Konten dari Pengguna

Lotus Birth: Implikasinya dalam Praktik Kebidanan di Indonesia

VARA NAFTALIN TIFFATUL GANES
MAHASISWA UNIVERSITAS AIRLANGGA
8 Januari 2025 15:41 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari VARA NAFTALIN TIFFATUL GANES tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Sumber: www.shutterstock.com
zoom-in-whitePerbesar
Sumber: www.shutterstock.com
ADVERTISEMENT
Dalam pengertian sehari-hari persalinan sering diartikan serangkaian kejadian pengeluaran bayi yang sudah cukup bulan, disusul dengan pengeluaran plasenta dan selaput janin dari tubuh ibu melalui jalan lahir atau melalui jalan lain, berlangsung dengan bantuan maupun tanpa bantuan. Persalinan merupakan jalan awal dari bayi untuk masuk dalam kehidupan dunia. Banyak sekali metode yang telah digunakan dalam sebuah proses persalinan ini, salah satunya metode Lotus Birth.
ADVERTISEMENT
Metode lotus birth pertama kali diperkenalkan oleh Claire Lotus Day pada tahun 1974 di Amerika Serikat. Ia terinspirasi oleh pengamatan terhadap simpanse yang tidak memotong tali pusat anaknya setelah kelahiran. Ia percaya bahwa membiarkan tali pusattetap terhubung dengan plasenta memberikan manfaat bagi bayi. Sejak saat itu, praktik ini mulai menarik banyak perhatian dari pandangan medis. Meskipun ada beberapa klaim manfaat dari praktik ini, namun tidak sedikit pandangan kontra mengenai praktik ini.
Di Indonesia, praktik lotus birth masih kontroversial dan belum banyak didukung oleh tenaga medis. Banyak tenaga medis yang belum memahami sepenuhnya metode ini, sehingga diperlukan penelitian lebih lanjut untuk mengeksplorasi implikasi medis dan sosial dari lotus birth dalam konteks kebidanan di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk memberikan wawasan lebih mengenai praktik lotus birth, risiko yang terkait, serta pandangan masyarakat dan juga tenaga medis terhadap metode ini.
ADVERTISEMENT
Lotus Birth adalah metode persalinan di mana tali pusat dibiarkan terhubung dengan plasenta hingga terlepas secara alami. Metode ini terjadi dalam waktu 3-10 hari setelah kelahiran. Lotus Birth diperkenalkan oleh Claire Lotus Day pada tahun 1974, terinspirasi oleh pengamatan terhadap simpanse yang tidak memotong tali pusat anaknya. Sehingga dari metode ini bayi tetap terhubung ke plasenta selama tiga hingga empat hari hingga tali pusat mengering dan terpisah secara alami.
Akan tetapi, meskipun telah terdapat beberapa manfaat yang diklaim, di sisi lain praktik ini juga memiliki risiko. Risiko tersebutlah yang membuat hadirnya pihak kontra mengenai metode ini. Berikut adalah alasan serta penjabarannya.
1. Plasenta yang dibiarkan melekat pada bayi setelah kelahiran berisiko tinggi mengalami infeksi, plasenta menjadi jaringan mati dan rentan terhadap pertumbuhan bakteri, yang dapat menyebar ke bayi melalui tali pusat.
ADVERTISEMENT
2. Menunda pemotongan tali pusat terlalu lama dapat meningkatkan kadar bilirubin dalam darah bayi, yang berpotensi menyebabkan penyakit kuning. Hal ini disebabkan oleh pasokan darah berlebih dari plasenta yang tidak lagi berfungsi secara optimal
Lotus birth, meskipun dianggap oleh sebagian orang sebagai metode persalinan yang lebih alami, memiliki sejumlah risiko kesehatan yang signifikan. Salah satu masalah utama adalah potensi infeksi. Setelah plasenta keluar dari tubuh ibu, ia menjadi jaringan mati yang rentan terhadap pertumbuhan bakteri. Membiarkan plasenta tetap terhubung dengan bayi dapat meningkatkan risiko infeksi serius, yang bisa berakibat fatal bagi bayi yang sistem kekebalan tubuhnya masih sangat rentan.
Selain itu, praktik ini dapat menyebabkan kesulitan dalam perawatan bayi. Bayi yang masih terhubung dengan plasenta memerlukan perhatian ekstra dan mobilitas orang tua menjadi terbatas. Hal ini dapat mengganggu interaksi antara orang tua dan bayi, serta menyulitkan proses menyusui dan perawatan sehari-hari23. Dalam situasi darurat medis, keberadaan plasenta juga dapat menghambat tindakan cepat yang diperlukan untuk menangani komplikasi.
