Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.87.1
ADVERTISEMENT
Perum Bulog telah mendatangkan sekitar 70 ribu ton impor jagung pada bulan Maret lalu, dari total kuota sebanyak 150 ribu ton. Untuk realisasi sisa kuota jagung impor sebanyak 80 ribu ton, pengadaannya akan dilakukan sesuai kebutuhan di dalam negeri.
ADVERTISEMENT
Direktur Utama Bulog, Budi Waseso atau Buwas menegaskan, impor jagung didatangkan sesuai dengan proyeksi kebutuhan dalam negeri. Untuk itu, sisa kuota impor jagung tidak akan didatangkan berbarengan.
Sebab, pihaknya memperhitungkan terkait adanya penen raya dalam waktu-waktu dekat ini.
"Kita datangkan, kan kita lihat data. Kan perlu waktu, jumlah yang dibutuhkan berapa? Umpamanya bulan depan hanya 30 ribu (ton) ya 30 ribu ton. Eh bulan depan udah enggak perlu, ya enggak perlu (impor) lagi," ucapnya kepada kumparan saat ditemui di Kantor Pusat Perum Bulog, Jakarta Selatan, Jumat (5/4).
Adapun saat ini Bulog masih melihat perkembangan terkait kebutuhan jagung dalam negeri. Sebab, saat jagung impor berbarengan dengan panen raya, maka harga jagung dalam negeri akan semakin tertekan.
Sebelumnya, Direktur Pengadaan Bulog, Bachtiar bilang, impor jagung ini merupakan keputusan yang telah disetujui bersama-sama oleh jajaran Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian melalui Rapat Koordinasi Terbatas.
ADVERTISEMENT
Nantinya Bulog akan menjual jagung impor dengan harga Rp 4.000 per kg, khusus bagi peternak yang membeli secara khusus di gudang. Sementara harga akan lebih mahal jika peternak ayam membeli tidak secara langsung di gudang, sebab ada tambahan biaya seperti pengiriman.
"Beli kita Rp.3000 (per kg). lebih sedikit ya sama kayak HPP lah. Tapi Jual gudang kan Rp 4.000 (per kg). Tapi kirim ya lebih ongkos kapal kirim ke mana, bisa Rp 100 - Rp 200 per kg," katanya.