Konten dari Pengguna

Serangan Iran ke Israel: Perang Dunia Ketiga atau Eskalasi Konflik Regional?

Pande Made Indira Pradnyani
Mahasiswa Program Studi Hubungan Internasional, Universitas Udayana
23 April 2024 12:47 WIB
·
waktu baca 6 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Pande Made Indira Pradnyani tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Foto: vchal / iStock
zoom-in-whitePerbesar
Foto: vchal / iStock
ADVERTISEMENT
Perang Dunia ke-3 dan World War III menjadi pembicaraan yang banyak disebutkan dan dicari di media sosial Twitter atau yang kini dikenal sebagai X setelah Iran meluncurkan serangan multi frontal menggunakan drone, misil, dan roket, secara langsung ditujukan Israel, tepatnya di Tel Aviv pada 13 April 2024. Banyak pengguna X percaya bahwa kemungkinan terjadinya Perang Dunia ke-3, seperti unggahan yang sedang ramai dan berada dalam jajaran halaman Top pencarian pada topik ini oleh akun @Brics_Dollar https://x.com/brics_dollar/status/1779185881334587639?s=46&t=irrs48-A7aaZmNhMfvwE-A (14/04) yang mengatakan sekaligus menanyakan pertanyaan kemungkinan kepada netizen di seluruh dunia terkait sisi mana yang akan mereka pilih ketika Perang Dunia ke-3 ini pecah dan terbagi menjadi 2 aliansi. Aliansi pertama dengan NATO, Amerika Serikat, Israel, dan Britania Raya, dan aliansi kedua dengan Rusia, Tiongkok, Iran, Yaman, dan Korea Utara.
ADVERTISEMENT
Awal Mula Iran Menyerang Israel
Israel menghadapi serangan beruntun yang dilancarkan oleh Iran, dengan melewati wilayah udara dari Suriah, Yaman, dan Irak. Serangan-serangan ini terjadi setelah serangan udara di Damaskus yang menargetkan konsulat Iran, yang mengakibatkan 13 korban jiwa, termasuk 2 pejabat Iran tingkat tinggi yang terjadi pada 1 April.
Terjadi lonjakan harga minyak akibat serangan Israel terhadap Kedutaan Besar Iran di Damaskus dan juga balasan yang dilakukan oleh Iran. Dari sudut pandang ekonomi, Laut Merah dan Selat Hormuz sangat penting bagi negara dunia, terutama karena 33.000 kapal tanker minyak melewati Selat Hormuz dan sekitar 27.000 kapal tanker minyak melewati Laut Merah. Biaya pengiriman yang meningkat adalah salah satu isu yang harus diatasi secara global.
ADVERTISEMENT
Sebelum serangan Iran terjadi, Irak, Yordania, dan Lebanon mengumumkan penutupan sementara wilayah udara mereka, sementara Suriah juga meningkatkan kewaspadaan sistem pertahanan udara hingga darat dengan Pantsir buatan Rusia di sekitar Damaskus dan pangkalan-pangkalan besar.
Otoritas Israel melaporkan bahwa operasi tersebut melibatkan lebih dari 300 misil dan drone, yang menandai kali pertama Iran secara langsung melancarkan serangan militer terhadap Israel. Iran's Islamic Revolutionary Guard Corps (IRGC) mengkonfirmasi serangan tersebut, menyatakan bahwa mereka meluncurkan serangan drone dan misil dalam Operation True Promise sebagai bagian dari hukuman serangan Israel yang menargetkan konsulat Iran di Suriah.
Israel tidak secara resmi mengakui atau membantah keterlibatannya dalam serangan terhadap konsulat Iran.
Iran menyatakan bahwa Israel telah melakukan serangan teroris kedutaannya di Suriah, yang merupakan pelanggaran serius terhadap Piagam PBB dan norma-norma hukum internasional. Namun, Iran mengklaim bahwa mereka menggunakan hak bela diri mereka dengan sepenuhnya mematuhi aturan yang berlaku, dan hanya mengincar objektif militer serta pangkalan militer, tanpa menimbulkan kerusakan atau penderitaan pada warga sipil.
ADVERTISEMENT
Terkait kegagalan Dewan Keamanan PBB untuk menjalankan tugasnya dengan benar, Iran menyatakan kekecewaannya. Akibatnya, Iran merasa tidak memiliki pilihan selain menggunakan hak bela diri yang melekat sebagaimana diatur dalam Pasal 51 Piagam PBB, dengan tujuan untuk membela bangsa, keamanan nasional, dan kedaulatan mereka. Iran juga menegaskan bahwa serangan Israel terhadap kedutaannya melanggar Konvensi Wina tentang Hubungan Diplomatik 1961, Konvensi tentang Pencegahan dan Penghukuman kejahatan terhadap orang-orang yang dilindungi secara internasional termasuk agen diplomatik 1973, dan Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa.
"Republik Islam Iran, sebagai anggota yang bertanggung jawab di Perserikatan Bangsa-Bangsa, menegaskan komitmennya terhadap tujuan dan prinsip-prinsip Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa dan aturan hukum, sebagai respons terhadap agresi militer yang keji oleh rezim Zionis dan penggunaan kekuatan secara melanggar hukum terhadap misi diplomatik Iran di Damaskus, Republik Arab Suriah pada tanggal 1 April 2024, maka Iran melaksanakan hak bela dirinya sesuai dengan Pasal 51 Piagam PBB pada tanggal 14 April 2024," demikian bunyi pernyataan pers atas justifikasi serangan Iran.
