Konten dari Pengguna

Marikultur, Raksasa Pendongkrak Perekonomian Bangsa

MAHARANI PRADIPTA AZZAHRA
Mahasiswa Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Prodi Perikanan PSDKU Pangandaran Universitas Padjadjaran
29 Maret 2021 12:23 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari MAHARANI PRADIPTA AZZAHRA tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Pengelola Keramba Jaring Apung
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Pengelola Keramba Jaring Apung
ADVERTISEMENT
Indonesia, negara yang berstatus kepulauan paling besar di dunia berdasarkan banyak pengukuran dari geo-statistiknya memiliki luas wilayah laut yang mencapai 5,8 juta km2. Dengan bentang garis pantai yang mencapai 99.000 km, menjadikan Indonesia menempati posisi kedua sebagai negara yang memiliki panjang garis pantai terpanjang di dunia. Diapit dua samudera besar yakni Samudera Pasifik dan Samudera Hindia dengan tambahan berada di wilayah yang terletak di garis khatulistiwa, negara Indonesia dianugerahi dengan berbagai keanekaragaman juga sumber daya alam yang tak terhitung jumlahnya.
ADVERTISEMENT
Bergelar sebagai negara maritim atau bahari, tentunya negara Indonesia memiliki lebih dari satu yang disebut laut utama (heart of sea). Setidaknya tercatat tiga laut utama yang menyokong sea system di Indonesia, di antaranya yakni Laut Banda, Laut Jawa, dan Laut Flores. Terkandung berbagai potensi sumber daya laut yang melimpah ruah di dalamnya, namun mayoritasnya belum terkuak dan dikelola juga dimanfaatkan dengan baik.
Berbekal dari simpanan potensi sumber daya lautnya, maka dapatlah kita katakan bahwa sektor maritim merupakan sektor yang sangatlah strategis sekaligus memiliki peranan yang besar dalam upaya pembangunan dari bangsa Indonesia. Dalam prosesnya, bidang perikanan memiliki peranan vital yang terutama dalam bahasan ini adalah marikultur atau budidaya di perairan laut.
ADVERTISEMENT
Berpegangan pada potensi sumber daya laut Indonesia yang belum dikelola dan dimanfaatkan dengan optimal, maka sangatlah besar peluang yang dimiliki oleh marikultur untuk menyelamatkan sektor di perikanan budidaya Indonesia. Dari 12,1 juta ha lahan dari total potensi pengembangan marikultur, hanyalah sebanyak 325.825 ha lahan yang baru dimanfaatkan atau bila di persentase baru sekitar 2,6% saja yang baru dikelola. Padahal bila dicermati, besaran nilai potensi dari marikultur ini dapat disetarakan dengan besaran nilai yang didapat dari Sektor Sumber Daya dan Mineral (ESDM) dan juga sektor energi yakni pada kisaran 120 miliar USD/tahunnya. Yang bila dikonversikan nilainya ke dalam bentuk rupiah mencapai 1.440 triliun rupiah.
Dari capaian nilai yang fantastis tersebut, maka dapat dikatakan bahwa marikultur merupakan sosok raksasa dalam bidang ekonomi yang sampai saat ini masihlah tertidur. Dari penjelasan tersebut, maka dapat diindikasikan bahwa masihlah terbuka lebar peluang untuk bisnis dan juga investasi yang sekaligus membuka lebar lapangan kerja dan mendorong pertumbuhan dalam bidang ekonomi yang berujung pada peningkatan taraf kesejahteraan rakyat yang dapat diperoleh dari sub-sektor marikultur ini.
ADVERTISEMENT
Terdapat berbagai opsi yang dapat dipilih dari wadah untuk pemeliharaannya, di antaranya: Sistem keramba jaring apung (KJA), sistem kandang (pen culture), dan keramba jaring tancap (KJT). Selain dapat dilakukan di daerah pesisir, marikultur juga bisa diterapkan di lautan lepas (offshore) yang wilayahnya ini di atas dua belas mil ditarik dari garis pantai. Namun, karena letaknya yang berada di lautan lepas, maka kondisinya dipengaruhi pula oleh dinamika dari lautnya yang sekaligus menjadikannya tantangan paling besar dalam proses budidaya ini.
Sebagai inti dalam menyokong sekaligus menggerakkan pertumbuhan ekonomi dari bidang akuakultur di Indonesia, marikultur, khususnya dalam budidaya rumput lautnya dapat mencapai angka produksi di kisaran 9,8 juta ton pada tahun 2017. Dan jumlahnya mengalami peningkatan pada tahun 2019 yakni sebesar 9,9 juta ton, yang mana nilai ini mencakup hampir 60% dari total pendapatan dari produksi perikanan budidaya di Indonesia pada saat itu.
ADVERTISEMENT
Ada pun sisanya yang berkisar 700 ribu ton didapat dari ikan Barramundi, Kerapu, Bawal Bintang, Bandeng, juga dari berbagai kelompok crustacea (lobster, udang, rajungan, dan kepiting) yang ke semuanya itu merupakan kontributor utama dari pendapatan negara Indonesia. Hal tersebut hanyalah sebagian kecil dari contoh besaran potensi yang didapat dari marikultur. Dan apabila potensi sumber daya laut ini dapat dimanfaatkan secara optimal, maka tidak heran bila ke depannya perekonomian negara Indonesia dapat surplus dan juga Indonesia mungkin bisa menjadi pemimpin ekonomi di Asia.
Siluet nelayan merapikan jaringnya di Perairan Tanjung Peni, Kota Cilegon, Banten. Foto: Antara/Dziki Oktomauliyadi