Cabai Merah Jadi Biang Kerok Meroketnya Angka Inflasi di Sumut

20 Juli 2019 14:51 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Cabai rawit dan cabai merah keriting di Pasar Senen, Jakarta (5/11/2018). Foto: Ema Fitriyani/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Cabai rawit dan cabai merah keriting di Pasar Senen, Jakarta (5/11/2018). Foto: Ema Fitriyani/kumparan
ADVERTISEMENT
Bank Indonesia (BI) mencatat indeks harga konsumen atau inflasi di Sumatera Utara mengalami lonjakan yang sangat signifikan hingga Juni 2019. Hal ini dipicu oleh lonjakan harga cabai merah yang terjadi usai Idul Fitri hingga saat ini.
ADVERTISEMENT
Kepala Perwakilan BI Sumatera Utara, Wiwiek Sisto Hidayat, mengatakan inflasi di Sumatera Utara mencapai 1,63 persen secara bulanan atau month to month (mtm) dan 5,87 persen secara tahunan atau year on year (yoy). Angka ini lebih tinggi dibandingkan bulan sebelumnya yang hanya 1,19 persen (mtm). Bahkan inflasi ini lebih tinggi secara nasional sebesar 0,55 persen (mtm).
"Inflasi Sumatera Utara juara, paling tinggi," kata Wiwiek saat pelatihan wartawan di Medan, Sumatera Utara, Sabtu (20/7).
Harga komoditas pangan di Sumatera Utara memang menunjukkan pertumbuhan yang cukup signifikan, yakni mencapai 16 persen (yoy) selama Juni 2019. Cabai merah sendiri memberikan kontribusi terbesar terhadap laju inflasi, yakni mencapai 65 persen.
Cabai merah di Pasar Minggu Foto: Iqbal Firdaus/kumparan
"Itu asalnya cabai merah dari Maret, April, Mei, Juni, empat bulan semua karena cabai merah. Ini kita sendiri menjadi sangat kesulitan. Share cabai merah ke inflasi kita sampai 65 persen," tuturnya.
ADVERTISEMENT
Wiwiek menilai, pada dasarnya cabai merah lebih dari cukup untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Namun, mulai terjadinya gagal panen cabai di beberapa wilayah dinilai mengganggu suplai cabai di Sumatera Utara.
"Bulan lalu kita mendatangkan cabai dari Solo, itu luar biasa kan. Solo yang notabenenya bukan daerah cabai. Tapi itu keadaannya di pasar dan harganya pernah sentuh tertinggi Rp 85.000 sampai Rp 90.000 per kilogram," tutur Wiwiek.
Dia bahkan memperkirakan inflasi Sumatera Utara secara keseluruhan tahun ini tidak akan bisa terjaga di kisaran target 3,5 persen. Menurutnya, inflasi Sumatera Utara sepanjang tahun ini akan mencapai 5,1-5,3 persen (yoy), jauh lebih tinggi dibandingkan 2018 yang hanya 1,23 persen (yoy).
"Inflasi masih di atas sasaran nasional. Juli-Agustus pasti akan ada tekanan-tekanan karena anak sekolah. Yang bisa kita harapkan September-Oktober deflasi, karena November-Desember pasti ada tekanan Natal dan Tahun Baru," tambahnya.
ADVERTISEMENT