ADVERTISEMENT
Serangan tersebut mendapat respon dari Dewan Keamanan PBB, mereka mengadakan pertemuan darurat pada hari Minggu, 14 April. Merespon hal tersebut, Israel mengirimkan surat yang ditujukan kepada presiden Dewan Keamanan PBB, utusan Israel untuk PBB menyebut serangan udara Iran sebagai pelanggaran terang-terangan terhadap kedaulatan Israel.
Serangan Balik Israel ke Iran
"Hari ini, Iran telah meluncurkan serangan langsung dari wilayahnya dengan lebih dari 200 drone, misil pesawat jelajah, dan misil balistik menuju Israel," tulis duta besar Israel untuk PBB, Gilad Erdan.
Israel dilaporkan meluncurkan misil ke Iran pada Jumat pagi dalam serangan balasan (19/4). Seorang pejabat militer senior AS mengkonfirmasi bahwa militer Israel telah melakukan serangan misil terhadap Iran. Namun, sedikit yang diketahui tentang sejauh mana serangan tersebut dan kerusakan potensialnya, karena baik Israel maupun Iran tampaknya mencoba meredam serangan pada 19 April itu, yang menurut para analis menunjukkan upaya untuk meredakan ketegangan regional.
ADVERTISEMENT
Pejabat Amerika Serikat mengatakan bahwa Israel melakukan serangan misil meskipun belum ada konfirmasi resmi dari pihak Israel.
"Ini adalah saat yang sangat berbahaya, tetapi saya pikir Israel telah melakukan hal yang cukup cerdas dalam situasi ini," kata Jendral Frank McKenzie, mantan komandan Komando Pusat AS, kepada Morning Edition. "Tidak ada yang tahu persis apa yang terjadi dan mungkin, hanya mungkin, kita akan menghindari kemungkinan eskalasi signifikan sebagai hasil dari itu."
Akibat serangan tersebut, BBC Verify telah menganalisis dua gambar yang menunjukkan bagian dari sistem pertahanan udara di sebuah lapangan udara di Isfahan, Iran, yang terlihat mengalami kerusakan. Gambar satelit yang dirilis dalam 24 jam terakhir mengungkapkan bukti kerusakan yang kemungkinan terjadi di pangkalan udara Iran setelah serangan Israel pada dini hari (19/4).
Foto: Umbra Synthetic Aperture Radar (SAR) / BBC
Iran mengatakan serangan melibatkan drone yang dinetralisir oleh pertahanan udara. Meskipun masih tidak jelas senjata apa yang digunakan dalam serangan itu, gambar satelit telah mendeteksi bukti kerusakan di pangkalan udara tersebut.
ADVERTISEMENT
BBC Verify membuat penilaian ini melalui analisis gambar satelit optik dan Synthetic Aperture Radar (SAR) yang diambil di Isfahan pada 19 April. Pangkalan militer Iran tidak menunjukkan tanda-tanda kerusakan material dalam gambar yang tersedia, tetapi analisis lebih lanjut dari tangkapan optik resolusi tinggi akan diperlukan untuk membuat kesimpulan tersebut.
Badan Energi Atom Internasional PBB mengatakan bahwa tidak ada "kerusakan pada situs-situs nuklir Iran".
Serangan demi serangan menimbulkan ketakutan jika Perang Dunia terulang kembali. Namun, pada saat ini status negara sudah berbeda dari Perang Dunia II dan Perang Dunia I. Saat itu disebut “Perang Dunia” meskipun eskalasi konflik terjadi di Eropa karena negara yang terlibat mempunyai negara-negara koloni, yang mana negara-negara tersebut menjadi penyumbang sumber daya bagi kebutuhan perang negara-negara di Eropa.
ADVERTISEMENT
Lalu bagaimana dengan konflik Iran-Israel? Apakah akan menjadi Perang Dunia?
Berdasarkan tim ahli dari yang diwawancarai Sky News, saat ini terdapat ketegangan yang meningkat antara beberapa negara besar seperti China, Rusia, Iran, dan Korea Utara. Namun, para ahli yang diwawancarai tidak sepakat apakah ini akan menyebabkan Perang Dunia Ketiga. Ada yang menyebut bahwa kemungkinan terjadinya perang besar-besaran lebih tinggi sekarang daripada sejak berakhirnya Perang Dunia Kedua, terutama dengan situasi konflik di Ukraina dan Timur Tengah.
Beberapa ahli juga menyoroti bahwa meskipun terdapat konflik dan ketegangan di berbagai tempat seperti Ukraina, Timur Tengah, dan Asia-Pasifik, konflik-konflik ini bersifat terpisah dan tidak terhubung satu sama lain. Mereka juga menekankan bahwa meskipun terdapat risiko konflik yang signifikan, seperti Iran meluncurkan serangan terhadap Israel, ini tidak secara otomatis akan berkembang menjadi Perang Dunia Ketiga.
ADVERTISEMENT
Namun yang dapat dipastikan adalah eskalasi konflik di Timur Tengah semakin meningkat. Pada akhirnya, meskipun situasi geopolitik saat ini memunculkan risiko konflik regional yang serius, tidak ada jaminan bahwa hal ini akan mengarah pada Perang Dunia Ketiga.