Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.94.1
Darmin: Kalau Mau Ekonomi Tumbuh, Impornya Pasti Naik!
15 Desember 2017 14:00 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:13 WIB
ADVERTISEMENT
Pemerintah mengaku tak khawatir terkait laporan dari Badan Pusat Statistik terkait surplus neraca perdagangan yang terus menurun sejak September 2017. Bahkan tren penurunan surplus tersebut diperkirakan akan berlanjut.
ADVERTISEMENT
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution mengatakan surplus yang terus menurun terjadi karena Indonesia belum mampu menghasilkan bahan baku penolong atau barang modal. Menurut dia, untuk mendorong perekonomian dibutuhkan laju ekspor dan impor yang juga meningkat.
"Bisa (tren surplus menurun) karena impor mulai naik, enggak ada yang aneh, memang belum menghasilkan bahan baku barang modal. Kita kalau mau ekonominya tumbuh, mau enggak mau impornya juga naik. Enggak bisa ekspornya naik impornya enggak naik, itu berarti ada yang macet," ujar Darmin di Kantor Kemenko Perekonomian, Jakarta, Jumat (15/12).
Mantan Gubernur Bank Indonesia tersebut mengatakan bisa saja Indonesia tak lagi impor. Namun, kondisi tersebut harus didukung sektor industri bekerja secara maksimal, contohnya industri petrokimia. Darmin menegaskan surplus yang menurun tak menjadi masalah, selama laju ekspor terus meningkat.
ADVERTISEMENT
"Kan belum, baru mulai. Industri baja, besi bajanya baru mulai kerja samanya dengan Jepang. Artinya hasilnya belum keluar. Nah begtu juga di basic chemical, impor kita paling banyak ya itu, tiga kelompok itu. Jadi ya, tidak usah merasa aneh kalau surplusnya mengecil," jelasnya.
Berdasarkan catatan BPS, selama bulan November 2017 surplus neraca perdagangan tercatat sebesar USD 130 juta atau sekitar Rp 1,7 triliun, jauh lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya sebesar USD 900 juta atau periode yang sama tahun lalu sebesar USD 830 juta.
Kepala BPS Suhariyanto mengatakan nilai ekspor bulan lalu naik 0,26% dibanding Oktober 2017 dan naik 13,18% year on year (yoy). Sementara nilai impor November naik lebih tinggi lagi, yaitu sebesar 6,42% dibanding bulan sebelumnya dan naik 19,62% (yoy).
ADVERTISEMENT
Meski kenaikan laju ekspor rendah, namun menurutnya kinerja ekspor sepanjang tahun ini cukup baik. Laju ekspor selama tahun ini hanya mengalami perlambatan di Juni 2017 sebesar USD 10,38 miliar.
"Kinerja ekspor itu disumbang oleh kenaikan harga sejumlah komoditas. Di antaranya, kopra, minyak kernel, nikel, dan coklat. Meski di sisi lain juga ada harga komoditas yang mengalami penurunan, seperti karet, timah, batubara, dan minyak kelapa sawit," ujar Suhariyanto.