BI: Kenaikan Utang Luar Negeri Swasta Akan Terus Berlanjut

2 Mei 2019 17:27 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Petugas melayani penukaran uang dolar Amerika di salah satu gerai penukaran valuta asing, Jakarta. Foto: Antara/Puspa Perwitasari
zoom-in-whitePerbesar
Petugas melayani penukaran uang dolar Amerika di salah satu gerai penukaran valuta asing, Jakarta. Foto: Antara/Puspa Perwitasari
ADVERTISEMENT
Bank Indonesia (BI) memperkirakan utang luar negeri (ULN) swasta masih akan berlanjut dalam beberapa waktu ke depan. Hal ini lantaran swasta yang masih melakukan ekspansi bisnisnya di tahun ini, sementara Dana Pihak Ketiga (DPK) diperkirakan tumbuh tipis.
ADVERTISEMENT
Direktur Departemen Kebijakan Makroprudensial BI, Retno Ponco Windarti, mengatakan swasta masih akan mencari pendanaan dari sumber lainnya, seperti ULN. Namun dia tak menjelaskan lebih lanjut hingga kapan kenaikan ULN swasta tersebut.
"Bisa jadi peluang terhadap penggunaan sumber pendanaan luar negeri meningkat, karena prospek ke depan masih baik. Tapi risiko masih tetap terjaga," ujar Retno di Gedung BI Thamrin, Jakarta, Kamis (2/5).
Menurut Retno, meski potensi kenaikan ULN swasta berlanjut, risiko tersebut akan menurun. Apalagi saat ini sejumlah swasta sudah melakukan kewajiban lindung nilai atau hedging. Ditambah, ULN yang dilakukan swasta memiliki tenor jangka panjang.
"Kita butuh pendanaan sektor eksternal, selama masih produktif dan masih dalam indikator yang aman, rasanya tidak perlu mengkhawatirkan. Kita akan monitor perkembangannya," jelasnya.
ADVERTISEMENT
Berdasarkan data terakhir BI, utang luar negeri swasta tumbuh subur di Februari 2019. Hingga akhir Februari 2019, ULN swasta mencapai USD 194,91 miliar atau naik 10,8 persen dibandingkan periode yang sama pada tahun sebelumnya (yoy).
Pertumbuhan utang luar negeri swasta ditopang kenaikan utang dari sektor jasa keuangan dan asuransi, sektor industri pengolahan, sektor pengadaan listrik, gas, uap atau air panas (LGA), serta sektor pertambangan dan penggalian.
Secara tahunan, industri pertambangan dan penggalian serta industri pengadaan listrik, gas, uap/air panas dan udara mencetak pertumbuhan paling tinggi yaitu masing-masing 26,8 persen (yoy).
Sementara untuk industri jasa keuangan dan asuransi, tumbuh 9,34 persen (yoy) dan industri pengolahan hanya tumbuh tipis 0,5 persen (yoy).
Gedung Bank Indonesia. Foto: Nicha Muslimawati/kumparan
Ditinjau dari tujuan penggunaannya, BI mencatat peningkatan ULN swasta ditujukan untuk refinancing dengan nilai mencapai USD 21,12 miliar, naik dari sebelumnya USD 20,54 miliar pada Januari 2019.
ADVERTISEMENT
Utang untuk lainnya juga tercatat naik dari sebelumnya USD 30,34 miliar menjadi USD 31,97 miliar per akhir Februari 2019. Sementara penggunaan utang untuk modal kerja menurun tipis menjadi USD 59,76 miliar, dari USD 59,79 miliar pada bulan sebelumnya.
Menurut jangka waktu sisanya, utang luar negeri swasta yang memiliki sisa waktu jatuh tempo jangka pendek atau kurang dari setahun juga mengalami peningkatan. ULN swasta jangka pendek naik dari USD 47,62 miliar pada Januari, menjadi USD 48,11 miliar.
Namun, porsi ULN swasta jangka panjang masih lebih besar yaitu 75,3 persen dari total ULN swasta. ULN swasta jangka panjang tercatat sebesar USD 146,8 miliar, juga naik dari bulan sebelumnya sebesar USD 146,03 miliar.
ADVERTISEMENT