Dibayangi Dana Asing Hengkang, Bagaimana Prospek Obligasi Indonesia?

12 September 2019 7:22 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi investasi di pasar obligasi Foto: Mahardika Argha/Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi investasi di pasar obligasi Foto: Mahardika Argha/Shutterstock
ADVERTISEMENT
Bank Dunia memproyeksikan dana asing akan hengkang dari Indonesia. Hal ini dipicu perlambatan ekonomi global, ditambah dengan perang dagang Amerika Serikat atau AS - China, serta potensi resesi ekonomi AS.
ADVERTISEMENT
Proyeksi itu disampaikan dalam paparan Kepala Perwakilan Bank Dunia untuk Indonesia, Rodrigo Chaves, kepada Presiden Joko Widodo atau Jokowi, Senin (2/9). Di antara sejumlah portofolio investor asing di Indonesia, salah satunya adalah obligasi pemerintah.
Bagaimana prospek instrumen investasi itu, di tengah bayangan perlambatan ekonomi global? Lantas seberapa pengaruh keluarnya dana-dana asing jika itu benar terjadi, terhadap pasar obligasi? Berikut wawancara khusus kumparan dengan Head of Fixed Income Research Mandiri Sekuritas, Handy Yunianto.
Bagaimana overview pasar obligasi rupiah sepanjang semester I tahun ini?
Seperti yang kami perkirakan, kinerja pasar obligasi tahun ini memberikan return yang positif dibandingkan dengan tahun 2018. Berdasarkan perhitungan indeks dari Bloomberg, kinerja return investasi di pasar obligasi pemerintah di semester-I 2019 tercatat meningkat 8,2 persen seiring dengan penurunan rata-rata yield SUN sebesar 77bps dari akhir tahun lalu menjadi 7,37 persen pada periode Juni 2019.
ADVERTISEMENT
Lalu, seperti apa proyeksi pasar obligasi rupiah hingga akhir tahun ini dan faktor-faktor yang mempengaruhinya?
Kami masih melihat ada potensi pasar obligasi untuk melanjutkan reli hingga akhir tahun. Katalis positifnya antara lain: 1) Secara valuasi masih menarik. Selisih yield SUN terhadap inflasi ataupun US Treasury yield masih menarik, baik bagi investor asing ataupun domestik. Hal ini didorong oleh inflasi yang masih terjaga dan yield obligasi di negara-negara maju yang terus menurun seiring dengan kekhawatiran terjadinya perlambatan ekonomi global. 2) Bank Indonesia memiliki ada ruangan untuk menurunkan suku bunga.  Setelah bulan Juni BI memotong Giro Wajib Minimum (GWM) 50bps yang efektif di bulan Juli, ada potensi BI untuk menurunkan suku bunga acuannya hingga akhir tahun dan awal tahun depan. Kebijakan ini seiring dengan rendahnya inflasi, tekanan perlambatan pertumbuhan ekonomi, rupiah yang stabil dan dovish view dari bank sentral dunia lainnya (termasuk Fed, ECB dan BoJ).  3) Kebijakan fiskal yang prudent yang berpotensi menaikkan sovereign rating Indonesia ke depannya. Hal ini terbukti, Japan Rating Agency menaikkan sovereign rating outlook menjadi positif bulan April 2019 dan S&P Rating Agency menaikkan sovereign rating Indonesia menjadi BBB dari sebelumnya BBB-.  4) front loading policy yang berhasil, menyebabkan tekanan supply SUN di semester-II berkurang.
Head of Fixed Income Research Mandiri Sekuritas, Handy Yunianto (Kiri). Foto: Dok. Handy Yunianto
Apa saja yang perlu diperhatikan investor untuk mengambil momentum dari kondisi yang bullish di pasar obligasi?
ADVERTISEMENT
Tentunya dengan kondisi pasar obligasi yang terus reli, maka yield obligasi yang ditawarkan menjadi semakin rendah, sehingga investor juga harus bisa mengurangi ekspektasi mendapatkan capital gain yang tinggi seperti sebelumnya. Untuk meningkatkan imbal hasil obligasi, investor juga bisa meningkatkan sedikit risikonya misalnya dengan mulai overweight di pasar obligasi korporasi.
Data Kemenkeu hingga pertengahan Agustus lalu, porsi asing di pasar obligasi Indonesia semakin meningkat. Sudah mencapai sebesar Rp 1.004,9 triliun atau sebesar 38,45 persen. Bagaimana dampak hal ini, terkait pengaruh kondisi ekonomi global?
