Chatib Basri Beberkan 3 Faktor yang Bisa Pengaruhi Performa Rupiah

14 Maret 2019 19:10 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Chatib Basri Foto: Aditia Noviansyah/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Chatib Basri Foto: Aditia Noviansyah/kumparan
ADVERTISEMENT
Nilai tukar rupiah kerap rentan terhadap kondisi gejolak ekonomi global. Pada tahun lalu, pelemahan nilai tukar rupiah cukup tajam, bahkan sempat menyentuh Rp 15.000 per dolar Amerika Serikat.
ADVERTISEMENT
Ekonom senior yang juga Mantan Menteri Keuangan Chatib Basri, mengakui bahwa kondisi ekonomi saat ini masih penuh ketidakpastian. Chatib mencontohkan saat pemerintah merumuskan APBN 2019, dolar disumsikan pada level Rp 15.000.
Padahal saat ini dolar berada di level sekitar Rp 14.000. Artinya pemerintah pun tidak bisa memproyeksi dengan pasti nilai tukar rupiah. Dari contoh tersebut, Chatib menyimpulkan ada 3 faktor yang bisa membuat performa rupiah berubah sewaktu-waktu.
"Saya ingin katakan kepada bapak ibu, karena isu yang banyak skali ingin diketahui orang adalah rupiah. Rupiah bergantung pada tiga hal. Pertama, keputusan The Fed naikkan atau pertahankan suku bunga, kedua bagaimana harga minyak, dan bagaimana dampak trade war," kata Chatib di Main Hall BEI, Jakarta, Kamis (14/3).
ADVERTISEMENT
Artinya, kata dia, jika salah satu atau bahkan ketiga faktor tersebut bergejolak, maka performa rupiah juga bisa berubah drastis. Namun bukan berarti ketiga faktor tersebut selalu berdampak negatif bagi rupiah.
Chatib kemudian mencoba menjelaskan melalui contoh kasus kenaikan suku bunga di Amerika Serikat. Menurut dia, awal mula kenaikan suku bunga di AS disebabkan karena tingkat pengangguran menurun.
Petugas memperlihatkan pecahan uang dolar dan rupiah di salah satu tempat penukaran mata uang asing/money changer di Jakarta. Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan
Kondisi ini membuat perusahaan kesulitan mencari pekerja sebab para pekerja akan meminta upah yang lebih tinggi. Naiknya tingkat upah tersebut akhirnya juga mengerek harga barang. Ujungnya, inflasi di AS pun naik.
"Karena itulah The Fed naikin 4 kali 25 bps. Alasannya adalah tingkat pengangguran menurun, itu akan buat tingkat upah tinggi dan akan buat harga barang mahal sehingga inflasi naik," ujarnya.
ADVERTISEMENT
Ternyata keputusan The Fed tersebut cukup mujarab. Sebab menurut Chatib kini inflasi di AS mulai melambat. Atas dasar inilah Gubernur Bank Sentral AS Jerome Powell membuat statement di akhir 2018 bahwa The Fed akan bersabar sebelum menaikkan bunga.
"Implikasinya adalah bisa dilihat dalam waktu satu bulan, rupiah bisa menguat dari Rp 15.250 ke sekitar Rp 14.000an atau bahkan sempat ke Rp 13.900. Pesan apa yang bisa kita perolah? Penguatan rupiah akan terjadi pada tahun ini karena kemungkinan Fed cuma naikkin satu kali atau bahkan akan menghentikan kenaikkan tahun ini,” tandasnya.