Fakta Harga Tiket Pesawat Masih Mahal

30 Mei 2019 12:28 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Maskapai Penerbangan. Foto: Aditia Noviansyah/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Maskapai Penerbangan. Foto: Aditia Noviansyah/kumparan
ADVERTISEMENT
Meski pemerintah telah menurunkan tarif batas atas (TBA) tiket pesawat 12-16 persen, harga jualnya di masyarakat masih mahal. Misalnya untuk rute Jakarta-Pekanbaru yang dibanderol Lion Air dari Rp 4 juta hingga nyaris Rp 7 juta pada penerbangan 2 Juni 2019.
ADVERTISEMENT
Harga tersebut mengalami kenaikan sangat tajam dibandingkan tanggal-tanggal lainnya. Sebaliknya, penerbangan rute yang sama pada tanggal 4 Juni ditawarkan mulai Rp 1,3 juta per penumpang.
Mahalnya harga tiket pesawat untuk rute tersebut diakui Lion Air. Perusahaan menilai mahalnya harga tiket pesawat kelas ekonomi karena rute penerbangan pada tanggal 2 Juni harus transit sebanyak 1 hingga 2 kali.
Kemudian, ada rute yang menggabungkan antara kelas bisnis dan ekonomi, yakni berangkat dari Jakarta ke Medan (transit) dengan memakai maskapai kelas bisnis dari Batik Air, kemudian melanjutkan perjalanan memakai Lion Air kelas ekonomi dari Medan ke Pekanbaru.
"Lion tidak menjual yang melebihi batas atas atau maksimum atau menjual masih berada di bawah koridor tarif batas atas layanan kelas ekonomi domestik. Besaran tarif tiket yang dijalankan telah sesuai aturan regulator," kata Corporate Communications Strategic Lion Air, Danang Mandala Prihantoro dalam siaran persnya.
ADVERTISEMENT
Masyarakat Diminta Lebih Jeli Beli Tiket Pesawat
Kementerian Perhubungan (Kemenhub) mengimbau masyarakat untuk lebih teliti membeli tiket pesawat melalui agen perjalanan online. Sebab bisa saja tiket yang ditawarkan tersebut berupa perjalanan dengan beberapa kali transit.
Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kemenhub Sugihardjo mengatakan, masyarakat juga harus teliti sebelum membeli tiket pesawat. Kejadian tahun lalu, banyak masyarakat yang telanjur membeli tiket transit.
"Makanya masyarakat harus lebih hati-hati. Tahun lalu, banyak masyarakat beli tiket tujuan Jakarta-Balikpapan, kenaikannya luar biasa karena beli lewat travel enggak dicek lagi itu langsung atau transit. Kalau transit ya lebih mahal," ujar Sugihardjo di Kantor Kemenhub, Jakarta, Rabu (29/5).
Menurutnya, agen perjalanan juga memiliki kewajiban untuk memberitahukan pembeli apakah tiket tersebut langsung atau transit. Jika diberitahukan tiket tersebut merupakan tiket langsung, namun saat dicek adalah transit, agen travel tersebut bisa dikenakan sanksi.
ADVERTISEMENT
"Kalau dia bilangnya langsung tapi nyatanya transit, nanti ada sanksinya," kata dia.
Survei UI: Penumpang Ogah Beli Tiket Pesawat di Atas Rp 1,5 Juta
Berdasarkan survei yang dilakukan BUMN Research Group (BRG), di bawah Lembaga Management Fakultas Ekonomi Bisnis Universitas Indonesia (LM FEB UI), kesediaan masyarakat untuk membeli tiket pesawat berada pada kisaran Rp 1 juta - Rp 1,5 juta. Sedangkan harga tiket yang berlaku rata-rata di rentang Rp 1 juta - Rp 2,8 juta.
Sejumlah calon penumpang pesawat udara antre untuk lapor diri. Foto: ANTARA FOTO/Septianda Perdana
Survei tersebut mengambil sampel pada sembilan rute penerbangan tersibuk di Indonesia dalam empat bulan terakhir. Adapun total jumlah responden sebanyak 630 orang.
"Dari hasil kajian diketahui bahwa secara umum Affordability to Pay (ATP) dan Willingness to Pay (WTP) penumpang angkutan udara di Indonesia relatif serupa, berada di kisaran Rp 1 - 1,5 juta. Artinya kemampuan daya beli penumpang dengan perceived benefit cukup sejalan,” ujar Peneliti BRG LM FEB UI, Arza Prameswara dalam risetnya yang diterima kumparan.
ADVERTISEMENT
Adanya gap antara kemampuan dan keinginan masyarakat dengan rentang harga tiket pesawat yang disediakan, mendorong fenomena beralihnya konsumen menggunakan maskapai asing dengan transit di luar negeri seperti Kuala Lumpur untuk menuju ke rute tujuan di dalam negeri.
Imbas Tiket Mahal, Pemudik di Bandara Adisutjipto Diprediksi Turun
Jumlah pemudik yang terbang ke atau dari Bandara Adisutjipto Yogyakarta diprediksi menurun pada arus mudik Lebaran 2019. Pemicunya adalah imbas tiket pesawat mahal untuk rute domestik yang terjadi sejak awal tahun.
General Manager Angkasa Pura I Bandara Adisutjipto, Agus Pandu Purnama menilai penurunan penumpang yang terjadi sejak Januari lalu ini diprediksi akan berlanjut hingga musim Lebaran, baik arus mudik maupun arus balik 2019.
ADVERTISEMENT
“Kalau penurunan (penumpang) saya kira kami mengevaluasi dari Januari, Februari, Maret, April ada penurunan 40 persen dari keseluruhan penumpang dibanding tahun lalu. Untuk Lebaran komposisinya sama mulai Januari sampai April menjadi catatan kami,” kata Pandu di sela-sela Apel Pembukaan Posko Angkutan Lebaran 2019 di Bandara Adisutjipto, Yogyakarta.
Meski ada kenaikan jumlah penumpang dari hari biasa pada arus mudik, ia memprediksi peningkatan penumpang secara umum masih tidak setinggi pada musim Lebaran 2018.
Jika sehari-hari jumlah penumpang rata-rata hanya 12 ribu maka pada H-5 Lebaran hingga H+5 Lebaran jumlah penumpang akan meningkat.
Terkait penyebab menurunnya jumlah penumpang, Pandu mengatakan bahwa banyaknya pilihan transportasi darat membuat masyarakat berpaling dari transportasi udara. Dia mencontohkan bagaimana jalan tol sudah terhubung sepanjang Pulau Jawa.
ADVERTISEMENT
“Kalau penyebabnya saya kira banyak pilihan sekarang ya pilihan menggunakan kendaraan pribadi juga sudah disiapkan tol jalur surabaya maupun jalur Jakarta. Kemudian juga penumpang bisa memilih transportasi moda darat lainnya seperti kereta api dan lain sebagainya,” katanya.