ADVERTISEMENT
Terakhir, klaim tentang manfaat lotus birth sering kali tidak didukung oleh bukti ilmiah yang kuat. Banyak ahli kesehatan berpendapat bahwa manfaat yang diklaim seperti peningkatan nutrisi dan transisi yang lebih lembut bagi bayi tidak terbukti secara medis dan dapat menimbulkan risiko lebih besar dibandingkan dengan manfaatnya. Oleh karena itu, penting bagi orang tua untuk mempertimbangkan dengan cermat semua aspek sebelum memutuskan untuk memilih metode ini. Bayi yang lahir dengan metode lotus birth mungkin memerlukan perhatian medis lebih lama dan perawatan khusus untuk tali pusat dan plasenta, termasuk pencegahan infeksi dan pemantauan kondisi kesehatan bayi
Namun, bagaimana pandangan para ahli mengenai metode tersebut? Banyak tenaga medis dan organisasi kesehatan tidak merekomendasikan lotus birth. Hal tersebut dikarenakan masih kurangnya bukti ilmiah yang mendukung manfaat dari terlaksanakannya metode tersebut. WHO memang merekomendasikan pemotongan tali pusat yang tertunda, tetapi hal tersebut sebaiknya dilakukan sekitar satu hingga tiga menit saja setelah kelahiran. Penundaan ini telah terbukti dapat mencegah anemia pada bayi dan mengurangi risiko komplikasi seperti perdarahan otak. WHO menekankan bahwa meskipun lotus birth mungkin dianggap sebagai tren, risiko kesehatan yang terkait dengan meninggalkan tali pusat terhubung dengan plasenta, termasuk infeksi, tidak dapat diabaikan. Dengan demikian, WHO lebih memilih pendekatan berbasis bukti yang menunjukkan manfaat dari penundaan pemotongan tali pusat dibandingkan dengan praktik lotus birth.
ADVERTISEMENT
Implikasi lotus birth dalam praktik kebidanan mencakup beberapa aspek penting yang perlu dipertimbangkan oleh tenaga medis dan orang tua. Lotus birth mengharuskan tenaga medis untuk mengubah prosedur standar dalam penanganan tali pusat dan plasenta. Hal ini mencakup penundaan pemotongan tali pusat, yang dapat mempengaruhi manajemen pascapersalinan. Dengan metode ini, ada risiko infeksi yang lebih tinggi karena plasenta yang tidak terputus menjadi jaringan mati dan rentan terhadap bakteri sehingga mengharuskan tenaga medis harus memantau kondisi ibu dan bayi dengan lebih ketat untuk mendeteksi tanda-tanda infeksi.Hal inipenting bagi tenaga kesehatan untuk memberikan informasi yang jelas kepada orang tua mengenai manfaat dan risiko lotus birth, serta memastikan bahwa mereka memahami prosedur dan potensi komplikasi. Keputusan untuk melakukan lotus birth harus mempertimbangkan kondisi kesehatan ibu dan bayi.
ADVERTISEMENT
Sumber:
Bashara, R. (2001). Lotus birth: a mother’s perspective. Midwifery today with international midwife, [online] (58), p.17. Available at: https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/12154705/.
Gönenç, İ.M., Aker, M.N. and Ay, E. (2019). Qualitative Study on the Experience of Lotus Birth. Journal of Obstetric, Gynecologic & Neonatal Nursing, [online] 48(6), pp.645–653.doi:https://doi.org/10.1016/j.jogn.2019.08.005.
Hart Hayes, E. (2019). Placentophagy, Lotus Birth, and Other Placenta Practices. The Journal of Perinatal & Neonatal Nursing, 33(2), pp.99–102. doi:https://doi.org/10.1097/jpn.0000000000000402.
Indryani Indryani (2024). Asuhan Kebidanan Persalinan dan Bayi Baru Lahir. doi:https://doi.org/10.36590/penerbit.salnesia.1.
Rahma, A.S. and Syam, N. (2019). GAMBARAN PENGETAHUAN BIDAN TENTANG LOTUS BIRTH DI PUSKESMAS BARA-BARAYA, PUSKESMAS MAMAJANG, DAN PUSKESMAS BATUA MAKASSAR. Alami Journal (Alauddin Islamic Medical) Journal, 3(1), p.1.doi:https://doi.org/10.24252/alami.v3i1.10310.
Sumi, S.S. and Isa, W.M.L. (2021). Adaptasi Fisiologis Bayi Baru Lahir melalui Persalinan Normal dengan Lotus Birth dan Tanpa Lotus Birth. Jurnal Keperawatan Silampari, 5(1), pp.148–155. doi:https://doi.org/10.31539/jks.v5i1.2683.
ADVERTISEMENT