Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.94.0
Konten dari Pengguna
Menanamkan Budaya Anti-korupsi dalam Lingkungan Masyarakat, Perlukah?
19 September 2021 21:59 WIB
·
waktu baca 4 menitTulisan dari Jasuma Bakti Prima Shinta tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Korupsi, hal yang mampu membuat suatu negara mengalami kerugian dan suatu hal yang dibenci oleh masyarakat. Tentu saja, sebab hal tersebut merupakan jurus jitu memperkaya diri dan telah menjadi suatu budaya buruk di Indonesia.
ADVERTISEMENT
Saat ini diterima secara universal bahwa korupsi menimbulkan tantangan kritis bagi pembangunan ekonomi dan sosial, dan mengalihkan sumber daya dari tujuan yang bermanfaat bagi masyarakat luas. Korupsi juga membatasi jutaan orang setiap hari dalam menikmati Hak Asasi Manusia dan kebebasan, berkontribusi pada kelangsungan kemiskinan dan menghambat peluang ekonomi. Terdapat sekitar 1.298 terdakwa kasus korupsi di Indonesia sepanjang tahun 2020 kemarin, baik yang diadili di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi, Pengadilan Tinggi, hingga Mahkamah Agung. Jelas Lalola Easter, peneliti Indonesia Corruption Watch (ICW) dalam diskusi virtual ICW, Jumat (9/4/2021).
Korupsi merupakan salah satu kejahatan luar biasa yang dihadapi oleh hampir semua negara, mulai dari negara berkembang sampai negara maju. Korupsi mampu memperlambat pertumbuhan perekonomian negara, sosial budaya dan politik. Di Indonesia sendiri, korupsi telah menjamur diseluruh lapisan masyarakat, baik dilakukan sendiri maupun kelompok tertentu.
ADVERTISEMENT
Dunia yang bebas dari korupsi sangat penting untuk memperkuat supremasi hukum, mencapai tujuan keadilan dan memastikan kemajuan prinsip dasar dari masyarakat yang adil, termasuk integritas, transparansi, dan objektivitas di publik dan sektor swasta. Berbagai hal telah banyak diimplementasikan untuk mencegah tindak pidana korupsi, dengan pendidikan anti korupsi baik itu melalui lembaga Komisi Pemberantasan Korupsi, lembaga pendidikan di bawah naungan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, atau melalui lembaga pendidikan masyarakat. Pendidikan anti korupsi adalah hal yang penting sebagai tindakan pencegahan, dengan cara penanaman sikap jujur dan menghindari perilaku curang sejak dini.
Untuk mengakhiri budaya korupsi dan mencapai pembangunan berkelanjutan, harus pada intinya melibatkan partisipasi dan keterlibatan penuh di semua tahap. Kaum muda sebagai generasi berikutnya dari pemimpin politik dan bisnis, pegawai negeri, pendidik dan pekerja masyarakat. Kita membutuhkan keterlibatan generasi penerus untuk memastikan kemajuan generasi muda menuju dunia yang lebih baik, dan untuk mencapai tiga cara utama untuk menghindari korupsi diuraikan di bawah ini:
ADVERTISEMENT
1. Fokus pada pendidikan
Sangatlah penting bahwa perhatian yang lebih besar diberikan pada kebutuhan akan pendidikan yang komprehensif untuk generasi mendatang. Upaya tersebut akan memastikan bahwa kurikulum sekolah dan universitas diperbarui dan dimodernisasi sejalan dengan perubahan dan perkembangan masyarakat untuk memperkuat ide-ide positif, nilai-nilai masyarakat dan melindungi kelompok anak-anak yang rentan. Upaya ini juga harus memastikan bahwa semua anak memiliki akses untuk mendapat pendidikan, transportasi dan fasilitas yang layak, serta dukungan pemerintah dan masyarakat yang diperlukan. Langkah ini akan lebih mungkin menjembatani kesenjangan antara generasi muda dan lembaga-lembaga politik yang mewakili dan melayani kepentingan mereka, membina hubungan yang lebih produktif dan terbuka.
2. Ciptakan budaya integritas
Berhubungan erat dengan fokus pada pendidikan adalah kebutuhan untuk menciptakan budaya integritas yang “terprogram” di masyarakat. Sementara budaya seperti itu bisa dipupuk dan dikembangkan melalui pendidikan komprehensif generasi berikutnya yang telah dibahas sebelumnya, tidak ada alasan untuk membatasi upaya tersebut untuk kaum muda. Pegawai negeri sipil, pemimpin politik dan sektor swasta (baik secara individu maupun kolektif) dapat segera mulai membangun dan memperkuat budaya integritas yang berkonsentrasi pada pemberian layanan berkualitas tinggi dan standar kinerja profesional, memperlakukan individu dengan hormat dan bermartabat, dan menerapkan aturan keadilan dan objektivitas yang sama. Mengutip penulis Robert Fulghum, kebijaksanaan seperti itu tidak ditemukan di puncak gunung Sekolah Pascasarjana, tetapi di tumpukan pasir di Sekolah Dasar.
ADVERTISEMENT
3. Menuntut akuntabilitas
Agar masyarakat mana pun berhasil dalam memberantas korupsi dan mempertahankan budaya integritas, harus ada mekanisme yang berfungsi sebagai pengontrol pemikiran atau perilaku yang akan menunjukkan kemunduran dari cara-cara korup sebelumnya dalam melakukan bisnis di sektor publik atau swasta. Pemantauan dan pengawasan semacam ini membantu memperkuat integritas dan profesionalisme secara positif sambil meminta pertanggungjawaban mereka yang memilih untuk melanggar norma-norma sosial yang positif. Dan tuntutan ini harus dipertahankan melalui masa transisi politik yang menantang atau kemerosotan ekonomi, ketika godaan untuk terlibat dalam perilaku yang melanggar hukum dan korupsi akan mencapai tingkat tertinggi.
Salah satu nilai kehidupan yang harus ditanamkan pada setiap generasi dalam wujud perilaku anti korupsi yakni Kejujuran. Jujur merupakan nilai dasar dalam upaya menjadikan diri kita sebagai seseorang yang bisa dipercaya dalam tindakan, perkataan dan pekerjaan, baik terhadap diri sendiri maupun orang lain. Jika kita telah menanamkan integritas yang baik dan mampu menerapkan nilai kejujuran di keseharian kita, maka diharapkan dalam jangka waktu yang panjang, kita dapat mengurangi budaya korupsi.
ADVERTISEMENT
Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa sangat diperlukan penanaman karakter jujur dan integritas dalam masyarakat untuk mewujudkan budaya anti korupsi. Terdapat banyak nilai-nilai anti korupsi yang wajib kita sampaikan kepada masyarakat. Nilai-nilai tersebut yakni kejujuran, disiplin, kerja keras, dapat dipercaya, bertanggung jawab, berani, adil dan sederhana. Penanaman nilai-nilai tersebut tidak hanya sekadar disampaikan, tetapi juga harus dipahami dan diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari.