Konten dari Pengguna

Logical Fallacy pada Ambisi yang Diresapi oleh Kebutuhan Eksternal

Zulfikar Setyo Utomo
Zulfikar Setyo adalah seorang mahasiswa Magister Akuntansi di Universitas Trisakti. Zulfikar Setyo memulai karirnya di dunia auditing pada tahun 2018 dan saat ini menjabat sebagai Senior Auditor di Ernst and Young Global Ltd.
14 Juni 2023 5:57 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Zulfikar Setyo Utomo tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi orang dengan ambisi yang kuat. Foto: Freepik
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi orang dengan ambisi yang kuat. Foto: Freepik
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Ambisi adalah dorongan yang kuat untuk mencapai tujuan yang besar dan meraih kesuksesan. Sebagian besar orang memiliki ambisi dalam hidup mereka, yang mendorong mereka untuk tumbuh, berkembang, dan mencapai potensi terbaik mereka.
ADVERTISEMENT
Namun, dalam beberapa kasus, ambisi dapat terdistorsi oleh kebutuhan eksternal, yaitu keinginan yang kuat untuk menunjukkan kepada orang lain dan membuat mereka menyesal.
Salah satu contoh yang sering saya temui adalah adalah ketika seseorang memiliki ambisi besar, seperti membangun perusahaan sukses, mencapai kekayaan yang melimpah, atau mendapatkan posisi yang bergengsi.
Namun, motivasi utama mereka bukanlah karena kesenangan intrinsik dalam mencapai tujuan tersebut, melainkan untuk membuktikan kepada orang lain bahwa mereka dapat sukses dan membuat orang lain menyesal karena telah meragukan kemampuan mereka.
Ilustrasi semangat menjalani hari Foto: Shutterstock
Fenomena ini dapat dikategorikan sebagai suatu bentuk logical fallacy, di mana seseorang mengadopsi pemikiran yang tidak logis dan irasional.
Jenis logical fallacy yang terdapat pada contoh tersebut adalah Appeal to Spite atau Argumentum ad Odium. Fallacy ini terjadi ketika seseorang menggunakan motivasi negatif seperti keinginan untuk membuktikan orang lain salah atau menyesal sebagai alasan utama untuk mencapai tujuan mereka.
ADVERTISEMENT
Dalam kasus ini, motivasi utama individu tersebut bukanlah untuk mencapai kepuasan pribadi atau kebahagiaan intrinsik, melainkan untuk membalas dendam atau membuktikan superioritas mereka kepada orang lain.
Penekanan pada niat negatif ini merupakan kesalahan logika, karena seharusnya motivasi seseorang dalam mencapai tujuan besar adalah didorong oleh keinginan yang positif, misalnya meraih keberhasilan, membangun sesuatu yang bernilai, atau mencapai potensi pribadi.
com-Ilustrasi senang. Foto: Shutterstock
Ambisi yang seharusnya murni menjadi sarana untuk mencapai pencapaian pribadi dan kemajuan diri, namun berubah menjadi upaya untuk memenuhi ekspektasi orang lain dan meraih pengakuan eksternal.
Kebutuhan akan validasi dan pengakuan eksternal dapat menjadi penyebab utama terjadinya logical fallacy ini. Seseorang mungkin merasa tidak cukup dihargai atau diakui oleh orang lain, sehingga mereka mengembangkan ambisi yang berlebihan untuk membuktikan diri mereka kepada dunia luar.
ADVERTISEMENT
Mereka berpikir bahwa jika mereka mencapai kesuksesan yang spektakuler, orang-orang yang pernah meragukan mereka akan menyesal dan mengakui kemampuan mereka.
Namun, pada kenyataannya, pandangan ini sangatlah lemah dan berasal dari pemikiran yang tidak rasional. Pertama, mencapai kepuasan pribadi dan keberhasilan sejati tidak dapat dicapai dengan tujuan semata-mata untuk membalas dendam atau membuktikan kepada orang lain.
Ilustrasi wanita karier. Foto: Shutter Stock
Motivasi yang sejati haruslah muncul dari dalam diri kita sendiri, didasarkan pada keinginan untuk tumbuh, berkembang, dan mencapai potensi pribadi.
