Konten dari Pengguna

Gerakan Blue Beauty untuk Ekosistem Laut Berkelanjutan

Ni Nyoman Pasek Amanda Nariswari
Mahasiswi S1 Hubungan Internasional, Universitas Udayana
8 Desember 2022 12:42 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
6
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Ni Nyoman Pasek Amanda Nariswari tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi produk skincare. Sumber: Unsplash.com
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi produk skincare. Sumber: Unsplash.com
ADVERTISEMENT
Setiap makhluk berhak untuk hidup di dunia di mana semua kehidupan yang ada di bawah air dari moluska terkecil hingga paus terbesar dapat hidup di perairan yang bersih dan sehat. Sebesar 70% luas bumi merupakan lautan, berdasarkan hal itu maka laut jelas memiliki peran yang begitu penting bagi kehidupan semua makhluk sebagai penyangga hingga pengatur kehidupan sistem iklim global.
ADVERTISEMENT
Lautan berpartisipasi menyuplai sebanyak 50% hingga 70% oksigen, melalui angka ini oksigen yang dihasilkan laut lebih banyak daripada hutan di daratan. Lautan menyerap sebanyak 23% emisi gas karbon dioksida yang dihasilkan oleh aktivitas manusia dalam membantu mengurangi dampak dari perubahan iklim. Seiring berjalannya waktu, lautan dan perikanan terus berlanjut mendukung ekonomi, sosial populasi global dan kebutuhan lingkungan.
Ancaman Ekosistem Laut
Besarnya peran lautan memberikan sebuah tantangan yang dapat mengancam ekosistem laut. Selama beberapa puluhan dekade, overfishing, krisis iklim, polusi dan kehilangan habitat ekosistem laut sudah membahayakan stok ikan, biota laut, serta nyawa jutaan manusia yang bergantung padanya.
Perubahan iklim menyebabkan gelombang laut makin panas dan menyebar luas sehingga terumbu karang sebagai tempat hidup banyak spesies ikan tidak dapat bertahan hidup lebih lama. Sekitar 89% sampah plastik ditemukan di dasar laut.
ADVERTISEMENT
Sampah plastik dapat menjadi plastik yang berukuran mikro akibat suhu, tekanan dan kelembapan. Pada akhirnya, hewan-hewan laut mengonsumsi mikroplastik dan berpengaruh kepada kesehatan manusia.
Saat ini, ancaman terhadap ekosistem laut yang sangat mengkhawatirkan adalah sampah plastik, sebanyak 1,8 triliun plastik sekali pakai di Great Pacific Garbage Patch yang mencemari laut. Ocean Voyages Institute melakukan aksi pembersihan laut di Great Pacific Garbage Patch yang berada dilepas pantai California dan Hawaii pada tahun 2020.
Ekspedisi ini memakan waktu sekitar 48 hari dan berhasil mengumpulkan 103 ton sampah plastik dan jala ikan. Diperkirakan pada tahun 2050, lautan akan membawa lebih banyak plastik daripada ikan jika kita tidak bertanggung jawab dan mengubah perilaku kita secara drastis.
ADVERTISEMENT
Di samping itu, banyak bisnis yang memberikan dampak buruk kepada lautan sama halnya dengan industri kecantikan yang secara khusus mengancam lautan kita. Namun, ada solusi yang dapat dilakukan untuk mengurangi dampak serta menjaga menjaga ekosistem laut salah satunya melalui gerakan Blue Beauty.
Profil Gerakan Blue Beauty
Gerakan Blue Beauty digagas pertama kali oleh Jeanni Jarnot, seorang Founder Beauty Heroes. Jeanni memiliki ide untuk memperkenalkan produk-produk perawatan kulit dan wajah yang tidak hanya mementingkan bahan-bahan yang aman, bersih, dan sustainable tetapi juga berfokus pada dampak pengemasannya terhadap kehidupan laut.
Beberapa merek kecantikan mulai memperkenalkan Post-Consumer Plastic (PCR) dalam kemasannya, artinya tidak ada plastik baru yang diproduksi tetapi berasal dari proses daur ulang sebab ancaman terbesar lainnya dalam produk kecantikan adalah kandungan produk yang dapat merusak satwa laut layaknya terumbu karang.
