Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
ADVERTISEMENT
Hidup sehat secara fisik dan mental ternyata dinilai masih belum cukup untuk seseorang memiliki kehidupan yang seimbang. Faktor lain yang perlu diperhatikan kesehatannya adalah status finansial. Sebab ternyata antara fisik, mental dan finansial sangat berkaitan.
ADVERTISEMENT
Psikolog Roslina Verauli mengungkapkan sebuah studi berjudul Healthy, Wealthy and Wise: Retirement Planning Predicts Employee Health Improvement menemukan bahwa orang-orang yang memiliki perencanaan keuangan dan mempersiapkan masa tua, cenderung mengambil langkah hidup sehat untuk menjaga kesehatan fisik mereka.
"Artinya, ketika seseorang memiliki kesadaran akan pentingnya memiliki masa depan yang baik, ia akan mempersiapkan kebutuhan dasar berupa kesehatan fisik serta finansial dengan lebih matang," ungkap Roslina di Ariobimo Central, Jakarta, Kamis (11/7).
Sejumlah data dalam buku Psychology Applied to Modern Life Adjustment in the let Century menyebutkan bahwa masalah finansial merupakan chronic stressor (sumber stres yang berkepanjangan).
Roslina menjelaskan saat seseorang mengalami stres, maka tubuh akan menghasilkan 2 jenis hormon yaitu catecholamines dan corticosteroids. Kedua hormon ini bisa menekan sistem kekebalan tubuh, sehingga seseorang mudah sakit. Sehingga, semakin lama stres berlangsung, kemampuan tubuh untuk bertahan terhadap stres akan menurun hingga tubuh kelelahan dan kolaps.
ADVERTISEMENT
"Sangat penting bagi masyarakat khususnya generasi produktif untuk dapat mengelola kondisi finansialnya agar terbebas dari chronic stressor yang mengganggu kesehatan tubuh,” ujarnya.
Oleh karena itu dia menyarankan anak muda untuk melakukan perencanaan keuangan sejak dini dengan cara mengenali media-media yang berkaitan dengan finansial. Baik untuk asuransi, tabungan maupun investasi. Dalam kesempatan yang sama, Chief Marketing Officer Sun Life Indonesia, Sehierly Ge menjelaskan ketika seseorang sudah memiliki pemasukan maka wajib hukumnya untuk mulai melakukan perencanaan keuangan.
"Begitu dia punya income harus punya rencana keuangan jadi begitu dia dapat income apakah hasil syuting, modeling itu sebenarnya harus disisihkan dulu. Jadi begitu dapat hadiah ultah, angpau, THR, harus langsung disisihkan," ujarnya.
Dia menekankan, berapa pun penghasilan yang diterima akan terasa cukup jika disesuaikan dengan kebutuhan hidup. Artinya, jangan sampai pengeluaran melebihi jumlah pemasukan.
ADVERTISEMENT
"Jangan besar pasak dari tiang, kalau besar pasak dari tiang mau income Rp 3 juta, Rp 30 juta, Rp 300 juta, bahkan Rp 3 miliar pasti habis," ujarnya. Kendati demikian, dia juga mengingatkan sebelum melakukan pengelolaan keuangan harus mengenali dengan benar instrumen yang akan dipilih.
"Yang penting punya pengetahuan apa instrumen yang tepat untuk mengalahkan inflasi, karena percuma rajin nabung kalau nabungnya di bawah bantal atau kasur, 10 tahun kemudian dikira bisa dipakai ternyata enggak cukup karena dolar naik," ujarnya.
Sun Life Financial Ajak Hidup Sehat Secara Finansial
PT Sun Life Financial Indonesia (Sun Life Indonesia) kini tengah menggerakkan program baru untuk kembali mengajak generasi muda menerapkan investasi kesehatan dan finansial.
ADVERTISEMENT
Presiden Direktur Sun Life Indonesia Elin Waty mengatakan, menjaga kesehatan secara holistik, dari segi fisik, mental, maupun finansial, sangat diperlukan untuk menyambut bonus demografi pada 2030.
Badan Pusat Statistik (BPS) memprediksi Indonesia akan mencapai bonus demografi pada 2030 mendatang sebuah kondisi langka, ketika jumlah penduduk berusia produktif akan mendominasi, bahkan mencapai 64 persen dari total populasi tanah air.
Jika didukung kualitas masyarakat yang baik, bonus demografi ini akan menjadi mesin pendorong pertumbuhan ekonomi bangsa. Namun menurut Elin, jika kualitas masyarakatnya kurang baik, generasi ini justru akan menjadi beban baru bagi negara.
”Sebagai generasi penerus sekaligus motor penggerak bangsa, generasi muda Indonesia perlu membekali diri dengan investasi kesehatan yang baik. Bukan hanya dari segi fisik maupun mental, kesehatan finansial pun memiliki peran krusial dalam membangun generasi yang berkualitas dan produktif,” ungkap Elin.
Menurut Elin, ancaman kesehatan yang dihadapi generasi muda saat ini tidak bisa dianggap sepele. Hasil riset Analisis Beban Penyakit Nasional dan Sub Nasional Indonesia Tahun 2017 yang dilakukan Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Badan Litbangkes) bekerjasama dengan Institute For Health Metrics and Evaluation (IHME) mengungkap bahwa 70 persen kematian dini di Indonesia disebabkan oleh penyakit tidak menular (PTM). Penyebab penyakit tidak menular ini berhubungan erat dengan pola hidup tidak sehat, seperti makan tidak seimbang dan kurangnya aktivitas fisik.
ADVERTISEMENT
Sedangkan dari sisi finansial, hasil survei nasional soal literasi dan inklusi keuangan 2016 dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat baru 27 persen masyarakat usia produktif yang memiliki tabungan masa depan. Sedangkan penetrasi asuransi jiwa di Indonesia juga baru mencapai 7 persen. Padahal, ancaman risiko kesehatan sangat besar.
“Makanya kami mengkampanyekan agar generasi muda mulai mempersiapkan kesehatan secara holistik. Tujuannya agar bisa berperan dan berkontribusi kepada kesejahteraan diri pribadi, keluarga, serta bangsa Indonesia,” tutupnya.