Selanjutnya, mengejar ambisi semata-mata untuk membuat orang lain menyesal dapat berdampak negatif pada kebahagiaan dan kesejahteraan pribadi.
Ketika fokus kita terletak pada kepuasan orang lain, kita mungkin kehilangan pandangan tentang apa yang sebenarnya penting bagi kita dan apa yang membuat kita bahagia. Ambisi yang terdistorsi oleh kebutuhan eksternal dapat mengaburkan visi kita dan mengarah pada kegagalan dalam mencapai kebahagiaan yang sejati.
ADVERTISEMENT
Penting bagi seseorang yang memiliki ambisi besar untuk selalu melakukan introspeksi dan mengklarifikasi motivasi mereka. Apakah ambisi tersebut muncul dari hasrat pribadi untuk tumbuh dan mencapai potensi maksimal, ataukah dipengaruhi oleh tekanan eksternal dan kebutuhan untuk membuktikan diri kepada orang lain?
com-Ilustrasi laki-laki sedang berpikir. Foto: Shutterstock
Pertanyaan-pertanyaan ini harus dijawab dengan jujur, setidaknya pada diri sendiri, karena kesadaran akan motivasi yang sebenarnya akan membantu seseorang untuk mengarahkan ambisinya pada hal-hal yang benar-benar penting dan bermakna.
Jika ambisi didasarkan pada keinginan pribadi yang kuat untuk mencapai tujuan tertentu, langkah selanjutnya adalah memastikan bahwa ambisi tersebut berakar pada nilai-nilai yang positif dan sejalan dengan integritas pribadi.
Menjadi sukses bukanlah tujuan akhir yang dapat diukur oleh kekayaan materi atau posisi sosial semata. Keberhasilan sejati terletak pada kebahagiaan pribadi, keseimbangan hidup, kepuasan dalam pekerjaan, dan hubungan yang bermakna.
ADVERTISEMENT
Berpikir bahwa mencapai ambisi besar hanya untuk membuat orang lain menyesal adalah sebuah ilusi yang tidak sehat dan tidak produktif.
Sebagai manusia, kita cenderung merespons dan mengevaluasi diri kita berdasarkan apa yang orang lain pikirkan tentang kita. Namun, kita harus ingat bahwa pendapat dan pengakuan dari luar tidak boleh menjadi ukuran keberhasilan dan kebahagiaan kita.
Menerima diri sendiri dan memahami bahwa nilai sejati berasal dari dalam diri kita sendiri akan membantu kita membangun fondasi yang kokoh untuk mencapai tujuan dengan integritas dan kepuasan.
Bagi mereka yang terjebak dalam logical fallacy ini, langkah pertama untuk keluar dari pola pikir yang merugikan adalah menyadari bahwa ambisi haruslah didasarkan pada kepuasan pribadi dan pertumbuhan, bukan untuk memenuhi ekspektasi orang lain.
ADVERTISEMENT
Kemudian, penting untuk merumuskan kembali tujuan dan nilai-nilai pribadi yang mendasari ambisi tersebut. Melakukan refleksi yang mendalam dan mengidentifikasi apa yang sebenarnya penting bagi diri sendiri adalah langkah penting untuk memperoleh kejelasan dan arah yang benar dalam mengejar ambisi.
Selain itu, penting untuk membangun jaringan dukungan yang sehat, yang terdiri dari orang-orang yang menghargai dan mendukung kita tanpa harus membuktikan diri kita kepada mereka.
Lingkungan yang positif dan penuh kasih akan membantu kita menjaga motivasi dan fokus pada tujuan sejati kita, tanpa terjebak dalam kebutuhan eksternal yang merusak.
Dalam kesimpulannya, logical fallacy yang melibatkan ambisi yang dipengaruhi oleh kebutuhan eksternal adalah suatu perangkap yang dapat menghalangi kita dalam mencapai kepuasan pribadi dan keberhasilan sejati.
ADVERTISEMENT
Ambisi haruslah didasarkan pada motivasi yang berasal dari dalam diri kita sendiri, dan bukan semata-mata untuk memenuhi ekspektasi orang lain.
Dengan menyadari nilai-nilai pribadi, melakukan introspeksi, dan membangun jaringan dukungan yang positif, kita dapat mengarahkan ambisi kita pada tujuan yang bermakna dan mencapai kebahagiaan yang sejati dalam hidup.