Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.88.1
Konten dari Pengguna
Sadarkan! Orang Tua yang Sering Langgar Hak Anak dalam Polling Liburan Keluarga
16 November 2024 1:52 WIB
·
waktu baca 5 menitTulisan dari PUTU NANDA tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Polling Keluarga: Antara Demokrasi dan Kezaliman
Orang tua sering memberikan beberapa pilihan destinasi kepada anak-anak untuk memilih tujuan liburan mereka. Biasanya, orang tua berusaha membuat pilihan itu seolah-olah seluruh anggota keluarga memiliki hak pilih yang sama. Meskipun terlihat seperti tindakan yang bijak, adil, dan demokratis, polling kerap kali tidak memberikan ruang yang cukup untuk anak menyampaikan pendapat tanpa penuh intimidasi.
ADVERTISEMENT
Terkadang orang tua memberikan pilihan yang sudah dipilihkan kepada anak-anak, tanpa memberikan kesempatan untuk mengajukan pilihan mereka sendiri. Selain itu, orang tua juga sering kali meminta anak-anak untuk memilih dari pilihan yang tidak sepenuhnya mereka pahami, atau lebih buruk lagi, orang tua tidak memberitahukan dan mendiskusikan alasan dari berbagai pilihan yang disediakan.
Hak Anak untuk Andil dalam Pengambilan Keputusan
Dalam Konvensi Hak Anak yang disahkan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa pada tahun 1989, tepatnya poin 12 menegaskan bahwa orang dewasa, termasuk orang tua harus serius mempertimbangkan pendapat anak-anak dan setiap anak berhak untuk mengungkapkan pendapat tentang masalah yang mempengaruhi mereka.
Namun, nyatanya banyak orang tua yang “paling” merasa bahwa mereka yang lebih tahu apa yang terbenar dan terbaik untuk anak-anak mereka, serta sering kali membuat keputusan sepihak tanpa melibatkan anak secara aktif. Bahkan jika anak-anak diberikan ruang untuk memilih destinasi liburan, kerap kali hasil polling ini hanya sebagai formalitas, tanpa memperhatikan dengan sungguh-sungguh apa keinginan anak.
ADVERTISEMENT
Apa Korelasi antara Berpendapat dan Kepercayaan Diri pada Anak?
Anak-anak yang tidak dilibatkan secara adil dan aktif dalam proses pengambilan keputusan dapat memiliki dampak yang cukup besar, baik dari sisi emosional maupun psikologis. Salah satu dampak utama adalah perasaan tidak dihargai. Ketika anak merasa suaranya tidak didengarkan, mereka akan merasa tidak penting atau terasingkan dalam keluarga, yang bisa berujung pada rasa kurang percaya diri dan kesulitan dalam mengambil keputusan di masa depan.
Hal tersebut ada dalam teori self-esteem yang dicetuskan oleh Coppersmith tahun 1967, yaitu tentang kepercayaan diri seseorang diperoleh dari penghargaan lingkungan. Hal ini akan berpengaruh terhadap pola pikir, emosi, dan tindakan seseorang. Self-esteem juga membicarakan sejauh mana seseorang menerima nilai-nilai dirinya sendiri, jika self-esteem seseorang rendah, maka ia cenderung merasa dirinya tidak berguna atau payah.
ADVERTISEMENT
Selain itu, anak yang tidak dilibatkan dan diberikan kesempatan berpendapat saat merencanakan liburan, dapat merasa kurang dihargai dalam peran mereka sebagai anggota keluarga. Ini bisa menciptakan keretakan dalam hubungan keluarga dan mengurangi kualitas momen keluarga dalam berlibur, karena anak mungkin merasa tidak nyaman atau kurang antusias dengan pilihan yang sudah ditentukan.
Mengapa Penting untuk Mengikutsertakan Anak dalam Pengambilan Keputusan?
Berdasarkan hasil penelitian Thoomaszen tahun 2017 yang menganalisis peran keluarga dalam pemenuhan hak partisipasi anak pada Forum Anak Kota Kupang (FAKK), yaitu ketika siswa presentasi di dalam kelas, siswa tampak kurang percaya diri dan memperlihatkan bahasa tubuh yang kurang nyaman saat berdiri di depan banyak orang. Ternyata sejak masa usia dini, para siswa kurang diberikan kesempatan dan kurang dibiasakan untuk berpartisipasi dalam setiap bentuk pengambilan keputusan dalam keluarga. Setiap keputusan cenderung ditentukan oleh orang tua.
ADVERTISEMENT
Mengikutsertakan anak dalam proses pengambilan keputusan bukan hanya tentang menghargai pendapat mereka, tetapi juga tentang memberikan keterampilan hidup (life skill), seperti negosiasi dan pengambilan keputusan. Partisipasi anak dalam proses ini akan menunjang kestabilan dan perkembangan anak secara emosional maupun sosial. Keintiman dalam hubungan berkeluarga salah satunya ditandai dengan keantusiasan anak, karena merasa dilibatkan dan menjadi bagian dari proses diskusi.
Menyusun Polling yang Adil untuk Keluarga
Polling dalam mengambil keputusan dapat didesain oleh orang tua agar lebih inklusif dan memperhatikan hak anak, seperti memberikan kesempatan pada anak untuk mengajukan pilihan mereka sendiri sebelum menentukan pilihan destinasi liburan dengan mendengarkan alasan atau keinginan anak. Orang tua juga harus bijak dalam menentukan berbagai pilihan yang diberikan pada anak berdasarkan dengan usia dan pemahaman anak. Selain itu, orang tua bisa mencoba mencari solusi yang mengakomodasi seluruh keinginan anggota keluarga. Meskipun mereka masih muda, harus dipertimbangkan dengan sungguh-sungguh, hal ini akan mengajarkan anak untuk mengenal cara menghargai dan pentingnya berkompromi.
ADVERTISEMENT
Oleh karena itu, penting bagi orang tua untuk menyadari bahwa meskipun polling tampak sebagai metode demokratis untuk memilih destinasi liburan, hal ini harus diimbangi dengan komunikasi yang terbuka dan kesempatan bagi anak untuk mengungkapkan pendapat mereka dengan bebas. Dengan cara ini, liburan bisa menjadi pengalaman yang lebih berarti bagi seluruh keluarga, di mana setiap anggota merasa dihargai dan terlibat dalam setiap langkah pengambilan keputusan.
Disusun oleh: Putu Nanda, mahasiswa semester 1 jurusan Psikologi Universitas Sebelas Maret.
Referensi:
Coopersmith, S. 1981. The Antecedents of Self-Esteem, Palo Alto, CA: Consulting Psychologists Press.
Thoomaszen, F. W. (2017). Peran keluarga dalam pemenuhan hak partisipasi anak pada Forum Anak Kota Kupang (FAKK). Persona: Jurnal Psikologi Indonesia, 6(2), 82-97.
ADVERTISEMENT
United Nations, Convention on the Rights of the Child, 1989. UNICEF. https://www.unicef.org/child-rights-convention/convention-text-childrens-version. [Diakses pada tanggal 1 November 2024]