakni mereka yang Dhuafa (kaum lemah) dan Mustadh'afin (kaum yang dilemahkan) dan Islam sangat menunjukkan keseriusan terhadap mereka. Dalam buku "Al-Qur'an dan Kesejahteraan Sosial", Dr. Asep Usman Ismail, MA menjelaskan keseriusan Islam dalam membela kaum lemah melalui dalil Al-Qur'an, yang menyebut kata Dhuafa sebanyak 8 kali, Mustadh'afin sebanyak 5 kali, Fakir sebanyak 12 kali dan miskin sebanyak 23 kali.
ADVERTISEMENT
Kategori Dhuafa dijelaskan pula jenis-jenisnya, seperti dha'if fi aqli (lemah intelektual), dha'if fi jism (lemah fisik) dan dha'if fi hali (lemah ekonomi). Sedangkan Mustadh'afin ialah orang-orang yang sudah bekerja, berusaha semampunya namun dilemahkan oleh sesuatu sebab yang membuatnya masih tidak mampu untuk memenuhi kebutuhannya, seperti dilemahkan oleh kebijakan pemerintahan, sistem dan lain-lain. Nabi Muhammad pun pernah menyebut Allah sebagai Rabbul Mustadh'afin, yang berarti Tuhannya orang-orang tertindas.
Ibadah puasa Ramadan mampu memberikan hak yang sepadan antara mereka yang cukup dan mereka yang kekurangan. Puasa menjadi terapi upaya memahami perasaan kaum lemah dan kaum tertindas atas jerih payahnya dalam mencari hidup dengan perut terisi. Privilese Ramadhan sebagai bulan yang dijanjikan oleh Allah pahala berkali-kali lipat pada setiap detail kecil ibadahnya pun dapat mendorong mereka yang mampu untuk memberi makanan pada mereka yang tidak mampu. Fenomena ini tentu dapat meminimalisir suara piring sendok di rumah yang satu dan suara keroncong perut di rumah yang lain dan diharapkan dapat menjadi kebiasaan baru yang baik untuk diterapkan secara kontinyu.
ADVERTISEMENT
Hingga pada akhir Ramadan pun, Islam masih memperhatikan kaum Dhuafa dan Mustadh'afin dengan menerapkan prinsip pembersihan pada kepemilikan harta kekayaan melalui zakat. Selain sebagai pengingat bahwa pada setiap rezeki yang diberikan pada manusia terdapat hak manusia lain di dalamnya, zakat juga berfungsi sebagai bentuk upaya kemanusiaan, membangkitkan rasa solidaritas dan keseimbangan distribusi ekonomi yang seringkali pincang sehingga berdampak pada kemiskinan dan ketertindasan.