Konten dari Pengguna

Catcalling: Suara yang Harus Dihentikan

Zulfa Ma'arij
Saya seorang mahasiswa Universitas Negeri Surabaya dengan podi Ilmu Administrasi Negara
29 November 2024 20:10 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Zulfa Ma'arij tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Catcalling (Sumber: Dokumen pribadi. Zulfa Ma'arij)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Catcalling (Sumber: Dokumen pribadi. Zulfa Ma'arij)
ADVERTISEMENT
Di Indonesia, catcalling, ini merujuk pada komentar atau seruan seksual yang sering dilontarkan oleh orang asing kepada perempuan, biasanya dalam bentuk godaan atau pujian yang tidak diminta. Fenomena ini, meskipun sering dianggap sebagai bentuk perhatian atau pujian, sesungguhnya adalah salah satu bentuk pelecehan verbal yang perlu dihentikan. Beberapa pihak mungkin menganggap catcalling ini merupakan hal yang wajar atau sebagai pujian, seperti “hai cantik” atau “mau kenalan gak?”, namun bagi para korban terutama perempuan, catcalling merupakan pelecehan yang dapat mengakibatkan perasaan tidak nyaman, perasaan takut, dan trauma yang berkelanjutan. Salah satu faktor utama terjadinya catcalling adalah kurangnya pemahaman mengenai pelecehan seksual, di mana banyak orang yang masih menganggap catcalling sebagai hal yang wajar. Akibatnya, pelaku merasa tidak bersalah, sementara korban sering merasa ragu untuk melaporkan kejadian yang mereka alami. Lemahnya penegakan hukum juga menjadi masalah, karena hingga kini belum ada undang-undang yang secara khusus mengatur tentang catcalling di Indonesia. Kondisi ini membuat pelaku catcalling merasa bebas dan tidak takut akan konsekuensi hukum.
ADVERTISEMENT
Faktor lain yang memperparah tingginya kasus catcalling di Indonesia adalah adanya budaya patriarki dan seksisme. Masyarakat Indonesia yang masih dipengaruhi kuat oleh budaya patriarki, di mana laki-laki sering dianggap memiliki otoritas dan kekuasaan atas perempuan. Kondisi ini mendorong munculnya pandangan seksisme, yang menganggap perempuan sebagai objek seksual yang bisa dilecehkan dan dihina tanpa adanya rasa hormat. Catcalling ini dapat menimbulkan dampak psikologis yang mendalam bagi perempuan, seperti rasa cemas, stres, dan hilangnya rasa percaya diri. Ini turut memperburuk ketidaksetaraan gender, di mana perempuan merasa tidak aman di ruang publik, yang akhirnya membatasi kebebasan mereka dalam beraktivitas dan berinteraksi dengan orang lain.
Sayangnya, beberapa pihak menganggap catcalling ini sebagai hal yang wajar dan sepele sehingga banyak korban yang mengajukan pengaduan tidak mendapatkan respon yang sesuai, tidak mendapatkan keadilan, dan perlindungan hukum yang tepat. Untuk menghentikan fenomena catcalling, kita perlu merubah cara pandang kita terhadap perempuan dan cara kita berinteraksi dengan mereka. Langkah pertama yang harus diambil adalah memberikan edukasi kepada masyarakat mengenai pentingnya saling menghormati, baik dalam konteks publik maupun pribadi. Hal ini juga menggarisbawahi bahwa setiap individu, tanpa memandang jenis kelamin, berhak merasa aman di ruang publik tanpa takut diperlakukan secara merendahkan. Pendidikan tentang kesetaraan gender dan penghormatan terhadap privasi perlu diperkenalkan sejak dini. Ketika anak-anak diajarkan untuk menghargai sesama dan memahami perasaan orang lain, mereka akan berkembang menjadi individu yang lebih peka terhadap masalah seperti pelecehan verbal. Selain itu, peran aparat penegak hukum juga sangat penting dalam mengatasi catcalling. Di Indonesia, meskipun sering dianggap sepele, catcalling bisa dikenakan sanksi hukum karena ada regulasi yang mengatur tindak pelecehan seksual. Oleh karena itu, pemerintah harus lebih tegas dalam menegakkan hukum demi menciptakan rasa aman bagi perempuan. Empati dalam berinteraksi juga menjadi kunci untuk mengurangi catcalling. Catcalling bukan hanya gangguan, tetapi juga tanda kurangnya empati dalam berkomunikasi. Dengan memperlakukan orang lain dengan rasa hormat dan memahami perasaan mereka, kita tidak akan merasa perlu melontarkan komentar yang dapat membuat orang lain merasa tidak nyaman. Menghentikan catcalling berarti kita berusaha membangun masyarakat yang lebih sadar dan sensitif terhadap pengalaman orang lain.
ADVERTISEMENT
Sebagai penutup, catcalling adalah suara yang harus dihentikan, tidak hanya karena merendahkan martabat seseorang, tetapi juga karena mencerminkan budaya yang perlu kita ubah. Dengan langkah-langkah yang tepat dari individu, masyarakat, dan pemerintah, kita dapat menciptakan ruang publik yang lebih aman dan penuh penghargaan bagi setiap orang. Kini saatnya kita semua berkomitmen untuk menciptakan dunia yang lebih baik dengan menghentikan suara yang merugikan ini.