Biaya Logistik Indonesia Masih Termahal di Asia

16 Oktober 2019 16:55 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Aktivitas bongkar muat peti kemas di Pelabuhan Tanjung Priok. Foto: ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra
zoom-in-whitePerbesar
Aktivitas bongkar muat peti kemas di Pelabuhan Tanjung Priok. Foto: ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra
ADVERTISEMENT
Indonesia masih menjadi negara di Asia dengan biaya logistik paling mahal, yaitu mencapai 24 persen terhadap produk domestik bruto (PDB).
ADVERTISEMENT
Menteri Perencanaan Pembangunan/Kepala Bappenas, Bambang Brodjonegoro, mahalnya biaya logistik tersebut membuat Indonesia kalah saing dibandingkan negara Asia.
Misalnya saja Vietnam dengan biaya logistik 20 persen, Thailand 15 persen, Malaysia 13 persen, Jepang, dan Singapura hanya biaya logistiknya hanya 8 persen.
"Maka susah untuk investasi baru (bagi investor) di Indonesia," kata Bambang dalam Pembukaan Pameran Indonesia Transport Supply Chain and Logistics 2019 (ITSCL 2019) di Jiexpo Kemayoran, Jakarta, Rabu (16/10).
Menurut Bambang, selain menyebabkan Indonesia tidak dilirik oleh investor, mahalnya biaya logistik secara otomatis akan membuat daya saing Indonesia turun.
"Karena biaya logistik tinggi, pendapatan investor harus berkorban (berkurang) maka dia akan pindah ke negara lain. Maka intinya biaya logistik Indonesia harus dipangkas," katanya.
ADVERTISEMENT
Wakil Ketua Kadin bidang Transportasi, Carmelita Hartoto, juga berpendapat sama. Menurut dia, mahalnya biaya logistik menjadi tekanan tersendiri bagi pengusaha dalam negeri.
Menteri PPN Bambang Brodjonegoro (kiri), Gubernur Kaltim Isran Noor (tengah), dan Wali Kota Balikpapan Rizal Effendi saat talkshow. Foto: Dok. Bappenas
Sebab, kata dia, imbas dari mahalnya biaya logistik itu bisa memangkas margin keuntungan. Dia meminta efisiensi di bidang logistik perlu dilakukan.
"Efisiensi masih jadi PR (pekerjaan rumah) besar bagi kita, beban biaya logistik masih tinggi, 24 persen dari PDB. Kalau lebih efisien akan semakin berdampak pada kinerja industri," ujarnya.
Carmelita menuturkan, mahalnya biaya logistik tersebut tak dipungkiri akibat belum optimalnya pembangunan infrastruktur di Indonesia. Hal itu tercermin dari peringkat kinerja infrastruktur yang masih rendah, termasuk di tingkat Asia.
Berdasarkan data Logistic Performance Index World Bank pada 2018, menyebut peringkat indeks kinerja infrastruktur Indonesia hanya mampu di posisi 46, lebih rendah dibanding Malaysia di posisi 41, Vietnam 39, Thailand di posisi ke 32, dan China di posisi 26.
ADVERTISEMENT
"Meski begitu kami harus tetap optimistis karena kelanjutan pembangunan infrastruktur masih jadi prioritas lima tahun mendatang. Itu akan cukup mengerek sektor transportasi nasional," kata dia.