ADVERTISEMENT
Hal ini disebabkan oleh dua hal, yakni (1) adanya support dari investor domestik terutama dari Bank Indonesia dan (2) investor asing yang masuk di pasar obligasi lebih bersifat longterm (bukan hot money) – dengan pemerintah bisa menjaga stabilitas makro, perbaikan sovereign rating dan volatilitas nilai tukar yang rendah maka kekhawatiran sudden reversal yang berdampak terhadap peningkatan volatilitas di pasar obligasi bisa minimal.
Berapa komposisi asing dan domestik yang ideal untuk menjaga volatilitas di pasar obligasi Indonesia?
Berdasarkan kajian kami menggunakan data historis, dampak kenaikan porsi asing terhadap penurunan yield yang optimal adalah 31 persen dari total outstanding. Langkah-langkah yang bisa dilakukan pemerintah untuk menurunkan porsi kepemilikan asing adalah dengan meningkatkan/memperluas basis investor lokal.
ADVERTISEMENT
Upaya pemerintah untuk lebih meningkatkan partisipasi investor lokal lewat penerbitan obligasi ritel sangat positif. Selain itu, wacana penurunan withholding tax supaya ada equal playing field yang sama antara investor lokal dan asing mungkin juga akan sangat membantu.
Arus modal asing di pasar obligasi sendiri, trennya akan cenderung masuk atau keluar?
Melihat data yang sama dari DJPPR per 16 Agustus 2019, investor asing masih mencatatkan net inflow di pasar obligasi Indonesia sebesar Rp 112,4 triliun ytd. Besarnya net inflow tersebut menunjukkan besarnya minat asing untuk berinvestasi di pasar obligasi Indonesia. Pertanyaannya kemudian kan, apakah foreign fund inflow ini akan terus berlanjut? Total foreign fund inflow di tahun 2018 hanya sebesar Rp 57,2 triliun, atau menurun dari tahun 2017 sebesar Rp 170,3 triliun. Jadi pasar Indonesia begitu diminati oleh para investor asing. Kenapa? Karena kami melihat potensi inflow asing ke pasar obligasi Indonesia masih cukup besar, mengingat Indonesia memberikan real yield yang sangat tinggi dibandingkan emerging-market bond. Kuncinya adalah perbaikan angka CAD yang bisa mendorong outlook rupiah menjadi lebih stabil ke depannya.
ADVERTISEMENT
Apakah rencana The Fed untuk menurunkan FFR-nya lagi di tahun ini akan berdampak positif untuk Indonesia, atau justru sebaliknya?
Kami melihatnya positif, karena dengan FFR turun tekanan terhadap penguatan USD kemungkinan bisa berkurang dan US Treasury yield akan bisa tetap rendah, dua hal ini seyogianya positif buat pasar obligasi Indonesia.
Berapa target proyeksi untuk yield obligasi Indonesia dengan tenor 10 tahun di akhir tahun 2019 ini?
Kami proyeksikan yield SUN 10 tahun pada akhir 2019 adalah sekitar 6,75-7 persen. Dengan asumsi bahwa US Treasury yield 10 tahun berada di kisaran 1,7-1,9 persen, BI 7D RR rate di kisaran 5,25-5 persen, Rupiah 14.000-14.300/USD dan 5-yr CDS di kisaran 90-100.
Dengan yield obligasi 10 tahun di kisaran 7,3 persen, apakah saat ini momen yang tepat untuk membeli obligasi pemerintah?
ADVERTISEMENT
Berdasarkan fair value yang masih ada potensi yield untuk turun, serta keberhasilan front-loading policy dan fiskal yang prudent menyebabkan suplai SUN juga kemungkinan menurun di semester-II. Kami merekomendasikan investor untuk membeli obligasi di level sekarang.
Mandiri Sekuritas meluncurkan MOST Fund online. Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan
Apa saja risiko yang dihadapi pasar obligasi Indonesia saat ini? Dan bagaiamana cara memitigasi resiko tersebut?
Risiko terbesar masih berasal dari faktor global, yaitu trade war US-China yang terus meningkat dan dapat memicu risk-off sentiment serta memberikan tekanan terhadap rupiah. Faktor global lainnya adalah jika terjadi resesi di US.  Sementara dari domestik, kekhawatiran utama tentu adalah masalah likuiditas rupiah, terutama dengan berakhirnya holding period dari repatriasi dana hasil Tax Amnesty di tahun ini.
ADVERTISEMENT