Indonesia Jadi Tuan Rumah Our Ocean Conference, Apa Saja yang Dibahas?

16 Oktober 2018 13:57 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:05 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Workshop Our Ocean Conference di Hotel Aryaduta. (Foto: Elsa Toruan/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Workshop Our Ocean Conference di Hotel Aryaduta. (Foto: Elsa Toruan/kumparan)
ADVERTISEMENT
Indonesia terpilih menjadi tuan rumah Our Ocean Conference 2018. Acara internasional yang akan dihadiri oleh delegasi dari sekitar 160 negara tersebut akan digelar di Bali pada tanggal 29 hingga 30 Oktober 2018 mendatang.
ADVERTISEMENT
Dalam Gelaran Our Ocean Conference, para peserta akan membahas 6 topik utama yaitu mengenai perikanan tangkap yang berkelanjutan, perubahan iklim, keamanan laut, keberlanjutan ekonomi laut, polusi laut, dan area kawasan laut yang dilindungi.
“Semua tema ini saling berkaitan. Seperti misalnya polusi di laut. Saya pernah baca itu di laut kita banyak sekali sampah plastik dan diprediksi pada tahun 2020 akan lebih banyak sampah plastik di laut dibanding ikan kita. Ini tugas kita bagaimana harus mengatasi polusi di laut ini,” ungkap Kepala Pusat Riset Perikanan Badan Riset Sumber Daya Manusia dan Kelautan Perikanan (BRSDMKP) Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), Toni Ruchimat, saat ditemui di Hotel Aryaduta, Jakarta, Selasa (16/10).
ADVERTISEMENT
Toni kemudian melanjutkan kalau komitmen Indonesia dalam menerapkan prinsip keberlanjutan dalam sektor perikanan khususnya perikanan tangkap sangat serius. Terbukti dari meningkatnya potensi ikan yang ada di Laut Indonesia dari tahun 2011 sebesar 6,5 juta ton menjadi 9,3 juta ton pada tahun 2016 dan kemudian meningkat lagi menjadi 12,54 juta ton pada tahun 2017.
“Ini membuktikan kita serius menangani Illegal, Unreported, dan Unregulated Fishing. Ini juga akan dibahas nanti pada Our Ocean Conference 2018 di Bali,” imbuhnya.
Sementara itu, Co-Founder dan Direktur Eksekutif Coral Triangle Center Rili Djohani mengatakan pihaknya juga akan fokus terhadap wilayah pengelolaan perikanan (WPP) yang ada di sekitar Laut Aru, Laut Arafuru, dan Laut Tior atau biasa disebut WPP 718. Di wilayah ini, biasanya sering terjadi praktik illegal fishing.
ADVERTISEMENT
“Kalau dilihat dari satelit, itu pada malam hari wilayahnya terang sekali. Lebih terang daripada Maluku. Karena banyak sekali kapal-kapal asing yang tidak memiliki izin melakukan illegal fishing di situ,” timpalnya.
Ikan Tuna di Laut Bone (Foto: Dok. Ketua LSM Yayasan Mattirotasi)
zoom-in-whitePerbesar
Ikan Tuna di Laut Bone (Foto: Dok. Ketua LSM Yayasan Mattirotasi)
Dalam pertemuan Our Ocean Conference ini juga Indonesia akan memaparkan apa saja yang sudah dikerjakan di semua WPP untuk memberantas IUU Fishing. Termasuk juga di dalamnya bagaimana upaya Indonesia melestarikan laut dan juga koral.
“Ikan di laut kita memang banyak, tapi bisa habis. Karena itu, pengelolaan yang baik dan benar bisa membuat keberlanjutan ikan di laut bisa seimbang. Nelayan sejahtera dan generasi yang akan datang tetap bisa menikmati sumber daya laut,” tutup Rili.
ADVERTISEMENT