3 Strategi Pemerintah Atasi Defisit Neraca Dagang ke Afrika

21 Agustus 2019 10:13 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Presiden Jokowi (tengah) berbincang dengan pemerintah Afrika usai melakukan penandatanganan kerjasama dalam bidang infrastruktur dan transportasi. Foto: Dok. Humas Kementerian BUMN
zoom-in-whitePerbesar
Presiden Jokowi (tengah) berbincang dengan pemerintah Afrika usai melakukan penandatanganan kerjasama dalam bidang infrastruktur dan transportasi. Foto: Dok. Humas Kementerian BUMN
ADVERTISEMENT
Neraca perdagangan Indonesia dengan Afrika pada 2018 mengalami defisit senilai USD 450 juta. Padahal pada tahun 2017, 2016, dan 2015, neraca perdagangan Indonesia-Afrika mengalami surplus, bahkan capai USD 1,46 miliar di 2017.
ADVERTISEMENT
Menteri Koordinator Kemaritiman, Luhut Binsar Pandjaitan mengungkapkan, Indonesia memiliki 3 cara untuk kembali meningkatkan ekspor ke Afrika. Strategi pertama yakni melakukan diplomasi di forum internasional.
"Pertama terkait diplomasi ekonomi. Saya berharap bisa lihat lebih banyak misi dagang yang dikirim di konferensi internasional di Afrika. Kita punya industri yang sangat baik," kata Luhut dalam diskusi panel pada Indonesia-Africa Infrastructure Dialogue di Nusa Dua, Bali, Rabu (21/8).
Langkah kedua untuk menekan defisit neraca perdagangan, yakni dengan menggenjot kerja sama investasi. Selama ini, kata Luhut, Indonesia lebih banyak bekerja sama dengan Jepang, China, dan Amerika Serikat.
Luhut mengatakan, ke depan pemerintah juga akan fokus tingkatkan kerja sama perdagangan dan investasi dengan negara-negara Afrika.
ADVERTISEMENT
"Terkait kerja sama investasi. Kita bisa lihat kerja sama yang dilakukan bersama. Kita kerja sama dengan China, Jepang, AS, tapi harus tingkatkan dengan negara Afrika," kata Luhut.
Menteri Koordinator Kemaritiman, Luhut Pandjaitan dalam Indonesia-Africa Infrastructure Forum 2019. Foto: Resya Firmansyah/kumparan
Sedangkan langkah terakhir yang akan diambil untuk menekan defisit neraca perdagangan dengan Afrika adalah dengan melakukan perjanjian perdagangan bebas.
Luhut menegaskan, perjanjian perdagangan bebas perlu akselerasi karena perkembangan kerja sama antara Indonesia-Afrika terbilang stagnan.
"Selama 5 tahun ke belakang angka impor ekspor cenderung stagnan. Terkait perjanjian bebas harus semakin akselerasi karena perkembangannya cenderung seperti yoyo, naik turun," jelasnya.
Berdasarkan data yang dipaparkan Luhut, komoditas Afrika yang diekspor ke Indonesia dengan nilai terbesar di 2018 yakni crude oil senilai USD 3,98 miliar.
Sementara komoditas Indonesia yang diekspor ke Afrika dengan nilai terbesar adalah minyak sawit dan turunannya sebesar USD 2,6 miliar.
ADVERTISEMENT