Konten dari Pengguna

Akulturasi dan Identitas Budaya di Tengah Kehidupan Kota

Zulfa Rosmawati
Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Pamulang
2 Desember 2024 18:22 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Zulfa Rosmawati tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Akulturasi. Sumber : Canva.com
zoom-in-whitePerbesar
Akulturasi. Sumber : Canva.com
ADVERTISEMENT
Kota-kota besar di seluruh dunia merupakan tempat dimana berbagai latar budaya atau suku yang ada seringkali menyebabkan adanya unsur interaksi dibalik prosesnya. Bahkan sering dari kita sebagai masyarakat atau orang yang tinggal di desa saat kita masuk pada lingkungan kota kita tentunya merasa bahwa di kota akan lebih banyak suku atau budaya masuk dalam kota yang seringkali membuat identitas asal kita menjadi terasa asing. Hal ini dinamakan sebagai proses akulturasi yang mengarah pada pembentukan identitas budaya yang baru, dimana elemen-elemen tradisional menyatu bercampur dengan elemen-elemen modern sehingga secara tidak langsung identitas kita akan dipengaruhi oleh lingkungan kota yang penuh dengan unsur modernitas. Hal tersebut tidak dapat terjadi begitu saja, namun terdapat proses di dalamnya.
ADVERTISEMENT

Proses Akulturasi dalam kehidupan kota

Proses akulturasi dalam kota melibatkan unsur unsur interaksi seperti percakapan yang didalamnya mengandung unsur bahasa yang terjadi secara terus menerus, menciptakan ruang dinamis dimana suatu pertukaran budaya tidak hanya mengacu pada aspek fisik namun juga nilai dan norma sosial di dalamnya. Selain itu terdapat beberapa penjelasan poin mengenai prosesnya:
1. Pengaruh Media dan Teknologi
Salah satu faktor yang mempercepat proses akulturasi di kota adalah pengaruh media massa dan teknologi. Globalisasi melalui teknologi komunikasi modern seperti internet, media sosial, dan televisi memungkinkan masyarakat kota untuk mengakses budaya luar kota atau luar negeri dengan mudah. Proses ini membuat masyarakat lebih terbuka terhadap perubahan dan pengaruh budaya dari luar, yang sering kali masuk ke dalam kehidupan sehari-hari mereka. Sebagai contoh, tren global dalam hal fashion, gaya hidup, musik, atau bahkan pola makan dapat dengan cepat menyebar ke kota-kota besar.
ADVERTISEMENT
2. Pengaruh Ekonomi dan Mobilitas Sosial
Di kota besar, mobilitas sosial yang tinggi juga berkontribusi pada proses akulturasi. Orang-orang dari berbagai daerah dan latar belakang budaya datang ke kota untuk mencari pekerjaan, pendidikan, atau peluang ekonomi lainnya. Dengan adanya pergerakan penduduk yang tinggi, terjadi kontak yang intens antara berbagai kelompok budaya, yang menyebabkan terciptanya ruang bagi proses akulturasi untuk berkembang.

Identitas Budaya dalam proses Akulturasi

Akulturasi mempengaruhi proses pembentukan suatu identitas baik dalam individu maupun kelompok. Identitas suatu budaya seringkali terpengaruhi oleh kombinasi budaya lokal dan global yang ada di sekitar mereka. Seperti contohnya anak-anak muda yang telah tinggal di kota besar seringkali memiliki identitas cosmopolitan, bergaya tren global dan mengikuti trend-trend terkini namun banyak dari mereka memadukan unsur sebagai identitas global dengan unsur lokal disekitar mereka. Sebagai proses akulturasi dalam hal ini suatu kelompok maupun merujuk pada bagaimana kelompok-kelompok budaya mempertahankan, mengadaptasi, atau mengubah elemen-elemen budaya mereka saat berinteraksi dengan budaya lain. Akulturasi sendiri adalah proses pertukaran budaya yang terjadi ketika dua kelompok budaya yang berbeda bertemu dan saling mempengaruhi tanpa menghapuskan keberadaan budaya asli mereka.
ADVERTISEMENT
Seperti contohnya banyak dari anak muda maupun berusia beranjak remaja menciptakan kolaborasi antar budaya modern tradisional seperti menciptakan atau inovasi terhadap pakaian baru yaitu batik dengan trend fashion global. Dalam hal ini, akulturasi memungkinkan terbentuknya identitas budaya yang lebih fleksibel dan beragam.

Akulturasi dan tantangan Budaya

Salah satu tantangan utama dalam akulturasi adalah pengaruh globalisasi yang semakin kuat, yang sering kali membawa serta budaya dominan, seperti budaya barat, ke dalam kehidupan masyarakat kota. Pengaruh ini dapat menyebabkan terjadinya homogenisasi budaya, di mana budaya lokal mulai terpinggirkan. Di sisi lain, globalisasi juga menciptakan peluang bagi masyarakat untuk mengakses dan mengadopsi berbagai aspek budaya asing, yang memperkaya pengalaman hidup mereka.
Di kota-kota besar, media sosial dan teknologi memainkan peran besar dalam proses akulturasi ini. Melalui platform seperti Instagram, TikTok, dan YouTube, tren global dapat menyebar dengan cepat, mempengaruhi cara berpakaian, pola makan, bahkan cara berpikir. Namun, meskipun budaya global semakin mendominasi, kota-kota besar juga menjadi tempat di mana budaya lokal dapat bertahan dan berkembang. Hal ini terlihat dalam berbagai festival budaya, perayaan agama, dan kegiatan komunitas yang merayakan keberagaman budaya yang ada.
ADVERTISEMENT
Seperti contoh kasus nyata yaitu Di Surabaya, kita juga dapat melihat bagaimana akulturasi membentuk identitas budaya kota. Surabaya, dengan sejarahnya yang kaya dan keberagaman etnis yang ada, menjadi tempat di mana berbagai kelompok budaya berbaur, baik dalam kehidupan sosial, ekonomi, maupun budaya. Salah satu contoh adalah bagaimana masyarakat Madura dan Tionghoa saling berinteraksi dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam aspek sosial maupun ekonomi. Proses ini menciptakan ruang yang inklusif di mana semua kelompok budaya bisa hidup berdampingan.

Kesimpulan

Proses Akulturasi yang terjadi di tengah kehidupan kota menggambarkan bagaimana proses pertukaran budaya yang berbeda-beda memberikan adanya budaya baru yang beragam dan inklusif. Dalam kota besar suatu etnis dan budaya berinteraksi, saling mempengaruhi, dan beradaptasi dengan lingkungan sosial yang lebih luas. Meskipun terdapat tantangan yang ada dalam proses akulturasi yakni adanya globalisasi, akulturasi memberikan kesempatan untuk memberikan ruang kepada masyarakat untuk menciptakan budaya baru yang menggabungkan elemen tradisional dan modern. Proses ini tidak hanya menumbuhkan suatu identitas baru namun membentuk kebudayan kota yang lebih terbuka, inklusif, dan dinamis.
ADVERTISEMENT