Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten dari Pengguna
Kaitan antara Bersiul dan Teguran Tak Kasat Mata
18 Desember 2021 10:42 WIB
·
waktu baca 5 menitTulisan dari Zulfikar tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Aku terbangun dari tidurku, jam di ponsel menunjukkan pukul 7 pagi. Suasana di kamar sangat sepi, “mungkin orang rumah sudah beraktivitas” ujarku. Aku rapikan selimut dan perlengkapan tidur yang lainnya. Kemudian aku bergegas ke ruang tengah untuk bermain ponsel sebentar. Sudah memakan waktu 10 menit, aku pun bergegas mandi dengan menyiapkan handuk terlebih dahulu.
ADVERTISEMENT
Aku bersiul untuk mencairkan suasana yang hampa. Setelah menanggalkan semua kain yang menutupi seluruh tubuh, aku memulai kegiatan mandi ini. Memakai sabun, menggosok gigi, hingga mencuci muka tidak lupa aku lakukan. Ketika dirasa acara mandi ini selesai, aku mengeringkan tubuh menggunakan handuk yang sudah aku siapkan sebelum mandi.
Ku keringkan tubuhku secara perlahan agar tidak meninggalkan goresan pada tubuh. Ketika sedang asyik mengeringkan tubuh, tiba-tiba aku mendengar suara ketukan pintu kamar mandi yang ku pikir berasal dari luar. Tok… Tok… suara ketukan yang menurutku temponya cukup berjeda dan pelan, namun dapat tertangkap oleh indra pendengaranku.
“Paling orang rumah ingin segera aku keluar dari kamar mandi,” batinku.
Dengan cepat ku selesaikan acara mengeringkan tubuh agar orang yang berada di luar tidak menunggu lebih lama. Ketika membuka pintu, aku terbelalak kaget bukan main. Karena keadaan rumah masih tetap sepi, sama persis rasanya pada saat sebelum mandi. Aku memberanikan diri untuk melihat apakah ada yang usil. Setiap ruang ku hampiri untuk melihat apakah ada orang atau tidak. Anehnya, anggota keluargaku yang berada dirumah (hanya aku, kakak, dan adikku) masih terlelap dalam tidurnya.
ADVERTISEMENT
Lalu, siapa yang mengetuk pintu tadi?
Sehabis memakai pakaian, aku kembali bermain ponsel di ruang tengah. Bersamaan dengan rasa penasaranku akan hal yang barusan terjadi, aku mulai mengirimkan pesan kepada temanku Rere. Aku mengajaknya pergi bermain bersama, hitung-hitung menghilangkan rasa jenuh. Kami sepakat bahwa acara bermain kami akan dilakukan besok dengan Rere yang menjemputku.
Atensiku berubah yang semula menatap ponsel kini menatap perut, perutku berbunyi karena perutku belum masuk satu pun makanan. Aku menuju dapur untuk melihat bahan masakan apa yang tersedia di dapur untuk ku masak, sekalian untuk seharian pikirku. Akhirnya aku memasak banyak masakan karena di kulkas masih banyak bahan masakan, sembari aku makan untuk menuntaskan laparku di pagi hari.
ADVERTISEMENT
Acara memasak selesai tepat sore hari, aku mendinginkan badan agar keringat di tubuh mengering dan selepas itu mandi. Tidak lupa aku memutar lagu di ponsel yang ku bawa ke kamar mandi, setelah semuanya siap gayung berisi air mulai menyirami tubuhku. Lagu yang berputar sejak awal berhasil membuatku bernyanyi dalam acara mandi soreku. Lagi-lagi kejadian janggal pada pagi hari terulang kembali, namun aku tetap fokus untuk pergi keluar kamar mandi.
***
Malamnya, aku sudah berada di kamar. Aku tidak langsung tidur, tetapi berbaring sembari memainkan jariku pada layar ponsel. Sekitar satu jam, aku mulai merasakan berat pada kedua mataku. Aku putuskan untuk mengakhiri bermain ponsel dan bergegas merentangkan badan untuk tidur.
ADVERTISEMENT
***
Keesokan harinya, Rere menepati janjinya dengan menjemputku untuk bermain. Ia pun memberikan tanda kedatangannya dengan menekan tombol bel yang berada di depan pagar rumahku.
Ting nong...
“Itu pasti Rere, aku akan menghampirinya untuk mempersilakan masuk,” gumamku.
Selepas mempersilakan Rere masuk, aku meminta izin kepada orang tuaku untuk pergi bermain dan menemani Rere memberi salam. Sesudahnya, kami bergegas keluar menjauhi area rumah untuk menuju ke taman sebagai tempat destinasi kami bermain.
Sebelum menuju ke taman, kami terlebih dahulu jajan di pinggiran taman, yang di dominasi oleh pedagang kaki lima. Karena dirasa jajanan kami sudah cukup, dengan segera kami mencari tempat duduk untuk berbincang. Segala hal kami perbincangkan hingga kami berdua tertawa geli.
ADVERTISEMENT
“Ah, aku ada sesuatu yang ingin ku ceritakan padamu,” ucapku disela menikmati sisa jajanan.
Mendengar ucapakanku, Rere tampak menatapku seerius.
“Oke, ada apa sekarang? Sesuatu yang rumit?” ucapnya.
Aku mulai menceritakan kejadian kemarin dengan runtut agar Rere dapat memahami ceritaku tanpa pengulangan.
Rere menganggukkan kepala, menandakan ia paham dan sudah mengambil kesimpulan atas ceritaku.
“Sal, dari awal perbuatanmu salah. Bersiul di malam hari saja dipercaya dapat memanggil ‘mereka’, apalagi sampai bersiul di kamar mandi yang sudah jelas itu adalah ‘sarangnya’. Walaupun kamu berniat agar mandi mu tidak hanya terdengar suara gayungan air, tetapi mendengungkan suara di tempat yang bukan semestinya sama saja seperti kamu memberikan panggilan pada ‘penghuni’ kamar mandi mu. Itu sebabnya kamu ditegur dengan cara ketukan pintu, untung saja kamu tidak dicelakai,”
ADVERTISEMENT
Mendengar penjelasan Rere, aku kaget bukan main. Sebab, selama ini aku tidak mengalami kejadian seperti ini ketika bersiul di dalam kamar mandi. Keluarga Rere memang dikenal memiliki kemampuan istimewa berkaitan dengan hal supranatural, maka dari itu aku memutuskan untuk cerita kepadanya. Setelah itu, ia menyuruhku untuk tidak mengulangi kebiasaan ketika aku mandi.
Aku menuruti amanat Rere, setelah itu kami lanjut bercerita tentang nostalgianya masa lalu. Dan sejak saat itu, aku tidak lagi mengalami hal menakutkan lagi. Perkataan Rere benar adanya, bahwa kebiasaan buruk manusia dapat mengusik ‘makhluk halus’. Walaupun keberadaannya tidak terlihat, tetapi tidak ada salahnya bukan untuk saling menghormati? Selain itu, berdasarkan ajaran agama pun memang bersiul itu dilarang.
ADVERTISEMENT