Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
ADVERTISEMENT
Pemerintah mengklaim pemakaian bahan bakar campuran solar dan biodiesel 20 persen (B20) cukup efektif. Bahkan berkat B20, negara bisa menghemat hingga USD 1,66 miliar atau sekitar Rp 23,5 triliun (kurs Rp 14.200) per Juli 2019.
ADVERTISEMENT
Wakil Menteri ESDM, Arcandra Tahar mengatakan, penghematan tersebut didapat dari berkurangnya impor solar. Menurutnya, penyerapan biodiesel sejak Januari-Juli 2019 juga sudah mencapai 2,94 juta kiloliter (kl) atau 97 persen.
"Kita lihat harga MOPS dikalikan volume FAME (Fatty Acid Methyl Ester) didistribusikan, kita sudah 97 persenan berhasil. Maka penghematan itu tadi kita bahas sekitar USD 1,66 miliar Januari sampai Juli 2019," ujar Arcandra usai rapat koordinasi (rakor) di Kantor Kemenko Perekonomian, Jakarta, Senin (12/8).
Program biodiesel 20 persen sendiri telah diluncurkan pemerintah sejak 1 September 2018. Ini merupakan kebijakan yang dilakukan pemerintah untuk menekan impor migas sekaligus untuk memperbaiki neraca dagang dan defisit transaksi berjalan.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), impor migas mengecil. Juni lalu, impor migas sebesar USD 1,71 atau turun 21,5 persen (mtm). Bahkan secara tahunan, impor migas juga turun 19,99 persen (yoy).
ADVERTISEMENT
Penurunan impor migas disebabkan oleh turunnya impor seluruh komponen migas, yaitu minyak mentah sebesar USD 1,89 miliar atau 41,49 persen (yoy), hasil minyak USD 1,19 miliar atau 14,75 persen (yoy), dan gas USD 79,6 juta atau 5,68 persen (yoy).
Adapun defisit migas di Juni 2019 tercatat USD 966,8 juta, atau lebih kecil dari bulan sebelumnya yang mencapai USD 1,04 miliar.
Secara kumulatif Januari-Juni 2019, nilai impor migas turun 22,5 persen menjadi USD 10,89 miliar, lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang sebesar USD 14,06 miliar.