Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
4 Perusahaan Logistik Terancam Bangkrut Karena Biaya Kargo Naik
27 Februari 2019 17:55 WIB
Diperbarui 21 Maret 2019 0:03 WIB
ADVERTISEMENT
Asosiasi Perusahaan Jasa Pengiriman Ekspres, Pos, dan Logistik Indonesia (Asperindo) mencatat, terdapat 4 badan usaha jasa pengiriman yang terancam bangkrut akibat kenaikan tarif Surat Muatan Udara (SMU) atau biaya kargo.
ADVERTISEMENT
Menurut Wakil Ketua Umum Asperindo, Budi Paryanto, 4 badan usaha logistik itu berlokasi di Pekanbaru, Palembang, dan Jakarta. Dia memprediksi 4 badan usaha itu memiliki karyawan total sebanyaj 200 orang, yang akan terdampak penutupan.
"Sudah ada 4 perusahaan yang melaporkan mereka mengalami kebangkrutan. Mulai sudah akan menutup operasionalnya, sekitar 100-200 orang, mereka sudah mulai merumahkan karyawan," kata Budi saadi Hotel Millenium, Jakarta, Rabu (27/2).
Dia membeberkan sejak pertengahan tahun lalu hingga awal tahun ini, maskapai penerbangan secara bertahap menaikkan tarif biaya kargo. Menurut dia, yang terendah naik 120 persen, yang tertinggi naik 325 persen.
"Kami hanya menaikkan tarif 10-20 persen ke konsumen. Nah yang daya tahannya bagus, mereka masih bertahan. Tapi yang kecil-kecil mulai goyah," ucap Budi.
Dia menambahkan, karena kenaikan biaya kargo begitu tinggi, sebanyak 50 persen pengiriman logistik yang semula melalui jalur udara kini beralih ke darat dan laut. Namun tentu waktu pengiriman barang via laut menjadi lebih lama.
ADVERTISEMENT
"Yang kami alihkan ini yang layanan reguler. Tapi muncul masalah kalau di laut itu, layanan 2 hari, tapi nunggu bongkar muat 3 hari. Jadi 5 hari. Kalau sampai 5 hari ini customer lari," katanya.
Akibat kondisi tersebut, kini jumlah konsumen jasa pengiriman mulai berkurang 30-40 persen. Saat ini pihaknya terus mencari alternatif pengiriman yang secara durasi tak terlalu lama. Hal itu dilakukan agar konsumen tak lari.