Konten dari Pengguna

Kenaikan PPN Jadi 12%: Apa Dampaknya dan Strategi Cerdas Menghadapinya

Zulfikar Setyo Utomo
Zulfikar Setyo adalah seorang mahasiswa Magister Akuntansi di Universitas Trisakti. Zulfikar Setyo memulai karirnya di dunia auditing pada tahun 2018 dan saat ini menjabat sebagai Senior Auditor di Ernst and Young Global Ltd.
21 Desember 2024 15:33 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Zulfikar Setyo Utomo tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Pajak. Sumber: Freepik
zoom-in-whitePerbesar
Pajak. Sumber: Freepik
ADVERTISEMENT
Pajak Pertambahan Nilai (PPN) jadi topik hangat belakangan ini. Gimana nggak, setelah naik dari 10% ke 11% di 2022, pemerintah bakal naikin lagi jadi 12%! Buat kebanyakan orang, kabar ini bikin banyak yang mikir ulang soal pengeluaran sehari-hari. Harga barang naik, tapi gaji segitu-gitu aja. Wajar dong kalau resah? Tapi sebelum keburu kesal, yuk pahami dulu apa itu PPN dan gimana cara menghadapinya.
ADVERTISEMENT

Apa Itu PPN?

Pajak Pertambahan Nilai (PPN) adalah pajak yang dikenakan atas transaksi barang dan jasa di berbagai tahap produksi dan distribusi. Jadi, setiap kali ada nilai tambah dari satu tahap ke tahap berikutnya, misalnya dari produsen ke distributor atau dari toko ke pembeli akhir, PPN akan dikenakan.
PPN ini sifatnya indirect tax, artinya pajak ini ditanggung oleh konsumen akhir, bukan oleh penjual. Ketika kita membeli barang atau menggunakan jasa, harga yang kita bayar biasanya sudah termasuk PPN, yang kemudian disetorkan penjual ke pemerintah.
Contohnya, Kamu beli sepatu seharga Rp1.000.000. Kalau PPN 11%, maka harga total jadi Rp1.110.000. Dari Rp1.110.000 itu, Rp110.000 adalah pajak yang disetorkan ke pemerintah.
PPN ini diatur oleh Undang-Undang Pajak Pertambahan Nilai (UU PPN) dan berlaku hampir untuk semua barang dan jasa kecuali yang secara khusus dikecualikan, seperti beberapa kebutuhan pokok, layanan kesehatan, dan pendidikan.
ADVERTISEMENT

Kenapa Kenaikan PPN Jadi Masalah Besar?

Saat tarif PPN naik dari 10% ke 11% di 2022, dan sekarang direncanakan naik lagi jadi 12%, dampaknya langsung terasa, terutama bagi konsumen akhir. Berikut beberapa alasan kenapa banyak yang merasa keberatan:

1. Harga Barang dan Jasa Ikut Naik

PPN ditambahkan ke harga barang, jadi kenaikan tarif ini bikin semua barang dan jasa ikut naik harganya, dari sembako, pakaian, hingga layanan streaming favorit.

2. Pengeluaran Sehari-hari Lebih Berat

Dengan naiknya PPN, pengeluaran untuk kebutuhan sehari-hari seperti makanan, transportasi, dan tagihan bulanan jadi makin berat.

3. UMKM Ikut Kena Dampak

Usaha kecil yang belum jadi Pengusaha Kena Pajak (PKP) harus bersaing dengan usaha besar yang harga barangnya makin tinggi. Sementara itu, daya beli konsumen bisa berkurang.

4. Daya Beli Masyarakat Menurun

Saat harga-harga naik, orang jadi lebih pilih-pilih untuk belanja. Akibatnya, konsumsi masyarakat menurun, dan ini bisa berdampak pada perekonomian nasional.
ADVERTISEMENT

Tips Menghindari Beban PPN (Legal dan Aman!)

Meskipun PPN nggak bisa sepenuhnya dihindari, ada beberapa cara cerdas untuk mengurangi dampaknya secara legal:

1. Belanja dari Penjual Non-PKP

Penjual kecil atau UMKM yang belum jadi Pengusaha Kena Pajak (PKP) nggak diwajibkan memungut PPN. Jadi, belanja dari mereka bisa bikin hemat. Contohnya, belanja di pasar tradisional atau membeli barang langsung dari pengrajin lokal.

2. Membeli Barang Bekas

Barang bekas yang dijual individu biasanya bebas PPN. Contohnya, beli mobil bekas atau furnitur bekas. Tapi pastikan kondisinya masih layak pakai ya!

3. Manfaatkan Fasilitas Bebas PPN

Beberapa barang dan jasa seperti kebutuhan pokok tertentu, jasa kesehatan, dan pendidikan nggak kena PPN. Cari tahu daftar lengkapnya, biar kamu bisa mengatur belanja dengan lebih cerdas.

4. Fokus pada Barang Lokal

Pengrajin kecil atau produsen lokal sering kali nggak memungut PPN. Selain hemat, belanja dari mereka juga membantu mendukung ekonomi lokal.
ADVERTISEMENT

5. Hindari Barang Mewah

Barang branded atau elektronik premium nggak cuma kena PPN, tapi juga pajak barang mewah. Kalau nggak terlalu butuh, lebih baik pilih barang yang fungsional dan lebih terjangkau.

6. Belanja di Kawasan Bebas PPN

Kawasan perdagangan bebas seperti Batam menawarkan fasilitas bebas PPN untuk beberapa barang. Kalau kebetulan berbelanja di sana, manfaatkan kesempatan ini.

Apa yang Bisa Dilakukan untuk Menghadapi Kenaikan PPN?

Kenaikan PPN menjadi tantangan baru bagi konsumen. Untuk menyikapinya, ini beberapa hal yang bisa kamu lakukan:

1. Mengevaluasi Anggaran Belanja

Cek kembali pengeluaranmu dan sesuaikan dengan kenaikan harga. Kurangi pengeluaran untuk hal-hal yang nggak penting.

2. Utamakan Kebutuhan, Bukan Keinginan

Belanja harus lebih selektif. Fokus pada barang yang benar-benar kamu butuhkan.

3. Edukasi Diri tentang PPN

Cari tahu lebih banyak tentang pajak ini, barang apa saja yang kena PPN, dan mana yang nggak. Dengan informasi yang cukup, kamu bisa lebih pintar mengatur belanja.
ADVERTISEMENT

4. Tetap suarakan keberatanmu.

Sebagai konsumen, kamu punya hak untuk menyampaikan pendapat terkait kebijakan yang memberatkan. Gunakan media sosial, ikut forum diskusi, atau ajukan petisi jika diperlukan. Suara kolektif masyarakat bisa menjadi pertimbangan pemerintah untuk mengevaluasi kebijakan tersebut.

Kesimpulan

Kenaikan PPN jadi 12% memang bikin resah, tapi kita bisa kok menyiasatinya dengan strategi yang tepat. Belanja lebih bijak, prioritaskan kebutuhan, dan dukung produk lokal adalah beberapa langkah yang bisa kamu ambil. Ingat, kebijakan ini bertujuan untuk meningkatkan penerimaan negara, tapi kita juga berhak mengatur keuangan dengan bijak agar tetap nyaman.