Buwas Soal Program BPNT: Jangan Dipakai untuk Mesin Bisnis dan Proyek

2 Juli 2019 13:17 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Beras bulog. Foto: ANTARA FOTO/Jojon
zoom-in-whitePerbesar
Beras bulog. Foto: ANTARA FOTO/Jojon
ADVERTISEMENT
Pergantian program bantuan sosial (bansos) berupa beras sejahtera (rastra) dengan Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT) dikeluhkan Direktur Utama Perum Bulog, Budi Waseso. Buwas bahkan mengancam apabila program BPNT tidak menyertakan bansos maka dia akan mengundurkan diri dari Bulog.
ADVERTISEMENT
Ancaman Buwas memang beralasan. Selama ini, Bulog menjadi tulang punggung dalam penyaluran rastra. Namun dengan program BPNT, porsi penyaluran beras Bulog dibatasi. Dampaknya nanti akan terasa karena penyerapan beras Bulog akan berkurang.
Buwas lantas mewanti-wanti Menteri Sosial, Agus Gumiwang agar Bulog diberikan porsi lebih besar untuk menyalurkan beras ke e-Warung.
"Kalau bisa ambil alih 100 persen kegiatan oleh Mensos, saya hands up keluar dari Bulog," tegas Buwas saat ditemui di Gedung Bulog University, Jakarta Selatan, Selasa (2/7).
Dirut Bulog, Budi Waseso. Foto: Resya Firmansyah/kumparan
Tidak hanya itu, Buwas juga bilang bahwa jangan jadikan program BPNT sebagai mesin bisnis. Program ini justru menjadi solusi untuk mengentaskan kemiskinan yang ada di Indonesia.
"(BPNT) jangan dipakai untuk mesin bisnis, ini kepentingan masyarakat kecil tidak untuk proyek. Toh dananya ada di Mensos ambil saja, tidak pening," ucapnya.
ADVERTISEMENT
Mengenai rencana Kementerian Sosial (Kemensos) memberikan alokasi sebesar 70 persen BPNT diambil dari beras Bulog, Buwas punya pendapat sendiri. Dia bilang meski diberikan porsi besar namun tugas Bulog cukup berat yaitu mendistribusikan beras ke wilayah Timur Indonesia.
"Tahu enggak yang 70 persen yang di ujung Papua yang pakai kole (alat transportasi air di Papua) enggak jelas ojek (atau) jalan kaki, itu yang mau dikasihkan Bulog. Seharusnya kalau diserahkan ke kami itu harusnya kami yang atur," jelasnya.