Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Bus AKAP Tak Berdaya Digempur Kereta Api dan Maskapai Murah
16 Mei 2018 14:18 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:08 WIB
ADVERTISEMENT
Persaingan bisnis transportasi semakin sengit. Masing-masing moda transportasi menawarkan berbagai keunggulan mulai dari harga tiket, fasilitas, kenyamanan hingga waktu tempuh yang cepat.
ADVERTISEMENT
“Sekarang bukan sesama kita aja pesaingnya. Apalagi sekarang kalau orang bandingin bus sama pesawat udah enggak masuk akal,” keluh Koordinator Lapangan Operasional PO Bus Pahala Kencana Wahyudi kepada kumparan saat ditemui di Terminal Pulo Gabang, Jakarta Timur, Rabu (15/5).
Wahyudi merasakan betul sekarang ini dia kesulitan mendapatkan calon penumpang. Dulu untuk rute Jakarta-Malang atau Jakarta-Surabaya, dia mampu memberangkatkan 64 penumpang sehari dengan 2 bus berkapasitas 32 penumpang per bus. Sekarang jumlah penumpang yang diberangkatkan rata-rata hanya 15 sampai 17 penumpang dalam sehari.
“Sekarang masih ada penumpang yang setia naik bus tapi sedikit,” ucapnya.
ADVERTISEMENT
Ketua Organisasi Angkutan Darat (Organda) DKI Jakarta Shafruhan Sinungan menilai persaingan antara bus AKAP dengan moda transportasi lain sudah sangat luar biasa sengit. Menurutnya ada 3 poin penting yang membuat pangsa pasar bus AKAP meredup. Pertama soal tarif yang kini tidak terpaut jauh dengan moda transportasi lain. Kedua dari soal pelayanan di mana moda transportasi lain juga memberikan fasilitas yang lebih nyaman bagi penumpang. Ketiga soal waktu tempuh.
“Hanya memang kalau kita di sisi waktu, kita ini kalah dengan kereta maupun pesawat apa lagi kalau dilihat perbedaan (tarif)nya cuma Rp 100 ribu aja,” katanya.
Shafruhan mencontohkan bahwa orang-orang yang menggunakan bus AKAP adalah mereka yang berada di kawasan kabupaten atau desa yang tidak terjamah oleh kereta api maupun pesawat. Hal ini pula yang membuat pengelola bus AKAP terus menambahkan pengoperasian ke wilayah-wilayah kabupaten atau desa.
ADVERTISEMENT
“Kecuali untuk trayek-trayek yang langsung masuk kabupaten misalnya Brebes, Jakarta-Brebes itu bahkan busnya bisa melewati kampungnya penumpang, dibandingkan jika dia naik kereta. Bahkan kalau bus kan dia enggak harus turun di terminal kadang kalau melewati kampungnya dia bisa lagsung turun,” imbuhnya.
Dihubungi terpisah, Vice President Public Relations PT Kereta Api Indonesia (Persero) Agus Komarudin memang tidak membantah persaingan bisnis moda transportasi semakin ketat termasuk antara bus AKAP dan kereta api. Hanya saja, penumpang kereta api sepanjang tahun lalu tumbuh 11% dari 352 juta penumpang menjadi 394 juta penumpang.
“Yang jelas dari daya angkutan banyak ya, KAI terus meningkat dari 350-an juta penumpang menjadi 394 juta penumpang per tahun. Nah ini tentunya permintaan terus meningkat kalau dibanding dengan transportasi lain. Dari sisi waktu ya silahkan bandingkan dengan bus AKAP,” beber Agus.
ADVERTISEMENT
Sementara itu, Corporate Communication Strategic of Lion Air Group Danang Mandala Prihantoro mengungkapkan segmen penumpang untuk penerbangan berbiaya murah seperti Lion Air terus tumbuh. Misalnya di tahun lalu, jumlah penumpang Lion Air naik 13,6% atau dari 44,7 juta penumpang menjadi 50,8 juta penumpang.
“Hal tersebut sesuai dengan tingginya permintaaan layanan perjalanan udara dan dinamika pasar,” pungkasnya.