Broker Mencari Untung saat Harga Daging Ayam Peternak Anjlok

5 Oktober 2018 15:39 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:05 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Harga Ayam Bikin Runyam (Foto: Basith Subastian/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Harga Ayam Bikin Runyam (Foto: Basith Subastian/kumparan)
ADVERTISEMENT
Harga daging ayam di peternak pada pertengahan September 2018 lalu jatuh. Peternak yang biasa melepas ayam hidup dengan harga Rp 20.000 per kg harus gigit jari. Sebab, ayam mereka hanya laku terjual Rp 14.000 per kg.
ADVERTISEMENT
Tidak heran banyak peternak ayam yang rugi besar. Kelebihan produksi ditambah lesunya permintaan disebut-sebut sebagai biang kerok anjloknya harga daging ayam.
Beda di peternak, beda juga di pedagang eceran. Di saat harga daging ayam peternak jatuh, justru di pedagang harganya stabil di Rp 28.000 per kg. Peternak pun buka suara mengenai hal ini. Mereka buru-buru menyebut ada aksi broker yang menyebabkan timpangnya harga daging ayam.
"Jadi kan ini lewat broker, nah ini harga pasti dimaininnya di situ, di broker. Udah pasti mereka," tegas Gatot dengan nada emosi saat bincang dengan kumparan di peternakan ayam miliknya, kawasan Tajur Halang, Bogor, Jumat (5/10).
Gatot menjelaskan runut mengapa harus broker yang disalahkan. Dia mengungkapkan bahwa ayam hidup milik peternak selalu dibeli oleh broker atau pedagang besar. Disebut pedagang besar karena mereka memang membeli dengan jumlah yang banyak. Setelah itu, broker mengirim ayam hidup tersebut ke pangkalan sebelum dibeli oleh para pedagang di pasar becek.
Kondisi ayam di peternakan rakyat di Tajur Halang, Bogor (Foto: Elsa Toruan/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Kondisi ayam di peternakan rakyat di Tajur Halang, Bogor (Foto: Elsa Toruan/kumparan)
“Rantai distribusi cukup panjang," sebutnya.
ADVERTISEMENT
Aksi para broker ini tidak bisa direspon secara berlebihan oleh peternak. Seperti halnya petani yang butuh tengkulak, peternak pun butuh broker. Dari broker lah para peternak bisa menjual ayam-ayam mereka.
"Kami enggak bisa apa-apa karena mereka beli banyak sekaligus jadi di kandang juga cepet habisnya. Kami enggak perlu repot lagi cari-cari pembeli," ucapnya.
Sementara itu, Guru Besar Fakultas Peternakan (Fapet) Institut Pertanian Bogor (IPB) Muladno bilang bahwa broker memang memegang peran penting dalam mengatur harga ayamm di tingkat peternak.
“Kan produksi banyak, peternak tidak tahu mau jual kemana. Daripada ayam ini terus di kandang dan akan mengeluarkan biaya pakan yang semakin tinggi, akhirnya mereka mau enggak mau harus jual ke broker. Diterima oleh broker lalu mereka kan punya uang banyak, ayam ini tadi bisa dipotong lalu disimpan di cold storage. Nah, broker tadi menjual ke pasar dengan harga pasar atau kan ada standarnya pemerintah itu,” timpalnya saat dihubungi.
ADVERTISEMENT
Muladno yang pernah menjadi Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian itu menambahkan tanpa broker, para peternak ayam tidak bisa hidup bahkan bisa saja gulung tikar.
“Mereka peternak yang di kandang itu enggak bisa mereka atur harga. Tapi, tanpa broker juga peternak bisa babak belur, karena ayam mereka enggak ada yang beli. Lalu, mereka harus tetap kasih makan pakan ternak. Memang disini yang diuntungkan itu broker, karena mereka beli murah dan jual mahal,” tutupnya.