Derita Produsen Keramik Lokal: Diserbu Produk Impor dan Beli Gas Mahal

15 Mei 2018 19:26 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Keramik unik ilusi optik.  (Foto: Twitter/@DuncanCook10 )
zoom-in-whitePerbesar
Keramik unik ilusi optik. (Foto: Twitter/@DuncanCook10 )
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Asosiasi Aneka Keramik Indonesia (Asaki) mendesak pemerintah segera menurunkan harga gas untuk industri keramik. Penurunan harga gas tersebut pernah dijanjikan pemerintah namun hingga saat ini belum terealisasi.
ADVERTISEMENT
Ketua Umum Asaki Elisa Sinaga mengatakan produsen keramik lokal tengah babak belur. Mereka tak mampu menahan laju produk impor terutama dari China dan harga gas yang tinggi di dalam negeri.
“Belum turun harga gas. Itu juga yang menyebabkan mengapa industri dalam negeri agak berat melawan impor,” ungkap Elisa pada kumparan, Selasa (15/5).
Sentra keramik di Plered, Purwakarta (Foto: ANTARA/Novrian Arbi)
zoom-in-whitePerbesar
Sentra keramik di Plered, Purwakarta (Foto: ANTARA/Novrian Arbi)
Dia mengklaim saat ini harga gas untuk industri keramik dalam negeri merupakan yang tertinggi se-ASEAN.
“Iya (paling mahal). Untuk Jawa bagian barat harga gas itu sudah USD 9,16 per million metric british thermal unit (mmbtu). Yang USD 8 per mmbtu itu hanya Jawa bagian timur,” ujar Elisa.
Sehingga menurutnya industri akan sangat terbebani sekali. Apalagi tidak ada proteksi yang dilakukan pemerintah guna menahan gempuran produk impor terutama dari China. Elisa berharap pemerintah mau menurunkan harga gas di level USD 7,5 per mmbtu.
ADVERTISEMENT
“Enggak usah USD 6 per mmbtu, USD 7,5 per mmbtu aja kita udah terima dengan baik. Kita akan berat sekali. Kalau tanpa proteksi apapun industri dalam negeri akan terpuruk. Ini tinggal kemauan pemerintah aja,” tutupnya.