ADVERTISEMENT
Blue Beauty juga memiliki tujuan yang berfokus untuk membantu merek industri kecantikan mencapai tingkat yang bertanggung jawab secara ekologis. Limbah plastik menjadi masalah ekologis yang mendesak dan produk kecantikan paling sulit untuk didaur ulang.
Produk kecantikan tidak hanya berkontribusi dalam memproduksi plastik tetapi secara langsung juga menghasilkan lebih banyak limbah karena beberapa bagian produk misalnya tutup kemasan dan bagian-bagian kecil lainnya yang terdapat dalam produk.
Sampah Kemasan Produk Kecantikan. Sumber: Unsplash.com
Dampak Limbah Produk Kecantikan di Laut
World Wildlife Fund (WWF) melaporkan sekiranya ada satu truk sampah penuh plastik yang masuk ke lautan setiap menitnya. Hal ini setara dengan sebanyak 8 juta ton plastik setiap tahun dan membahayakan kehidupan laut.
Paula Chin, seorang Sustainable Materials Specialist WWF-UK berpendapat bahwa lebih dari 120 miliar unit kemasan produk kecantikan diproduksi secara global setiap tahun dan sebagian besar tidak dapat didaur ulang. Kita dapat mengurangi jumlah tersebut dengan mencari cara yang lebih berkelanjutan, regeneratif, serta ramah laut melalui produk kecantikan yang kita gunakan. Tak hanya serta merta menggunakan bahan-bahan yang bersih dan bersumber secara berkelanjutan tetapi mencakup upaya negatif dan inisiatif formulasi proaktif terkait pemborosan air.
ADVERTISEMENT
Produk kecantikan pada umumnya mengacu pada kecantikan yang bebas racun, non-transgenik, dan bebas pewangi buatan. Namun, ketika pewangi buatan dan silikon sintetis itu dicuci oleh air menyebabkan bahan berbahaya tersebut berakhir di lautan. Bahan kimia yang biasa ditemukan pada produk kecantikan yakni oxybenzone dan octinoxate pada tabir surya.
Tabir surya dapat melindungi kita dari sinar matahari yang merusak kulit tetapi hal itu justru merusak ekosistem biota laut. Salah satu contohnya, Hawaii melarang masyarakatnya menggunakan tabir surya yang mengandung bahan kimia oxybenzone dan octinoxate pada Januari 2021 lalu.
Upaya Blue Beauty untuk Ekosistem Laut Berkelanjutan
Blue Beauty merupakan serangkaian perubahan kecil dalam gaya hidup dimulai dengan menjadi lebih perseptif. Gerakan ini dapat diawali dengan membeli produk yang mengandung tumbuhan yang bersumber secara etis dan sintetis bersih yang tidak mengandung petrokimia, ftalat, atau racun yang dapat larut ke tanah dan saluran air ketika dibuang.
ADVERTISEMENT
Di samping itu, konsumen dapat mendaur ulang dan menggunakan kembali wadah kecantikannya sebagai kerajinan untuk dekorasi rumah misalnya, botol parfum dijadikan sebagai vas bunga atau tempat alat tulis. Perusahaan kecantikan dapat memberikan sebuah terobosan baru dengan menyediakan pengisian ulang produk sehingga konsumen tidak membuang kemasan produk begitu saja.
Pengisian ulang produk ini bertujuan untuk mengurangi pencemaran kemasan produk kecantikan yang berakhir di laut. Selain itu, pentingnya untuk mengendalikan perilaku konsumtif dalam diri dan memilih dengan cermat setiap pilihan yang ada karena setiap pilihan adalah pilihan yang membuat planet menjadi lebih sehat atau tidak sehat.
Blue Beauty mengharapkan perusahaan kecantikan lainnya dapat mengadopsi Blue Biotechnology dalam proses pembuatan produknya. Blue Biotechnology mengacu pada pemanfaatan ekosistem laut untuk menciptakan produk yang bermanfaat.
ADVERTISEMENT
Sektor teknologi ini berfokus pada perawatan kulit dan kosmetik karena kualitas kehidupan laut yang unik dan mudah beradaptasi membuat mikroorganisme laut sempurna untuk digunakan dalam jenis produk ini. Misalnya, ganggang mampu melindungi kulit dari sinar ultraviolet yang berbahaya, menjadikannya bagus untuk digunakan dalam pelembab dan semprotan pelindung. Dengan demikian, produk yang dihasilkan dapat mewujudkan ekosistem laut yang berkelanjutan.