Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.94.0
Budi Daya Lobster Air Tawar Lebih Mudah dan Murah daripada Air Laut
3 Maret 2018 15:25 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:11 WIB
ADVERTISEMENT
Lobster air laut merupakan hasil kekayaan perikanan yang belum banyak tersentuh manusia. Meski bernilai jutaan rupiah, hampir tidak ada masyarakat Indonesia yang membudidayakan lobster air laut. Sebab, harga jual yang tinggi ternyata juga berbanding lurus dengan proses budi daya yang ekslusif bagi hewan bercapit ini.
ADVERTISEMENT
Pemilik Bintaro Fish Centre (BFC) Mini Farm Cuncun Setiawan mengatakan ia pribadi lebih memilih membudidayakan lobster air tawar ketimbang air laut. Berbagai pertimbangan mendasari pilihannya tersebut.
"Budi daya lobster air laut itu membutuhkan saringan air hingga skala mikro. Karena lobster air laut itu sekali bertelur bisa 50 ribu hingga 100 ribu telur. Gedenya kayak ujung jarum. Kalau ada zooplankton, habis (telur lobster)," ungkap Cuncun kepada kumparan (kumparan.com), Sabtu (3/3).
Sehingga butuh biaya yang mahal untuk mempunyai teknologi saringan air skala mikro. Belum lagi masalah lahan yang harus tersedia dalam skala besar. Jumlah telur lobster air laut yang mencapai ratusan kali lipat dari telur lobster air tawar membuat pembudidaya harus memiliki media yang bisa menampung benih-benih tersebut.
ADVERTISEMENT
"Itu lahannya aja butuh berapa? Mau ditaruh di mana sebanyak itu?," ujar Cuncun.
Berbeda dengan lobster air tawar yang tidak selalu membutuhkan media besar seperti kolam semen. Lobster air tawar dapat dikembangbiakan di kolam tanah bahkan dalam aquarium.
"Hanya saja kalau kolam tanah, butuh suplai air yang lebih besar daripada rembesannya. Pakai kolam terpal juga bisa. Lebih ekonomis," jelasnya.
Sehingga dengan proses budi daya yang cukup eksklusif, tak heran jika harga lobster air laut juga sangat tinggi, mencapai Rp 1 juta per kg. Harga tersebut jauh lebih mahal dari lobster air tawar yang dijual Cuncun seharga Rp 175 ribu per kg. Dengan perhitungan itulah, Cuncun memprediksi budi daya lobster air laut belum marak di Indonesia.
ADVERTISEMENT
"Ya daripada budi daya sendiri dengan cost yang mahal, nelayan juga menurut saya akan lebih mending ambil dari laut saja langsung yang sudah siap jual. Mungkin itu lebih efektif," ujar Cuncun.
Namun, Cuncun tak menampik bahwa di negara lain seperti Vietnam, budi daya lobster air laut sudah marak. Cuncun mengira, Vietnam sudah menemukan formula khusus untuk dapat membudidayakan lobster air laut dengan teknologi canggih. Hal inilah yang belum diketahui oleh banyak nelayan di Indonesia.
"Mungkin itu alasan Bu Menteri KKP (Susi Pudjiastuti) tidak memperbolehkan benih lobster diekspor. Karena negara lain enak membudidayakan sudah gampang, jualnya mahal," ujar Cuncun.
Menurutnya, ia lebih mendukung agar lobster air laut dibiarkan tumbuh dan berkembang biak di habitat aslinya yaitu lautan Indonesia. "Tapi kalaupun nantinya Indonesia bisa membudidayakan ya baik. Asal jangan pas udah mulai habis baru orang sadar untuk budi daya aja," tutupnya.
ADVERTISEMENT