Indonesia Makin Jarang Impor Jagung Bahkan Sudah Bisa Ekspor

7 November 2018 10:17 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Komoditas Jagung Indonesia yang Siap Diekspor. (Foto: Dok. Kementerian Pertanian)
zoom-in-whitePerbesar
Komoditas Jagung Indonesia yang Siap Diekspor. (Foto: Dok. Kementerian Pertanian)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Kementerian Pertanian terus berupaya untuk menggenjot produksi jagung. Kondisi saat ini adalah produksi jagung lokal mampu mencukupi kebutuhan domestik dan sudah diekspor sebanyak 372 ribu ton.
ADVERTISEMENT
Upaya pencapaian swasembada jagung dilakukan Kementan melalui Upaya Khusus (UPSUS) peningkatan produksi jagung dengan peningkatan indeks pertanaman lahan sawah, penanaman di lahan kering, integrasi jagung di lahan sawit dan lainnya. Selain itu dilakukan penanganan pascapanen serta membangun kemitraan antara petani dengan Gabungan Pengusaha Pakan Ternak (GPMT).
Hasilnya, pemerintah mampu melakukan pengurangan impor jagung sejak 2016. Jika pada tahun 2015 total impor jagung khususnya untuk pakan ternak sebanyak 3,5 juta ton, selanjutnya tahun 2016 menurun menjadi 1,3 juta ton dan tahun 2017 Indonesia sudah tidak impor jagung lagi.
Jika tidak ada program UPSUS dan hanya dilakukan program yang biasa-biasa saja, maka diyakini Indonesia pada tahun 2018 masih mengimpor 3,87 juta ton jagung. Rinciannya adalah 3,5 juta ton impor yang telah di-NOL-kan ditambah 372 juta ton dari realisasi ekspor 2018. Sehingga angka kumulatif impor jagung pakan ternak yang disetop dari 2016 hingga 2018 sejumlah 9,6 juta ton dan menghemat devisa sebesar Rp 31 triliun.
Komoditas Jagung Indonesia yang Siap Diekspor. (Foto: Dok. Kementerian Pertanian)
zoom-in-whitePerbesar
Komoditas Jagung Indonesia yang Siap Diekspor. (Foto: Dok. Kementerian Pertanian)
Sejak tahun 2016-2018 sebagian pabrik pakan melakukan upaya-upaya rasionalisasi agar pakan bisa murah dengan mencampurkan gandum sebagai substitusi sebagian jagung. Adanya kenaikan nilai dolar AS sebesar Rp. 1.500 per USD 1, para pabrik pakan melakukan rasionalisasi dengan menggantikan sebagian komponen bahan pakan semula dari gandum impor menjadi dari jagung lokal. Sehingga izin impor gandum pakan sebanyak 200 ribu ton untuk pabrik pakan besar tidak direalisasikan, namun mereka menggantikannya dengan membeli jagung lokal.
ADVERTISEMENT
Dampak pengalihan gandum ke jagung oleh pabrik pakan besar mengakibatkan jagung yang biasa diserap peternak kecil mandiri menjadi terserap oleh pabrik pakan besar. Akibatnya pasokan jagung pakan ternak yang tersedia diserap seluruhnya oleh pabrik pakan besar.
Dampaknya langsung dirasakan oleh peternak kecil yang tidak memperoleh pasokan. Kondisi inilah yang terjadi pada pertengahan Oktober hingga awal November 2018, dimana ketersediaan jagung bagi peternak kecil berkurang dan harganya menjadi naik.
Untuk itu, pemerintah akhirnya menyelesaikan masalah tersebut dengan opsi impor jagung 50 hingga 100 ribu ton bagi peternak kecil sebagai tindakan jaga-jaga. Jumlah impor ini sangat kecil dibandingkan prestasi ekspor jagung 372 ribu ton dan setop impor 3.5 juta ton tiap tahun. Jika harga jagung nasional turun, maka jagung eks impor tidak dikeluarkan ke pasar.
ADVERTISEMENT
"Saat ini harga jual jagung memang di atas harga acuan sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Perdagangan 96 Tahun 2018, yakni sekitar Rp 3.150 per kilogram (kg) di tingkat petani dan Rp 4.000 per kg di tingkat peternak atau pabrik," ucap Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (PKH) Kementerian Pertanian I Ketut Diarmita kepada kumparan, Rabu (7/11).